Stupid 3

1.4K 81 7
                                    

Dia meletakan makanan kepiringku lalu menggeser piring tepat dihadapanku sehingga aku dapat menjangkaunya dengan nyaman. Saat melihatnya memasukan sendok kemulutnya ada pertanyaan yang muncul dikepalaku tiba-tiba.

"Li, diumur berapa kamu ingin menikah?" 

Lisa mengunyah makanannya tanpa beban untuk berfikir setelah menelan."Umurku masih 25 dan Aku bahkan tidak berfikir akan menikah" dia mengangkat bahunya kembali memasukan sendok ke mulutnya

"Tapi kamu menyukai anak-anak, bagaimana kamu bisa memiliki mereka jika tidak ada pernikahan?" 

Kali ini dia tampak berfikir dengan mulutnya yang tidak berhenti bergerak lucu, matanya menelaah sesuatu "aku bisa mengadopsi satu atau dua dan jika aku ingin... mungkin aku akan memasukan bayi diperutku tanpa perlu menikah, kamu tahu jane, aku punya uang" katanya tertawa bangga

 ku memutar mataku malas, betapa tidak penah seriusnya dia saat aku membahas perihal seperti ini. Dia bahkan tidak percaya cinta, katanya "cinta itu konyol"

"Membayangkan kamu dengan perut buncit sangat aneh" aku mengejek dan dia tertawa.

"Kalau begitu kamu saja yang hamil, setelah lahir kita bisa merawatnya bersama. Itu akan menjadi anak kita" kata-katanya denga mudah keluar begitu saja, dia bahkan tidak mempertimbangkan ucapanya yang membuat aku tersedak.

"Ok. Aku akan hamil dan kamu perlu bertaggung jawab" aku menantangnya

"Aku akan..." sejenak dia terdiam "tapi sekarang aku bingung dengan posisiku. Dulu kamu bilang ingin menikah suatu saat nanti jadi jika kamu menikah dan kamu hamil itu berarti aku akan menjadi apa? Ibu kedua dari anak kita? Ah itu membingungkan"

dia berfikir serius tanpa sadar aku justru tertawa terbahak mendengar gagasan aneh dari lisa, dia benar-benar sesuatu. Dan bagaimana bisa pemikiran itu ada dikepalanya bukankah sudah jelas jika aku hamil itu berarti hanya akan ada kami, aku dan lisa juga anak kami. Konyol.







"Lisa aku takut" aku bersembunyi dibalik lengannya, mencengkramnya dengan ketakutan penuh. Dia tertawa melihat aku yang hampir kehilangan nyawa, nyaliku diuji oleh sesuatu yang lisa sebut berpetualang. Satu jam lalu lisa membawaku pergi dari hotel, dia menyewa mobil jeep beserta supir juga pemandu, mereka membawa kami ke daerah dataran tinggi, setelah mobil tidak bisa masuk kedaerah tersebut kami turun untuk berjalan kaki lebih jauh keatas, aku sama sekali tidak tahu lisa akan membawaku kemana yang dia katakan hanya "kau akan menyukainya" dengan wajah penuh rahasia.

Sekarang disinilah kami, berdiri diatas papan kayu yang terbetang diatara pepohonan yang menyangganya. Ada tali besi yang membentang jauh dan tinggi hingga ujung yang aku yakini akan menjadi neraka, flying fox. Aku ingin menangis melihat betapa tingginya tempat kami berdiri. Tapi lisa sangat tenang cenderung bersenang-senang diatas penderitaanku."Kita akan baik-baik saja, ok? Ini mudah percayalah" dia menatap mataku, memberiku keyakinan tapi aku menggeleng walau tali keamanan sudah menempel ditubuhku. Dia menarik nafas lalu menghadapku, dia sedikit membungkuk memegang kedua pundakku "begini saja. Kita akan meluncur bersama, aku akan dimemelukmu, bagaimana?"

 "Apa itu akan aman?" aku khawatir masih dengan ketakutan yang sama

"Kamu percaya padaku?" Aku mengangguk lalu dia membelai pipiku tersenyum manis. 

Untuk beberapa saat lisa mengintruksi orang yang mengurusi kami perihal keamanan, dia meminta agar kami dapat meluncur bersama dengan keamanan penuh. Dia memastikan segalanya dengan terus memperhatikan kalau aku akan baik-baik saja dengan itu, matanya hampir setiap waktu mencari mataku, mungkin memastikan keadaanku.

