B: Buana

29 1 0
                                    

Aku terusik oleh riuhnya suara yang menggelitik lara dalam gundah yang senduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terusik oleh riuhnya suara yang menggelitik lara dalam gundah yang senduh.

°°°

Setelah usai keributan yang terjadi di rumah tiga hari lalu. Aku pulang keesokan harinya dengan dijemput Bayu. Enggan kembali terlibat percakapan dengan Andan, yang setiap katanya tidak benar-benar salah.

Aku hanya enggan kembali mengusik diri bahwa selama ini, aku hanya menipu diriku sendiri. Karena enggan melepas zona nyaman yang terlanjur ku tempati.

"Mbak Gi?"

"Apaa?!"

"Dih abis ngerecokin gue tiga hari lalu. Bikin kencan gue gagal ama Syahilla. Malah lepas tanggung jawab."

Aku memijat keningku pusing.

"Kan mbak udah bilang sama pacarmu--" ucapanku dipotong cepat oleh anak ini.

"Bukan pacar!"

"Ya ya ya, gebetanmu! Kan waktu itu Mbak udah minta maaf Yu..." ucapku setengah kesal. Ini kalau menolong orang dengan setengah ikhlas seperti Bayu ini.

"Yo gak cukup cuma maaf doang kali Mbak!" memang tukang pancing emosi si Bayu ini.

"Ya terus?" tanyaku. Tapi setelah melihat wajah Bayu yang nampak mencurigakan aku menjadi ragu.

"Minta tolong bilangin ke Mas Aran dong Mbak... " itu bujukan pertamanya.

"Yuu! Kamu jangan mulai deh. Udah yang kemaren aja, jangan bikin ulah..." cukup kemarin saja, aku yang malu setengah mati atas tingkah Bayu.

"Loh, kenapa? Mbak kan pacarnya Mas Aran..," protesnya yang membuatku ingin melakban mulutnya saja biar diam.

"Kemarin kamu minta Mbak bujuk Mas Aran ngurusin cicilan rumahmu loh. Terus malah Mas Aran langsung yang lunasin! Emang itu kan mau kamu? Yu..., Mas Aran bukan suami mbakmu ini!" ketusku. Cukup sekali aku merasa malu atas tingkah adik sepupu ku yang sengaja beralasan minta tolong ini padahal aslinya minta dibayari.

"Ciee ngarep jadi istrinya Mas Aran." Ia malah menggodaku. Kurang ajar memang!

"Bayu!" geramku.

"Gi?" Baik, sekarang aku yang kaget sendiri, hanya karena panggilan dengan nada pelan itu.

"Wih baru diomongin Mas..." aku mempelototi Bayu dengan muka kesal.

"Saya mau ngobrol." Setelah tahu motif apa yang mendorong kekasih Mbaknya itu repot-repot mampir kesini. Nampaknya Bayu sadar diri, dan membiarkan aku dan Mas Aran mengobrol.

"Aku ke toilet dulu deh, mendadak suhu AC naik kayaknya."

Aran tak banyak menanggapi, ia memang kenal Bayu, sebagai sepupuku. Dan yang pasti mengenal sikap Bayu yang jelas tak tahu malu itu.

Erlebnisse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang