Papat

1.9K 103 0
                                    

Raka mencoba mendorong tubuh Cava ketika Cava menggigit telinganya.

"L-lepasin njing!" Ujar Raka.

Cava tidak memperdulikan ucapan Raka dan makin menggoda Raka dengan menjilat serta menggigit leher mulus Raka hingga meninggalkan bercak merah keunguan disana.

"Nghh sialan!" umpat Raka disertai desahan.

Setelah selesai dengan karya nya, Cava menatap Raka yang berantakan didepannya.

"Lo cantik kalo udah kayak gini." ucap Cava disertai seringaian.

"Sialan! Lepasin gue bajingan!" Ujar Raka marah sambil mencoba melepaskan cengkraman Cava pada tangannya.

"Gue gak bakal lepasin Lo sebelum Lo mau jadi milik gue." ujar Cava

Raka menatap Cava penuh kemarahan, kalo begini akhirnya seharusnya Raka mengikhlaskan saja hutang lima belas ribu itu.

"Lo mau gue jadi milik lo, hah jangan harap!" ujar Raka kemudian menginjak kaki Cava dengan keras sehingga cengkraman ditangan Raka lepas.

"Mampus rasain tuh!" Ujar Raka kemudian kabur meninggalkan Cava yang kesakitan memegang kakinya.

Setelah keluar dari gudang itu Raka langsung berlari menuju dimana motornya terpakir dengan cepat Raka menaiki motor dan melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata tanpa memperdulikan kedua teman Cava.

"Sialan mereka berdua ninggalin gue, awas aja nanti." gumamnya kesal setelah berhasil meninggalkan tempat laknat itu.

Setelah kepergian Raka, Leon dan Gara saling bertatap. "Tuh anak kenapa ya kayak lagi dikejar sama setan aja." ujar Gara.

"Gatau. Btw Cava mana?" tanya Leon.

Mereka berdua melihat kearah kanan dan melihat Cava yang berjalan dengan tertatih akibat kaki yang diijak oleh Raka tadi.

"Lo kenapa Cav?" tanya Leon.

"Di ijek sama anak anjing gue." jawabnya asal.

"Anak anjing? Siapa?" Tanya Gara.

"Kepo Lo pada, cabut buruan." ujar Cava kemudian menaiki motornya dan dikuti oleh kedua temannya. Melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju basecamp.

_____

Beberapa hari setelah kejadian itu, kedua geng SMA itupun tidak lagi mencari masalah.

Sekarang disinilah Raka dan kedua temannya, berada di ruang BK yang udah jadi kebiasaannya selama bersekolah disana.

"Ibu udah bilang jangan merokok di sekolah! kenapa kalian masih aja merokok hah?!" omel Bu Farida.

"Padahal tadi kita cuma iseng loh Bu." jawab Raka.

"Iseng kok tiap hari." sahut Pak Fajar.

"Pak Fajar diem deh, Pak Fajar itu gak diajak." ucap Aldo tidak ada takutnya.

Pasalnya mereka bertiga sudah biasa kena omel bahkan sering menjawab dan becanda dengan guru BK tersebut.

"Kok kamu berani sama Bapak, mau Bapak hukum?" Ujar Pak Fajar.

"Hehe maaf Pak becanda doang tadi." ujar Aldo sambil nyengir.

"Yaudah sekarang kalian boleh pergi, hari ini Ibu bebasin kalian dari hukuman." ujar Bu Farida, membuat ketiga siswa itu senang.

"Tapi lain kali kalo kalian merokok lagi di sekolah, Ibu bakal hukum kalian bersihin semua kelas dan ruangan di sekolah ini." ujar Bu Farida dengan tegas.

"Jangan gitu dong Bu, kita kan bukan pak Udin sama pak Rahmat tukang kebun sekolah kita." ujar Aldo.

"Makanya kalian jangan macam macam." ucap Bu Farida.

"Kita ga macam macam kok Bu, cuma satu macam doang." ucap Raka disertai ketawa.

Bu Farida menghela nafas lelah.

"Udah sekarang kalian pergi dari sini, Ibu udah capek." ucap Bu Farida sambil memegang kepalanya.

"Yaudah kita permisi." ucap Evan.

Setelah selesai sidang di bk, ketiganya kini berada di kantin untuk memanjakan perut yang sudah berbunyi dan cacing diperut minta untuk di kasih makan.

Evan melihat Raka yang sedari tadi diam saja pun menyenggol lengannya.

"Lo kenapa?" Tanya Evan.

"Hah, gue gapapa." jawab Raka disertai senyuman kecil.

Evan hanya mengangguk mengiyakan, padahal dia tau kalo Raka sedang ada yang dipikirkan namun dia mencoba untuk biasa aja.

Kini mereka bertiga duduk di pojok kantin dan menunggu pesanan mereka datang.

"Rak, warung Lo nanti buka gak. Gue mau nongkrong di warung Lo." ujar Aldo.

"Buka kok, kesana aja." jawab Raka.

"Permisi den, ini pesanan bakso sama es jeruk nya." ucap kang Ujang sambil menaruh bakso dan es jeruk di meja.

"Makasih kang." ucap mereka bertiga dan diangguki oleh kang Ujang.

Aldo melihat ada yang aneh dengan Raka, pasalnya kalo sudah menyangkut bakso, dia paling semangat buat makan tapi kenapa sekarang berbeda?

"Lo kenapa sih Rak?" tanya Aldo.

"Kenapa apanya?" tanya balik Raka yang kini memakan bakso.

"Ya, aneh aja gitu. Biasanya kan lo paling semangat kalo menyangkut bakso, lah ini malah biasa aja." ucap Aldo.

"Terus juga tuh leher lo kenapa dah." lanjut Aldo sambil menyeruput es nya.

Raka yang mendengar itupun langsung memegang lehernya. Ia jadi mengingat kejadian yang ada di gudang kosong bersama Chava. Kejadian itu membuat Raka kembali kesal dan merasakan merinding.

"Bukan apa apa, digigit nyamuk kayaknya. Udahlah makan tuh bakso." ucap Raka mengakhiri pembicaraan.

Mereka bertiga pun hanya mengangguk dan menyelesaikan makannya.

Setelah selesai memanjakan perut, mereka bertiga pun balik ke kelas setelah bel masuk berbunyi.

Raka duduk di pojok kelas dan melihat kearah jendela. Pikirannya pergi jauh dimana kejadian di gudang itu.

'sialan ngapain gue mikirin dia sih anjing.' umpat nya pada diri sendiri.

Raka pun menggelengkan kepalanya dan dilihat oleh Aldo.

"Lo kenapa Rak?" tanya Aldo.

"Gapapa, nanti kita pergi ke bar. Lama kita ga kesana." jawab Raka.

"Tumben ngajak ke bar ada apa nih." ucap Evan yang tadi memperhatikan mereka berdua.

"Refreshing aja." ucap Raka.

"Oke nanti jam 8 kumpul dirumah gue aja, sekalian berangkat pake mobil gue." ujar Evan kemudian.

Tbc.

Sorry for typo.

Lima Belas Ribu [BL] [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang