3

484 71 0
                                    

3 minggu setelah makan malam itu, pernikahan richard dan windu pun akhirnya terlaksana. namun, karin masih belum bisa menerima windu sepenuhnya menjadi bagian dari keluarga kecilnya.

mereka bertiga menata ulang kembali rumah yang sudah ditinggali richard hampir 20 tahun lamanya. karin sebenarnya malas untuk membantu, namun richard mengancamnya dengan merampas ps5 miliknya.

"sini aku bantu" ucap windu pada karin yang terlihat kesusahan membawa barang yang cukup banyak. karin mengangguk sebagai jawaban. ia malas lama-lama berbicara dengannya.

mereka hampir merubah seluruh isi rumah dengan mengganti cat dan barang-barang yang sudah tak indah untuk dipajang.

ditengah sibuknya membereskan barang, karin melihat papanya yang tertawa lepas saat bercanda dengan windu. kini ia sedikit iri melihat pemandangan itu, karena dulu hanya dirinya yang bisa membuat papanya tertawa selepas itu.

***

richard tengah mempersiapkan alat barbeque yang akan dipakai malam ini. ia akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan pernikahannya.

"sayang, tolong panggilin karin yaa di kamarnya. ajak dia gabung kesini. tadi udah aku panggil, tapi katanya mau mandi dulu"

"oke mas. bentar ya aku panggilin karinnya" windu segera masuk rumah dan naik tangga menuju kamar karin yang berada di lantai 2.

tok tok tok

"kariin!"

"riin, kamu ada di dalem?"

tidak ada sautan apapun dari dalam kamar. windu pun akhirnya membuka pintu kamar karin yang dipasangi sign 'dilarang masuk!' itu.

"karin aku masuk yaa"

dilihatnya kamar karin yang lumayan rapi dengan berbagai poster band musik yang tidak windu ketahui. windu tersenyum melihat itu, ia jadi ingat masa remajanya.

karin keluar kamar mandi dengan hanya menggunakan handuknya saja. ia tak tahu windu masuk ke dalam kamarnya.

"ngapain?"

windu kaget mendengar suara dibelakangnya. ia menoleh ke belakang melihat karin dengan rambut basah dan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuh rampingnya. windu jadi merasakan panas di pipinya setelah melihat pundak karin yang terekspos indah dan tegap itu.

"oh- um.. ituu.. kata mas richard kebawah. kita bakalan bikin party kecil" windu tak berani menatap tubuh karin. ia mencoba menghindari tatapan tajam dari gadis didepannya ini.

"gak sopan main masuk aja. gak baca tuh tanda dilarang masuk segede gaban?!? iya nanti gue ke bawah" jawab karin dengan nada yang tak bersahabat.

karin masih tidak mau memanggil windu dengan sebutan 'mama', dan windu pun tidak masalah dengan itu. yang terpenting ia bisa dekat dan diterima di keluarga ini.

"iya maaf karin. aku tadi udah panggil-panggil nama kamu, tapi kamunya engga jawab. yaudah aku tunggu dibawah yaa" windu menatap kembali mata coklat itu, dan ia segera pergi dari kamar karin menuju taman di halaman rumah.

***

windu sedang membuat minuman dingin dan richard memanggang daging sapi serta sosis yang terlihat enak. sedangkan karin hanya duduk bersantai dengan ponsel ditangannya.

richard menghampiri windu dan menyuapi daging sapi yang baru saja ia panggang, "enak?"

"enak banget! semua masakan mas gak pernah ada yang gagal!" windu mengacungkan jempolnya dan tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapih. richard tertawa melihat reaksi windu yang begitu lucu dimatanya.

"karin cobain nih. papa udah panggang daging sapi sama sosis. pasti kamu suka!"

"waahh! enak nih kayaknya" karin menyimpan ponselnya dan menakan makanan yang disajikan oleh richard. ia sangat menyukai semua masakan papanya, tanpa terkecuali.

"taraaa! smoothies strawberry untuk karin, dan ice latte untuk mas richard. semoga kalian suka" windu membawa minuman yang dibuatnya dan menunggu reaksi keduanya. ia berharap mereka suka.

richard tersenyum lebar dan meminum ice latte yang sudah windu buat untuknya, "enak segerr! istriku pinter banget sih" richard mengecup bibir istrinya dan seakan lupa akan kehadiran karin yang masih berada didepannya.

"ekhem! maaf nih, masih ada orang disini!"

windu yang tersadar pun merasa malu dan mendorong tubuh richard dengan pelan. richard tertawa dan berkata dengan nada mengejek, "mulai saat ini kamu harus terbiasa melihat pemandangan kaya gini rin"

"nyenyenye" jawab karin dengan balas mengejek papanya. richard tertawa dan kembali memanggang daging serta sosis yang masih tersisa.

windu yang salah tingkah kembali menyodorkan minuman buatannya, "nih kamu cobain. aku buat minuman strawberry kesukaan kamu" ia tau dari richard kalau karin sangat menyukai semua minuman berasa strawberry.

"engga diracun kan ini?"

"engga kok, ayo cobain!" windu menggigit jarinya gugup.

karin terlihat ragu saat akan meminum smoothies itu.

'not bad. ughh bahkan ini enak banget' ucap karin dalam hati. namun, ia tak mau reaksinya itu membuat windu senang dan besar kepala.

"biasa aja, kurang manis" karin berbohong. memang gengsinya setinggi harapan orang tua.

windu melunturkan senyumannya dan memanyunkan bibirnya, "huuft oke. next aku bakal tambahin lagi gulanya"

karin melihat windu yang mem-pout kan bibirnya membuat dia harus menahan senyumannya, 'kenapa dia keliatan gemes. eh- hah?! kenapa lo kariin! sadar woi!'

windu melihat busa smoothies yang menempel di bibir karin dan menyeka busa itu menggunakan jempol miliknya, "kaya anak kecil. minumnya belepotan hahaha" ucap windu dengan kekehan di ujung kalimatnya.

karin mematung dengan tatapan mereka yang terkunci satu sama lain. karin yang tersadar langsung menjauhkan wajahnya, "a-apaan sih lo! gue bukan anak kecil!"

karin pergi meninggalkan windu yang masih diam ditempatnya, 'apa aku bikin dia tambah gak suka ya sama aku? aduh winduu! lain kali kamu harus berfikir sebelum bertindak.'

tbc.

enchanted - winrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang