Di Rusunawa tempat Neva tinggal ada seseorang pria dengan gaya close-up sedang berkaca sambil merokok. Pria itu mempunyai gaya rambut ala-ala personil boyband K-Pop. Pria itu pun nampak sekali enjoy.
Sedangkan di sisi Neva, ia berjalan sambil diikuti oleh Alicia. Neva pun masuk ke kamar rusun-nya dan sambil diintilin oleh Alicia.
Neva melihat seseorang yang duduk dikursi make-up nya sambil merokok. Ia pun langsung menghampiri orang itu dan memarahinya. "Bri kemana aja sih dari tadi?! Gue tuh sakau berat nungguin lo!"
Pria yang dimarahin Neva itu bernama Gabriel atau Briel. Neva pun memohon ke Briel. "Bri! Gue butuh banget barang Bri. Gue minta," Briel pun merespons Neva. "Kalo nggak ada barangnya buat apa juga gue ada disini," Neva pun makin marah sambil mendorong Briel. "Bohong!" Briel pun menjawab. "Gue nggak ada koncian!" Neva pun kesal ke Briel. "Lo kalau buat orang selalu ada ya. TAPI BUAT GUE MANA! ADA AJA ALASANNYA!"
Gadis berkaus lekbong itu memohon kembali. "Gue sakau berat Bri. Biasanya lo punya koncian!" Briel pun merespons kembali sambil diglendotin Neva. "Udahhhh... Udahhhh.... Tunggu dulu bentar... Tunggu dulu bentar..." Briel pun melepas glendotannya Neva dengan kesal. "Tunggu Bentar!"
Briel pun mengambil sesuatu yaitu dompet dan ia sambil meraba-raba isi dompetnya dan mengumpat. "Sialan lo. bikin gue drop aja,"
Neva pun nggak sabaran sambil memegang lengannya. Briel pun merespons. "Tunggu dulu,"
Setelah barang tersebut terambil Briel tidak langsung memberikannya ke Neva. Sedangkan Neva berusaha untuk merebut barang tersebut dari tangan Briel. Pria itu pun berucap. "Ada harganya nih," Neva pun mengambil barang tersebut lalu merespons Briel dengan kesal. "Gue ini pacar lo! Pasti bakalan gue bayar!"
Neva pun mengambil insulin dan jarum suntik baru lalu mencampurkannya dengan putaw.
Alicia yang melihat itu hanya terdiam saja ia sebenarnya mau negur namun takut.
Saat Neva lagi memakai putaw. Briel pun berucap ke gadis berkaus lekbong itu."Nev, Ada teman gue yang mau ngajak lo check-in. Gue dah janji mau nganterin cewek. Besok gue anterin lo kesitu ya,"
Briel pun mencium Neva yang lagi menyuntikan putaw ke lengannya. Lalu pria itu pun meninggalkan Neva yang masih memakai barang itu.
Setelah Briel pergi Alicia pun menghampiri Neva. Gadis poni tebal itu menasihati Neva."Nev, jangan Nev! Itu nggak baik buat lo Nev,"
Neva pun nggak memperdulikan nasihat Alicia malah gadis itu menambah dosis putaw-nya yang biasanya dua suntikan per hari menjadi empat suntikan.
Setelah suntikan keempat Neva pun langsung lega. Alicia mengajak gadis berkaus lekbong itu berbicara perlahan-lahan. "Neva lo harus berhenti pakai narkoba Nev. Dan lo harus tinggalin cowok itu. Dia udah hancurin hidup lo Nev," Neva pun merespons Alicia dengan suara sengau-nya. "Percuma Li. Kalau pun gue mau. Gue nggak kan bisa melepasnya," Alicia pun berucap kembali. "Lo dah gila ya Nev. Tuh cowok dah ngerusak otak lo tau nggak!" Neva pun merespons. "Sorry banget Li," Alicia pun melanjutkan bicaranya. "Gue tuh sahabat lo dari kecil Nev. Dan gue nggak mau hidup sahabat gue ini hancur cuma gara-gara narkoba," Neva pun menjawab. "Li, This is Jakarta mate. Jadi lo santai aja kali. Nggak usah sok suci deh atau sok moralis ya. Nikmati aja lah," Alicia pun bingung harus gimana lagi menghadapi Neva yang sudah jatuh dalam lubang kegelapan.
Alicia pulang dari rusun tempat Neva tinggal dengan wajah yang terdiam tertunduk.
*****
Keesokan harinya Neva diajak oleh Briel menuju sebuah dorm. Neva menggunakan jaket abu-abu dan gadis itu hanya dandan natural tanpa lipstick sedikit pun.
Briel pun memutar-mutarkan tubuh Neva. Kayanya ada ada yang aneh sama gadis dihadapannya itu. "Muter dulu..." Neva pun merespons. "Apaan sih!"
Setelah memutar tubuh Neva. Briel pun mengambil sesuatu. "Lo pakai lipbalm dulu deh," Neva pun merespons pria berkemeja pantai itu kembali. "Apaan sih! Ribet amat pakai kaya gituan! Gak mau ah!" Briel pun menjelaskan ke Neva. "Kalau dia tau lo pemakai dia nggak mau makai lo goblok!"
Neva pun mengambil Lipbalm itu lalu memakainya. Gadis berjaket abu-abu itu berucap lagi. "Gue dah mulai sakau nih," Briel pun merespons. "Iyeee bawel banget lo,"
Briel pun mengetuk pintu dorm itu sedangkan Neva sedang gelisah.
Orang yang ditunggu Briel pun muncul juga. Briel pun menyambut orang itu. "Bro," Pria bule itu merespons. "Hmmm... You jago Bri. You tahu je lah selera i," Briel pun berucap ke orang itu seraya menunjuk Neva. "Jelaslah My friend ni dude."
Briel pun berjabat tangan ke orang itu. "Selamat berpesta brader," Orang itu hanya berdeham lalu merespons pria berbaju pantai itu. "Danke,"
Briel pun meninggalkan Neva. Lalu Neva diangkat masuk oleh bule itu ke dalam dorm-nya.
Bule itu mengajak Neva melakukan hubungan intim dengan puluhan orang. Neva pun mau-mau aja karena bayarannya pasti besar.
Di tempat lain lebih tepatnya di area dekat stasiun MRT ada Briel yang sedang menunggu Neva di atas motor ducati-nya sambil merokok.
Beberapa saat kemudian datanglah seorang gadis sambil membawa sebuah amplop coklat tebal. Gadis itu pun mengkode Briel. "Hmmmm...Bri!" Briel pun melihat gadis itu. Dan gadis itu rupanya Neva.
Neva pun mengajak pria berbaju pantai itu. "Yuk," Briel pun bertanya. "Dah selesai?" Neva pun menjawab. "Dah,"
Briel pun menagih uang hasil jerih payah Neva. "Uangnya mana.... Uangnya," Gadis berjaket abu-abu itu memberikan segepok uang ke Briel. Neva pun menagih bagiannya. "Bagian gue dong," Briel pun menjawab. "Hutang lo kan masih banyak ke gue," Neva pun berucap. "Arghhh.... Gue minta sepaket lagi dong Bri. Gue dah mulai sakau nih," Briel pun menjawab. "Ya nanti di rusun. Gila aja lo disini!" Neva pun tersenyum lalu menaiki motor Briel.
Neva pun bertanya lagi. "Helm gue mana?" Briel pun menjawab. "Ntaran ah!" Neva pun merespons. "Maksud gue Helm Briel sayang," Briel pun berucap sambil menyalakan motor Ducati-nya. "Nggak ada cuma satu,"
Briel pun melajukan motornya dengan Neva memegang perutnya erat. Neva pun pasti mengikuti Briel kemanapun pria itu berada karena saking bucinnya.
*To Be Continued*
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta Story : The Sexy City
РазноеAlicia (Grace Octaviani) nekad datang ke Jakarta untuk mengejar cita-citanya. Namun ia kaget saat mengetahui betapa keras hidup di Jakarta, hingga ia melamar kerja di sebuah klab malam milik Om Alfin (Akhmad Fadli). Beruntung Alicia bertemu dengan R...