Stupid 4

1K 79 17
                                    



Kembali ke hotel, membersihkan diri dengan berendam air hangat akan menjadi sangat sempurna untuk menutup hari ini.

"Nini.. kolorku dimana?" Lisa berteriak dari balik pintu.

"Buka koper, itu ada di bagian paling bawah" aku menjawab. Aku yang menata semua keperluannya selama berlibur jadi wajar jika dia tidak menemukan apa yang dia cari, dia punya kebiasaan buruk saat berpergian. Ketika dia harus pergi keluar negeri untuk bisnis dia hanya akan melempar semua pakaiannya kedalam koper, jika dia tidak bisa menemukan pakaian yang pas untuk dia pakai dia hanya akan meminta pegawainya untuk membeli, dia terlalu boros. Itu sebabnya aku selalu ada disaat dia akan pergi lalu aku memilih semua yang dia perlukan selama pergi, memastikan kalau semuanya selesai dan dia berterimakasih karena aku mengurusnya dengan baik. 

Khas lisa, kekanak-kanakan dan konyol

Kalian bahkan tidak bisa membayangkan betapa berantakan kamarnya jika saja aku tidak mengunjunginya setiap saat. Untuk makan dia juga selalu membeli yang instan, memesan ini dan itu untuk mengisi perutnya. Aku menghawatirkan kesehatannya jadi aku juga memastikan kalau isi lemari esnya penuh dengan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memasak disana.

Aku keluar setelah merasa cukup berendam, mengenakan Bathrobe dan menggulung rambutku yang ditutupi handuk. aku melangkah kedepan lemari untuk mengambil pakaian.

"Nini aku mau keluar dulu" , aku menoleh melihat lisa sudah rapih dengan celana jeans biru dan kaos putihnya.

"Tidak lelah?"

"Hanya sebentar" aku mengangguk tidak punya banyak energi untuk melarangnya.

Sudah satu jam tapi lisa belum kembali, sebenarnya kemana dia? Aku khawatir, beberapa menit yang lalu aku baru mengingat ada seorang wanita yang bisa saja masih menjadi incaran lisa, wanita kemarin siang yang kami temui dipantai. Aku gelisah berjalan dari sisi kesisi lain menggigit kuku-kukuku yang pucat."Aku tidak bisa diam" Aku memutuskan untuk keluar mencari keberadaannya walau aku sama sekali tidak tahu dia dimana, menelponnya beberapa kali sudah membuatku kesal setengah mati karena nomornya selalu dialihkan. Aku punya firasat buruk.

Aku berjalan menelusuri koridor kamar kami, hingga aku berada didepan lift. Pintu besi itu perlahan terbuka dan. 

Sial

Sial

Brengsek

Lisa tepat dihadapanku, dia bahkan tidak akan mengetahui keberadaanku dibelakangnya karena dia sibuk menghisap bibir wanita yang hampir gila dikungkungan lisa. Aku bahkan mendengar dengan jelas suara desahan putus asa dari wanita yang lisa cium dengan gegabah. Lisa meraba dan meremas hampir setiap inci tubuh wanita itu. Aku memejamkan mata, nafasku hilang tertahan didada, aku sesak. Tanpa permisi mataku memerah megalirkan tetesan air mata yang tidak lagi bisa aku tahan, lisa bodoh.

Aku berbalik dan berlari sekuat hati, hingga aku bisa meninggalkan mereka disana, aku tidak ingin melihat apapapun. God, hatiku terluka, sesakit ini melihatnya dengan jelas mencumbu wanita lain. Aku terluka berkali-kali lipat. yang pada awalnya aku berfikir akan baik-baik saja karena terbiasa mengerahui lisa seperti itu tapi melihatnya secara langsung? Tidak. Aku tidak pernah bahkan membayangkan lisa menyentuh wanita lain sudah membuatku mual.

Aku menenggelamkan wajahku dibantal, menangis hingga aku kehilangan suara, tenggorokanku kering. Sesenggukan dengan air mata yang sudah membasahi banyak bagian bantal, aku tidak tahu harus melakukan apalagi selain menangis. Aku berada pada keheningan total, bayangan tentang lisa yang sedang bercumbu membuat kepalaku semakin sakit setiap waktu. sudah 2 jam dan lisa belum kembali. Rupanya Dia sangat bersenang-senang.

"Aku pulang" wajah ceria lisa menghampiriku lalu dia berbaring ditempat yang sangat dekat denganku. Dia kelelahan memejamkan mata.

"Aku ingin pulang" kataku lalu aku bangkit dari tempat, berjalan menuju lemari lalu mengambil semu milikku. 

