C: Chandrakanta

24 0 0
                                        

Dan dia si chandrakanta yang bayanaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan dia si chandrakanta yang bayanaka.

°°°

Ya, hal yang tidakku harapkan malah menjadi tempat terakhir aku duduk sekarang. Terlebih ini tanda tangan kontrak untuk masa kerja dua tahun yang memusingkan. Jika tidak aku harus membayar kompensasi sebagai balasannya. Ish! Mana mau aku! Mending kerja di sini saja daripada membayar uang ganti rugi yang melebihi gaji tiga tahun ku di divisi lama.

"Kamu kok bisa nyasar di bagian divisi HRD Gi?"

Aku tersenyum kikuk, "Ngikut temen Teh."

"Saha?"

"Heru yang belum lama resign pas mutusin married kemarin Teh."

"Oh! Pantes aja, kirain teh kemaren kamu mah pacaran ama si Heru, banyak atuh anak properti nyuruh teteh nanyain ama Heru. Pacarnya Heru, geulis pisan teh katanya minta tanyain ama Heru pake pelet naon si Heru, pengen katanya." aku tertawa pelan mendengar guyonannya Teh Rina.

"Bisa aja!"

"Teteh tebak, pasti kamu mah gak mau ya terjun langsung ke supplier atau vendor, apalagi divisi umum ini juga buat bantu urusan perizinan juga."

Uh ini yang buat ku malas sekali, toh perasaan banyak kok diluaran sana yang pekerjaannya tidak selalu sama dengan gelar sarjananya.

Aku melirik jam sejenak, 11.49, waduh sebentar lagi jam makan siang.

"Ya gitu Teh, kira-kira salah arah begitu. Aku cuma linglung aja waktu itu. Belum bisa mahami potensi diri sendiri."

"Ada janjian Gi?" wah senang bertemu dengan manusia peka sejenis dengan Andini begini.

"Euh iya Teh..."

"Pacarmu yang caleg kemaren eh?" Teh Rina nampak menggoda ku.

"Eh bukan Teh, yang nyaleg itu mah temenku sekalian tetangga."

"Kirain pacarmu."

"Berarti yang direktur PT-nya Pak Zihar itu ya?" wajah Teh Rina nampak terkejut ketika mengatakannya.

Aku bingung sendiri yang tahu hubunganku dengan manusia kaku itu hanya segelintir orang terdekat saja.

"Eh udah ditunggu Teh, duluan ya..." aku bergegas pergi. Menyadari kalau Teh Rina memiliki jiwa kepo yang tinggi. Daripada dicecar banyak pertanyaan mending selamatkan diri terlebih dahulu.

Garden Cafe Storia, ya sekarang aku di sini. Sudah lewat dari jam makan siang seperti biasa. Mungkin aku akan dicecar atau dimaki langsung oleh Mbak Wina, bagian pengawas di divisi kami. Aku tak perduli. Pikiranku sekarang tengah melayang pada kekasihku sendiri.

Sejak cekcok kemarin aku memang tak mengabarinya sama sekali. Tapi aku kira ia akan seperti biasa, mengabaikan keributan kemarin seolah kami baik-baik saja. Dan menikmati makan siang bersama seperti biasa juga. Tapi kali ini tidak, entah sudah berapa puluh kali aku meneleponnya, nomornya tak kunjung aktif.

Erlebnisse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang