my enemy 0.3

489 62 5
                                    


Mohon di sensor kata-kata kasarnya ye. Soalnya gaenak di baca ternyata.

.

Singkat cerita juria itu salah satu dari banyaknya cewek yang ngefans jisung setelah perlombaan itu selesai. Lo gak Taukan kalo jisung udah mulai terkenal?

Kayak banyaknya fans jisung lainnya yang selalu deketin jisung dengan cara kasih makanan atau aksesoris yang menurut mereka bagus buat jisung. Tapi enggak buat selera jisung yang terlalu pinkie. Tapi cara juria beda, dia selalu berhasil buat jisung tersenyum walau awalnya gelud dulu. Juria beda.

Kalo Lo tanya apa hubungan mereka? Jawabannya kita temen. Gue, jisung dan juria kenalan bareng dan berteman bareng. Begitu sebelum Lo ngancurin sahabatan gue sama jisung yang gue tau dia liat Lo pelukan sama cewek sedangkan jisung waktu itu lagi nunggu Lo nepatin janji, brengsek.

Umpatan terakhir sepupunya terngiang di kepala pemuda bermata coklat itu. Bahkan buku di meja dia sudah hampir penuh 'dengan coretan abstrak' nya. Jeno mengusak rambutnya kasar. Rasanya lega tau kalo cewek yang kesayangan nya bonceng tadi sore itu cuman temen. Tapi juga merasa bersalah saat tau jisung menunggu dia ngungkapin cintanya, membayangkan seberapa sakitnya jisung saat melihat Jeno berpelukan dengan Karina —sepuppu jauh. Yang tengah mengunjungi ibunya.

Dia salah besar.

Jeno menutup bukunya berjalan ke tempat tidur. Membaringkan tubuhnya yang lelah. Urusan jisung mungkin besok bisa ketemu jalan keluarnya.

Pemuda pirang itu tertegun begitu memasuki kantin melihat sah—ekhem! Chenle tengah memeluk seseorang yang sepertinya tengah menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda pirang itu tertegun begitu memasuki kantin melihat sah—ekhem! Chenle tengah memeluk seseorang yang sepertinya tengah menangis. Terlihat pemudi disana menyembunyikan mukanya di bahu si lelaki dengan rambut panjang coklat yang menutupi mukanya.

Juria?

Kenapa anak itu?. Pertanyaan jisung menjadi retoris karena tidak ada yang menjawabnya. Tak butuh waktu lama jisung ikut duduk disamping juria yang lain. Ingin menyalahkan chenle tapi tak mungkin dia begitu saja membuat teman kecil mereka nangis.

"Riri, kenapa hm?" Jisung bertanya. Berusaha melihat keadaan juria tapi anak itu masih keukeuh menutupi mukanya. "Gaumau cerita?"

Chenle menghela nafasnya. Menghilangkan gengsi untuk tidak bicara pada jisung sekarang. Demi adik tingkatnya.

"Dia—" chenle menghela nafasnya lagi menghilangkan rasa canggung. "Dia tadi liat Gebetannya di tembak orang lain"

"HAH? INNALILAHI. gue turut beduka ya Ri"

ASU! Astaghfirullah. Chenle ingin sekali menjambak rambut ubanan jisung itu. Juria yang mendengar kakak tingkatnya bilang begitu malah tambah keras nangisnya.

"Gue serius anjing" lirihnya tapi sedikit menekan suaranya.

"Gue juga serius babi"

"HUAAAAAA KAK JISUNG KALO MAU NGLEDEK RIRI MENDING PERGI AJA DEH" Teriaknya. Wajahnya terangkat sebentar lalu memeluk chenle lagi.

My Idol My Enemy (My Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang