Perlahan mata pria itu terbuka, melihat pemandangan wanita cantik yang tidur disampingnya. Lalu ia mengeratkan pelukan keduanya. Wajahnya memerah kala mengingat kejadian siang malam yang panjang dengan istrinya.
Pria itu mengendus punggung istrinya. Perempuan itu tidak terusik sedikitpun. Ares bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.
Pagi ini hanya ada mereka berdua dalam vila. Teman-teman rea sudah pergi lebih awal dari sebelum ares terbangun.
Kini pria itu tengah membuat sesuatu makanan yang sangat rumit untuk dibuat. Bertepatan dengan Ares yang selesai masak begitu juga rea yang datang dengan langkah tertatih dan penuh kehati-hatian.
"Kamu kenapa sayang?" Yang Ares tanpa dosa
"Diamlah!" Ucap Rea yang sesekali mendesis nyeri di area bawahnya karena digempur pria tidak tahu diri itu siang malam.
Ares tersenyum lalu membantu rea duduk di kursi.
"Makanlah aku sudah bersusah payah membuat makanan khusus untuk mu" ucap ares Rea yang melihat makanan itu serasa ingin menampol pria ini.
"Mie instan? Ini hidangan yang kamu buat susah payah?"
Ares tersenyum kikuk
"Hanya itu yang aku bisa, semua bahan sudah tidak bisa di gunakan" ucap ares dengan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Rea melihat dapur yang sudah tidak berbentuk. Sebenarnya apa yang pria ini lakukan.
"Ayo makan, tidak perlu sungkan"
"Aku bukan sungkan tapi ragu dengan apa ada hal lain yang kamu masukkan? Racun mungkin?" Tanya Rea membuat pria itu menganga
"Aku tidak menambahkan apapun kecuali kesetiaan ku padamu, hanya itu dan tidak mungkin juga aku memberikan racun pada calon ibu dari anak-anakku" ucap ares membuat rea bungkam. Entahlah antara malas dan bagian bawahnya yang terasa nyeri.
"Apakah enak?"
"Hmm"
"Tentu saja aku yang masak, habiskan sayang" ucap ares dengan bangga
Rea makan dengan lahap membuat Ares senang pria itu pergi kedalam kamar. Rea kini beranjak ke luar vila. Perempuan itu pergi tanpa sepengetahuan ares.
Rea berjalan-jalan ke sekitar vila, ia melihat seorang anak kecil yang tiba-tiba terbawa arus air laut. Rea panik kala tidak mendapati orang tua anak itu ataupun orang di sekitar pantai. Rea pun langsung berlari melupakan rasa perih yang ada di bawah. Nyawa anak itu lebih penting dibandingkan rasa sakit yang ia rasakan.
"Bertahanlah" teriak rea perempuan itu masuk kedalam air laut yang dingin. Susah sekali ia menggapai bocah laki-laki itu, karena ombak yang besar dan kencang membuat rea kesusahan.
"Dimana dia?" Ucap rea saat tidak mendapati bocah laki-laki itu. Rea pun kembali masuk ke air kala melihat baju kuning tertarik ombak.
"Tunggu aku!" Teriak rea lalu ia menarik bocah itu dan membawanya ke tepi. Saat akan keluar dari pantai tiba-tiba kaki rea keram membuat kaki perempuan itu tidak bisa bergerak dan sakit luar biasa. Jika ia tidak segera keluar bisa-bisa ia dan bocah laki-laki ini yang menjadi korban.
Rea pun terus berusaha untuk bergerak tapi usahanya sia-sia semakin ia memberontak semakin sakit kakinya. Rea pun mendorong bocah laki-laki di dekapannya dengan keras agar setidaknya bocah itu bisa ditemukan. Bocah laki-laki itu pun terdorong arus hingga tubuhnya bisa ditepi bibir pantai. Bocah itu tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Changes Everything
RandomArea Melody Saidler merupakan seorang perempuan yang sangat mencintai pria yang bernama Angkasa Ares Pradza. Laki-laki yang digadang-gadang oleh seluruh perempuan. Bagaimana tidak laki-laki itu memiliki segalanya. Baik dari wajah yang tampan, tubuh...