Lisa mendekat "nini ada apa?" Tanyanya saat dia memperhatikan wajahku "kau menangis?, hai kataka padaku apa yang terjadi?" Wajahnya murni penuh kekhawatiran.

saat dia menyentuh pipiku aku menepisnya dengan cepat."Aku hanya ingin pulang"

"Kita akan. Apapun yang kamu inginkan tapi katakan apa yang terjadi"

"Tidak ada yang terjadi" kataku hampir berteriak "aku hanya ingin pulang"

"Nini. Kamu tidak bisa seperti itu, kita masih punya dua hari disini, kita sudah merencanakannya sejak lama, jadi beri aku alasan kenapa kita harus pulang"

"Dengar lisa. Aku tidak memintamu untuk ikut denganku, tetaplah disini dengan semua wanita yang kau inginkan. Aku tidak perduli" ucapku menyemburkan semua amarah yang sudah aku tahan. Lisa hanya terdiam, mungkin sedang mencerna kalimatku. Lisa bingung tidak mengerti wajahnya jelas menunjukan itu tapi aku terlalu sibuk mengemasi pakaianku kedalam koper. Lisa menahan tanganku dari aktifitas, meminta aku untuk berhenti. Untuk beberapa menit kami saling menatap dengan tatapan berbeda, lisa frustasi sedangkan aku marah, murni kemarahan yang sangat jelas.

"Plis tetap disini" ucapnya lembut "aku ingin menghabiskan banyak waktu hanya berdua denganmu"

Hanya berdua? Yang benar saja, lalu siapa wanita yang dia cumbu? Makhluk halus atau hama? Aku menatapnya tajam."Berdua? Kau bahkan bisa bersenang-senang tanpaku lisa, berhenti membual"



LISA POV

"Berdua? Kau bahkan bisa bersenang-senang tanpaku lisa, berhenti membual" matanya penuh kemarahan yang membuatku semakin tidak mengerti tapi... aku menebak, berfikir kalau dia mengetahui aku pergi bersama wanita pantai itu. Tapi bagaiman bisa dia semarah ini? 

"Apapun itu maafkan aku, aku bersungguh-sungguh dengan liburan kita" kataku meyakinkan karena memang seperti inilah rencana kami sejak lama. Dalam banyak hal aku menyukai menghabiskan banyak waktu dengannya bahkan jika kami hanya menonton netflik didalam kamarku atau kamarnya. Berada disisinya membawa aku pada perasaan hangat. Aku tidak meragukan bagaimana dekatnya kami, bagaimana dia bisa merawatku dengan caranya yang lembut dan dewasa, aku menyukai semuanya.

"Omong kosong" dia menyembur dengan tatapan menyala-nyala "kau bercumbu dengan wanita itu dan bagaimana bisa itu menjadi hanya kita berdua? Hah? Katakan?" Itu dia, tebakanku benar. Lalu apa masalahnya? Dia tahu persis bagaimana aku tapi mungkin aku memang berslah, seharusnya aku hanya fokus pada jennie bukan bersenang-senang dengan nafsu gila yang sulit aku kontrol, aku memang bajingan.

"Aku mengerti sekarang. Beri aku kesempatan dan aku berjanji mulai besok hanya akan ada kita berdua, hanya kita"

"Tidak.!" Ucapnya berdiri hampir menarik koper yang langsung aku tahan.

tidak. Aku tidak ingin dia pergi kemanapun."Lalu harus dengan apa agar kamu bisa tetap disini bersamaku jennie?, aku selalu menepati janjiku, kau tau itu" 

Wanita berambut coklat itu menoleh, menatapku dengan tatapan marah dan tatapan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, dia menjadi aneh dengan menganalisa tubuhku. Apa yang dia fikirkan? Dia maju, mendekati aku, sangat dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya menyapu hidungku. Entah perasaan apa tapi aku menjadi gentar.

"Kau ingin mengikuti keinginanku?" Ucapnya pelan dan tajam

"Te-tentu" aku gugup tanpa sadar

"Kalau begitu buka pakaianmu" tatapannya tajam tepat dimataku, dengan iris coklat gelap aku merasa lemah dihadapannya.

"Aku tidak mengerti" kataku bingung tidak mengerti kenapa dia menginginkan aku melepas pakaian.

"Turuti atau aku pergi" dia berseru hendak berpaling tapi aku menahannya lagi

"Baiklah, ok. Aku akan" kataku dengan cepat tanpa berfikir, tapi aku tidak perlu berfikir karena aku hanya akan menuruti semua yang dia katakan. Dia kembai melihatku dengan tatapan yang sama sekali tidak berubah jadi aku perlahan menarik kaos yang aku kenakan lalu melepaskannya dan membuangnya entah kemana "sudah" aku berkata menunjukan tubuhku yang hanya mengenakan sport bra berwarna hitam milik brand Celine. Apa salahnya dia sudah sering melihat aku seperti ini, kan?



STUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang