sepulang ngampus karin merasa tak enak badan. ia merasa mual dan pusing. richard hari ini sedang bekerja, karena panggilan dari atasannya untuk menggantikan kepala chef yang tidak bisa hadir.
windu menunggu karin yang tak juga keluar dari kamarnya. ia jadi khawatir, karena karin belum makan. windu pergi ke kamar karin dan mengetuk pintunya. ia tak mau membuat karin marah lagi karena asal masuk kamarnya.
tok tok tok
"karin, makan dulu yuk. kamu belum makan dari tadi, ini udah hampir jam 8 malem"
tidak ada sautan dari dalam kamar, windu pun kembali memanggilnya, "karin.. karin kamu ada di dalem kan?"
karin yang sedang tidur terganggu oleh suara windu. ia memegang kepalanya, pusingnya belum hilang, bahkan ini lebih parah dari yang tadi.
"masuk" ucap karin dengan suara lemah.
windu yang mendengar jawaban dari karin pun langsung masuk ke dalam. keadaan kamar karin gelap gulita, ia mungkin tertidur sedari tadi siang sampai saat ini lampu kamarnya belum dinyalakan.
setelah menghidupkan lampu, akhirnya windu bisa melihat kondisi karin dengan jelas. windu kaget karena wajah karin sangat pucat. ia menyentuh dahi karin dengan punggung tangannya dan merasakan suhu tubuh karin yang lumayan tinggi.
"kenapa engga bilang kalo kamu sakit. sebentar ya, aku bikinin dulu bubur, abis itu kamu minum obat" windu terlihat sangat khawatir. ia segera pergi ke dapur untuk membuat bubur.
karin kembali memejamkan matanya, karena ia merasa dunia berputar bila membuka matanya.
setelah beberapa saat, windu kembali ke dalam kamar karin dengan membawa bubur dan obat ditangannya, "karin, ini makan dulu. aku udah bikinin buburnya, setelah itu minum obat ya, biar panasnya turun"
karin membuka matanya dengan perlahan, "gak mau, gue mual. gak enak makan"
"makan dulu sedikit ya, aku suapin sini. biar perut kamu engga kosong. abis itu kamu minum obatnya biar mual sama pusingnya hilang"
"hm.. yaudah. bantuin gue duduk dong, gue lemes banget ini"
windu dengan sigap membantu karin untuk duduk diranjangnya dan menyuapi karin dengan perlahan.
"kenyang"
"baru aja tiga suap, sedikit lagi yaa"
karin menggelengkan kepalanya, "gak mau, kenyang. kalau dipaksa nanti yang ada keluar lagi"
windu menghela nafasnya dan mengambil obat di atas meja, "yaudah, nih minum obat dulu. abis itu pakai cool fever, biar panasnya turun"
karin hanya menuruti titah windu, ia terlalu lemas untuk sekedar menjawabnya. karin kembali berbaring dan memejamkan matanya.
windu masih duduk disebelah karin dengan tatapan khawatir yang menghiasi wajahnya. ia mengelus lembut kepala karin kemudian memijatnya, dan itu membuat pusing yang karin rasakan sedikit mengurang.
windu berhenti mengusap kepala karin dan akan pergi dari kamarnya karena ia mengira jika karin sudah tidur. namun, sebelum ia bisa pergi, tangannya ditahan oleh karin dan ia membuka matanya perlahan.
"usap lagi" pinta karin dengan suara kecil.
"hah?" windu tidak mendengar suara karin dengan jelas.
"usap lagii. pusing gue lumayan mereda. tidur disini juga, temenin gue" ucap karin dengan tatapan memelasnya.
windu masih mematung ditempatnya. ini bukan karin yang ia kenal. wajahnya sungguh imut dengan ekspresi cemberutnya. windu segera tersadar dan ikut membaringakan tubuhnya disebelah karin dengan ragu-ragu. ia kembali mengusap dan memijat pelan kepala karin sampai ia benar-benar tidur, dan windu pun ikut tertidur setelah waktu menunjukkan pukul 11 malam.
***
karin merasakan cahaya matahari menembus jendela kamarnya. ia membuka matanya perlahan dan mulai tersadar jika ia sedang dipeluk oleh seseorang disebelahnya.
ia mendongakkan kepalanya dan sedikit terkejut saat melihat windu yang masih tenang dengan matanya yang terpejam. karin baru ingat kalau semalam ia meminta untuk ditemani tidur.
karin menelusuri wajah windu yang baru ia sadari kalau wajahnya itu sangat cantik dengan bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang berwarna merah muda alami juga menambah poin kecantikannya.
karin tak sadar jika ia sudah mengelus pipi windu yang terlihat chubby dengan jari lentiknya itu, kemudian ke bibirnya yang dirawat windu dengan baik. ia terpaku saat windu membuka matanya dengan perlahan. karin tersadar dan segera menjauhkan jari tangannya dari wajah milik istri papanya ini.
windu terbangun karena sentuhan karin yang lembut di wajahnya. ia tatap mata karin yang terlihat panik. manik matanya enggan bertemu dengan miliknya. windu terkekeh pelan membuat atensi karin kembali lagi pada puan dihadapannya. mereka berdua bertatapan cukup lama hingga windu membuka obrolan, agar keduanya tak canggung.
"udah enakan?" karin menjawab pertanyaan windu dengan anggukan kecil.
saat windu akan beranjak dari kasur, karin menahannya, dan memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu dengan cukup kuat, membuat tubuh windu terhempas kembali di kasur empuk milik karin, "sebentar lagi. izinin kayak gini dulu bentar, gue kangen dipeluk"
windu terkejut dengan pelukan yang erat ini dari karin, tapi kemudian ia tersenyum. entah mengapa ia sangat senang. ia pun membalas pelukan karin tak kalah erat.
windu membuat pola acak di punggung karin dengan jarinya, ia membuat karin merasa nyaman dan aman dipelukannya.
mereka berdua pun kembali tertidur dan windu bangun saat ia melihat waktu menunjukkan pukul 1 siang. untung hari ini hari minggu. jadi tak ada salahnya sekali ini bangun kesiangan.
windu bangun dari kasur karin dengan hati-hati, ia tak mau membangunkan karin yang masih tertidur.
ia segera membersihkan diri, dan setelah itu ia mulai memasak untuk karin dan dirinya. richard sudah menelponnya kalau ia akan pulang nanti malam.
***
karin bangun dengan keadaan segar. mual dan pusing yang dirasakannya pun sudah hilang. ia pun segera mandi dan membersihkan tubuhnya. kemudian ia turun ke bawah untuk makan, perutnya sudah meraung minta diisi.
"masih pusing?" windu bertanya setelah melihat karin mendekati dirinya yang tengah menyiapkan makan untuk mereka berdua.
"udah engga. makasih ya"
"iyaa. yaudah, sekarang makan dulu. kamu kemarin makannya sedikit. udah aku bikinin ayam kecap. walaupun engga seenak buatan mas richard, tapi aku udah berusaha. makan yang banyak yaa" windu tersenyum lebar dan mencubit pipi karin. kemudian ia menyiapkan nasi juga ayam untuk karin, membiarkan pipi karin memerah karena ulahnya.
karin menyelesaikan makan dengan lebih dulu, "aku ke kamar dulu ya. makasih buat makanannya"
windu tertegun saat karin menyebut dirinya 'aku', sebuah kemajuan yang bagus. windu tersenyum senang, ia akan menceritakannya pada mas richard nanti malam.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
enchanted - winrina
Fanfickarin bisa merasakan perasaan aneh itu muncul setelah mendapat afeksi dari windu yang merupakan ibu tirinya. gxg winrina lokal! age-switch! ©rincarts