Kami menghabiskan sore itu dengan bersenang-senang di air hingga aku lupa kalau aku sedang marah padanya, dia selalu punya cara untuk membuatku teralihan.
Dan malam ini kami berencana untuk makan malam di resto hotel yang kami tinggali, kata lisa, dia lelah untuk pergi lebih jauh mencari tempat makan dan aku setuju, aku sama lelahnya. Dalam banyak hal aku menikati semua moment yang aku habiskan bersama lisa, dia dengan segala keunikannya menjadikan aku nyaman berada disisinya. Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak memeluk lengannya saat kami berjalan atau bersandar ketika kami duduk dan dia tidak sekalipun menolak keberadaanku, kami selalu seperti ini hampir dibanyak kesempatan dan kami bahkan tidak perduli jika banyak mata yang menganalisa kami.
"Jane, aku sudah menyiapkan tempat yang kamu inginkan" ucapnya setelah menelan makanannya
"Tempat?" Aku tidak mengerti topik yang dia bawakan
"Kamu pernah mengatakan kalau kamu menyukai gedung dekat perusahaan bukan?"
Aku berfikir berusaha mengingat dan ya aku mengingat gedung sederhana lebih terlihat seperti ruko dua lantai, aku pernah mengatakan itu ketika kami keluar dari cafee untuk kembali ke perusahaan, aku mengatakan kalau aku ingin membuka bisnis disana karena tempatnya strategis dan lagi terdapat tulisan "sell and rent"
"Lalu?" Aku masih bingung mencoba menerka tapi bukankah tidak mungkin lisa membeli ruko itu, maksudku membeli untukku? Atau....
"Aku membelinya, jadi kamu bisa membuka bisnis disana"
Aku tidak berkedip saking terkejutnya, dia benar-benar membeli gedung itu, bukan sewa. Dia membeli? Sungguh? Aku fikir dia hanya bercanda waktu mengatakan kalau dia akan membeli dan dia membuktikan itu sekarang.
"Lisa itu berlebihan, aku bisa menyewanya tahun depan, tabunganku akan cukup untuk itu"
"Bagaimana jika gedung itu dibeli orang lain? Aku tidak ingin membuat kesalahan"
"Tapi lisa aku tidak bisa membayarmu sekarang, kau tau aku hanya mampu menyewanya"
"Aku tidak mengatakan kamu akan membayar jennie, kita bisa bekerjasama. Aku tidak ingin ada penolakan lagipula aku sudah merenovasinya dan sebenarnya itu akan menjadi kejutan tapi aku tidak sabar untuk mengatakan dengan segera" ucapnya tersenyum seolah dia sama sekali tidak keberatan.
Dengan caranya dia mampu membuatku tidak tersinggung. Membeli sesuatu yang sangat mahal hanya karena aku mengatakan akan membuatku merasa kalau aku sangat rendah tapi lisa tidak membuatku merasa seperti itu.
"Lisa..." aku menahan diri untuk tidak menangis tapi air mataku mengambang dipelupuk. Aku mengambil tangan lisa dan menggenggamnya diatas meja "terimakasih". Lisa tersenyum ketika mata kami saling menatap, dia kemudian menghapus air mata yang mengalir dipipiku dengan ibu jarinya.
"Aku senang saat kamu tidak keras kepala" katanya tersenyum main-main membuat aku tertawa dengan air mata yang masih dia bersihkan.
Kami menghabiskan lebih banyak waktu dengan tetap duduk diresto, membahas banyak hal tentang rencana kami membangun sebuah toko kosmetik, aku dan lisa bertukar ide tentang bagaimana cara kami membuat brand sendiri, lisa memaparkan rencana-rencananya dengan detail lalu mengusulkan beberapa nama untuk toko kami khas bos dengan rencana panjang dan matang. Aku menyukai lisa dalam setiap sisinya kecuali lisa yang nakal dan liar, mungkin itu hanya karena aku tidak ada pada daftar kenakalan lisa.
"Aku akan bermimpi indah malam ini" kataku lelah berbaring diatas kasur besar yang akan kami tempati sedangkan lisa masih membuka kemejanya lalu melemparkannya kesofa.
"Kau harus. Dan jangan lupa aku harus berada dimimpimu" katanya ikut berbaring disebelahku, dia merentangkan tangannya diatas kepalaku. Kami sama-sama menatap plafond kamar dengan senyuman indah yang utuh berkat perbincangan kami beberapa waktu lalu.
"Itu akan menjadi mimpi buruk" aku menggodanya membuat lisa menoleh
"Itu akan idah nini" ucapnya lalu menusuk perutku dengan telunjuknya membuat aku seketika tertawa terbahak, wajah cemberutnya sangat lucu.
Apa yang kalian fikirkan tentang kami yang tidur satu kasur? Karena apapun itu, lupakan. Tidak akan ada yang terjadi selain sebuah pelukan hingga kami mengucapkan selamat tidur dan setelahnya benar-benar terlelap berpisah dialam mimpi kami masing-masing.
Aku berfikir tentang tidak menariknya aku untuk lisa dan kenapa aku tidak semenarik wanita lain yang dengan mudahnya mendapakan lisa diatas tempat tidur mereka untuk bersenang-senang, apa yang membuatku berbeda? Karena aku teman? Sahabat? Tapi aku juga wanita dia bahkan melihatku saat aku hanya mengenakan bra, apa itu tidak cukup membuatnya mengingkan aku untuk kata "bersenang-senang" yang sering dia ucapkan?. Gila rasanya ketika hanya aku yang berfikir ingin disentuh oleh lisa lebih dari sentuhan biasanya sedangkan dia sama sekali tidak tertarik. God. Aku geram menyadari betapa aku sangat menginginkan dia membelai tubuhku dengan intens.
Teman kata itu sangat menyebalkan
Pria dan wanita yang mengenalku bahkan dengan berterus terang mengatakan kalau aku seksi dan menggoda tanpa bermaksud, tapi lisa? Dia hanya akan berkomentar datar saat pria atau wanita memujiku diclub. Dia mengatakan kalau aku seharusnya tidak selalu ikut bersamanya kesana tapi aku menolak, aku akan meminimasir kemungkinan lisa meniduri wanita jadi aku akan tetap disisinya tidak perduli betapa kesalnya dia. Dalam beberapa hal kami bertengkar entah karena aku kehilangan lisa saat diclub atau karena aku terlalu mabuk tapi satu yang pasti kami akan pulang bersama, lisa akan memastikan kalau aku akan kembali dengan utuh.
Manis.
Cahaya matahari selalu berhasil membuatku terbangun walau aku enggan, dia bersuka hati mengusik mimpi indahku bersama lisa. ketika Aku merasakan tubuhku kosong, tidak ada tubuh hangat yang biasanya memeluk tubuhku saat aku terbangun, Dengan berat hati aku membuka mata mencari keberadaannya tapi dia tidak ada ada dimanapun, "Dimana dia?". Pikiran buruk menyerang seketika ketika aku membayangkan jika seandainya semalam dia pergi meninggalkanku untuk menemui wanita yang dia sebut teman di pantai itu.
Jangan
Jangan.
Aku menggelengkan kepala keras berusaha menghindari isi kepalaku yang membuat aku pusing. Fuck.
"Good morning nini" suara lembut lisa menyadarkan aku, segera aku menoleh, melihatnya tersenyum manis sambil mendorong troli yang diatasnya ada 2 set peralatan makan.
Tanpa sadar aku berlari memeluk tubuhnya yang hampir goyah karena aku menerjangnya dengan pelukan. Dia tidak beraksi sesaat sebelum akhirnya dia membelaiku dengan lembut dipunggung "ada apa nini?". Dia ingin melepaskan pelukanku tapi aku memaksanya untuk tetap memelukku, dia melakukannya "aku disini" suaranya lembut menenangkanku. "Tapi ngomong-ngomong ada seseorang yang memperhatikan kita" ucapnya berbisik.
Aku membuka mata. Melihat sosok pria mudah yang berdiri tidak jauh dibelakang lisa, berseragam dengan dasi kupu-kupu. Dia dengan caggung tersenyum padaku jadi aku mundur melepaskan lisa dari pelukan kami.
"Sorry" ucapku malu pada pria yang memperhatikan kami. Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum ramah.
"Kemarilah" lisa menggandengku mengajak aku untuk duduk lalu setelahnya pria itu melayani kami dengan meletakan piring, mangkuk kecil dan gelas pada meja kami, menyajikan beberapa makanan yang katanya dipesan oleh lisa.
Betapa leganya aku saat mengetahui lisa tidak meninggalkanku, ini liburan kami aku tidak ingin melihatnya menghabiskan waktu bersama orang lain, sekarang hanya aku. Setelah selesai pria itu meninggalkan kami.
"Kamu bermimpi buruk?" Lisa bertanya menatap mataku lebih dalam.
Aku mengangguk berbohong karena tidak mungkin aku mengatakan ketakutanku.
"Itu hanya mimpi, semua akan baik-baik saja jadi sebaiknya kita makan setelahnya bersiap-siap karena kita akan berpetualang" dia mengatakan dengan ceria membuat aku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID
RomanceWARNING.!!!! Cerita ini cuma boleh di baca 18++++ baca aja deh males bikin deskripsi.