1

2

3

Seseorang mendorong kami lalu kami meluncur dengan kecepatan penuh sontak membuat aku terpejam dan berteriak disaat bersamaan, lisa juga berteriak tapi teriakan itu murni kesenangan."Nini buka matamu" aku menggeleng "kau akan melihat sesuatu yang luar biasa" ucapnya tetap memeluk tubuhku dengan erat jadi aku membuka mata, melihat pepohonan yang terlihat kecil dibawah kami, aku takut sesaat tapi setelahnya aku menyadari bahwa semua yang aku lihat murnin keindahan yang tidak aku bayangkan sebelumnya. Aku menoleh untuk melihatnya yang ternyata sedang menatapku dengan senyuman. Dia membimbing tanganku dengan tangannya lalu merentagkan tangan kami untuk menerjang angin yang menyapu tubuh kami dengan keras, indah dan menakjubkan apalagi lisa berada disini bersamaku. Aku tidak mengira kalau melakukan hal gila bersamanya akan selalu menjadi menyenangkan, aku bahagia untuk semua hal yang dia berikan. 

Aku menggandeng lengannya setelah kami selesai meluncur, dia akan membawaku ketempat lainnya yang sudah bisa aku tebak kalau itu hanya akan menjadi tempat gila lainnya tapi kali ini aku percaya sepenuhnya, aku tidak ingin menjadi takut dan berhenti, selama dia disisiku aku akan baik-baik saja seperti biasanya. Selama di korea kami tidak pernah melakukan hal-hal semacam ini, kami lebih banyak menikmati waktu bersama dengan pergi ke club, cafee, resto, pantai atau bersepeda pada minggu pagi.

"Aku sudah lama ingin menaiki ini" aku berseru girang saat menyadari kalau kami berada ditempat paralayang, dataran tinggi lainnya dengan pemandangan menakjubkan.

"Tapi kamu takut ketinggian" dia menggoda membuatnya harus menerima pukulan kecil dilengannya.

"Kita akan pergi bersama"

"Kamu bisa mengendalikannya?" Aku bertanya ragu.

"Tentu saja. Jangan ragukan seorang lalisa manoban, nona jennie kim" dengan wajah sombong dan bangga dia mengepalkan lengannya kuat ketas meninju angin. Aku tertawa akan kekonyolannya.

Dengan bantuan seorang ahli, dia memasang ini dan itu pada tubuh kami, setelahnya dia menarik parasut itu jauh kebelakang, aku dan lisa hanya memperhatikan.

Setelah orang itu memberi aba-aba lisa berbisik "dalam hitungan tiga kita akan berlari", dia sudah memberitahu aku beberapa hal yang perlu kami lakukan sehingga kami bisa terbang dengan parasut kami. Lisa tepat dibelakangku. Dan saat pemandu menghitung lisa memberi aku kode untuk bersiap. Kami berlari sekencang mungkin, kalau boleh jujur itu berat, sangat berat. Menarik parasut besar yang tertahan angin membuat aku kualahan berlari tapi lisa memberiku keyakinan penuh hingga pada akhirnya kami melewati batas dan tanpa sadar parasut itu terbentang sangat lebar diatas kami, tubuh kami berayun bersamaan dengan lisa yang memeluk tubuhku dari belakang."Lihat kita berhasil" ucapnya tertawa senang mengetahui aku sedang menatap dataran yang terlihat sangat kecil di bawah kami, itu sangat indah. Angin menerjang tidak membuat kami takut, aku tidak takut."Kamu suka?" Lisa berteriak karena suaranya hampir hilang terbawa angin

"Yaa... aku sangat menyukainya" Sudah aku bilang dia selalu berhasil membuatku nyaman disisinya dengan segala keunikannya, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Selalu seperti itu dan sekarang bagaimana bisa aku tidak mencintai wanita ini? Sangat sulit untukku. 



Kami pulang saat matahari sudah hampir tenggelam, kami sangat bersenang-senang dengan semua rencana petualangan yang lisa buat. Kami menghabiskan waktu sepenuhnya hanya dengan tawa penuh kebahagiaan dan hal yang paling melegakan adalah ketika dia tidak berusaha mendekati wanita manapun yang kami temui. Dia sepenuhnya milikku hari ini, hanya untukku.

STUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang