New House | GL(SeulRene)

27 1 0
                                    

Decakan kagum serta ungkapan kekaguman lainnya keluar dari mulut Seulgi sesaat setelah ia dan sang kekasih keluar dari mobil mereka, menatap ke arah bangunan minimalis berkonsep modern yang terpampang didepan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Decakan kagum serta ungkapan kekaguman lainnya keluar dari mulut Seulgi sesaat setelah ia dan sang kekasih keluar dari mobil mereka, menatap ke arah bangunan minimalis berkonsep modern yang terpampang didepan mata.

Namun belum genap ungkapan ke-kagumannya terucap ia langsung bungkam, hal yang tak lain dan tak bukan adalah karena perabotan-perabotan di teras rumah itu membuatnya lemas. Ayolahh, ia baru saja dipaksa mandi beberapa menit lalu dan dipaksa langsung kesini oleh sang kekasih! Lalu setelahnya harus membersihkan sebegitu banyak perabotan? Itu terlalu bercanda untuk orang malas seperti dirinya.

"Rene, kamu yakin kita yang harus beresin semuanya ini?" tanya Seulgi untuk yang kesekian kalinya.

Mulai merasa jengah, Irene menyedekapkan lengannya didepan dada. "Mau berapa kali kamu bakal nanya ini hah? Tadi di mobil kamu udah nanya kayak gitu loh ke aku. Lagian juga nih ya, kamu mau nyuruh siapa emang? Kak Suho? Wendy? Apa Renjun sekalian?"

Seulgi meringis pelan mendengar omelan panjang Irene, seseorang yang pemalas seperti dirinya memang akan sedikit susah jika berpasangan dengan seseorang yang rajin seperti Irene.

"Udahlah, ayo beberes." Irene menarik kerah belakang Seulgi, menyeretnya ke arah kardus-kardus yang tersusun rapi di teras rumah.

"Iyaaaa, Baginda Ratuuu."

Setelah membuka pintu rumah dengan kunci yang sudah diberikan oleh pemilik sebelumnya yang lebih tua segera mengangkat satu kardus terlebih dahulu, membawanya ke dalam rumah. Seulgi dengan ogah-ogahan pun ikut mengangkat salah satu kerdus, yang sialnya adalah buku dengan berat luar biasa, luar biasa berat!

Tanpa memakan waktu lama keduanya sudah terlarut dalam keadaan berberes mereka, keduanya terus sibuk membersihkan bagian yang sebelumnya sudah dibagi oleh Irene agar Seulgi tidak memiliki kesempatan bermalas-malasan sebelum mereka selesai.

Saat ini Irene sedang sibuk membersihkan ruang tengah dan Seulgi di ruang dapur. Irene membuka-buka laci yang sekiranya akan dipakai untuk menyimpan beberapa barang. Hingga sampai di laci paling bawah, buku usang dengan sampul berupa lukisan kucing hitam tertangkap netranya berada didalam sana. Ia pun meraih buku itu, mengusap pelan debu tebal yang menghiasi bagian atas buku lalu membukanya.

"Buku apa ini?" tanya-nya nyaris tak bersuara sembari membaca bagian awal dari buku tersebut. "Diary? Kenapa pemiliknya tidak membawa buku ini bersamanya?"

Lembaran selanjutnya ia buka. Memperlihatkan sederet kalimat dengan tulisan rapi. Ia membaca perlahan buku itu tanpa melewatkan satupun kata, ingin mengetahui isi buku secara lengkap. Tahun disitu bertuliskan 1873. Eh? 150 tahun lalu?

Irene mengernyit bingung, halaman kedua buku itu tampaknya menuliskan tentang rumah barunya saat ini. Disana tertulis bahwa sang pemilik buku baru saja pindah ke rumah baru, rumah bergaya modern yang terlihat sangat cantik. Seiring ia baca kalimat demi kalimat ia dibuat semakin bingung.

Sang pemilik buku menjelaskan bahwa ia akhir-akhir ini merasa takut, ia sering kali mendengar suara barang bergerak tak normal saat ia sedang sendiri dirumah. Sangat berbanding terbalik dengan halaman kedua yang menjelaskan bahwa ia menyukai rumah barunya dan segala kecantikan dirumah itu.

Halaman demi halaman terus ia baca sampai ia berada di halaman dengan tulisan terakhir dibuku tersebut. Disana sang pemilik menceritakan bahwa ia baru saja melihat penampakan pelaku yang selalu membuat keributan saat ia sedang sendiri. Rambut panjang berwarna coket terurai se-punggung, netra berwarna hitam bercampur biru muda, menggunakan gaun berwarna soft pink dengan hiasan seperti bunga di bagian rok nya, mahkota sederhana, dan fitur wajahnya....

Bagaimana mungkin bisa persis seperti fitur wajahnya?

Ia masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan kecil mengapa ciri-ciri hantu yang tertulis di buku tersebut bisa mirip sepertinya, sebelum sayup-sayup ia mendengar Seulgi yang seperti berbincang dengan seseorang. Tetapi dengan siapa? Handphone wanita tersebut saja masih ia pegang saat ini.

Ia menatap kembali buku di tangannya, masih berusaha untuk memproses keadaan disekitarnya.

Irene langsung cepat-cepat berlari ke dapur setelah menyadari siapa yang diajak mengobrol dengan Seulgi. "Ugiii!!" serunya panik sembari menghampiri Seulgi, sekilas ia bisa melihat sebuah bayangan mulai menghilang dari hadapan Seulgi.

"Loh? Rene? Kok kamu udah ganti aja? Barusan sebelum aku lanjut beresin ini kamu lagi pake baju prom pas SMA, kan?" Irene menggeleng ribut.

"She's not me." Yang lebih muda menatap heran melihat sikap Irene yang terlihat ketakutan. Ada apa dengan Irene sebenarnya?

"Maksudnya? Tidak mungkinkan itu hanya sekedar han.....tu, k-kan?" Irene diam tak menjawab. Namun sudah cukup untuk menjadi jawaban bagi dugaan Seulgi.

Keadaan berubah sunyi. Lalu tiba-tiba Seulgi langsung memeluk erat Irene dan menyembunyikan wajahnya di tengkuk wanita itu. "Aaa, Reneeeee, aku mau pindah lagi ajaaa." rengek Seulgi dengan suara terpendam.

"Udah terlanjut dibayar, kasian yang punya kalo diminta lagi uangnya." tangan Irene mepuk-puk pelan punggung sang kekasih.

"Huaaaaa!!"

*****

New House
-Selesai-

✨✨🐈✨✨
Buat hantunya Fei terinspirasi dari photonya mbak Irene pas era feel my rhythm, ehe.

✨✨🐈✨✨Buat hantunya Fei terinspirasi dari photonya mbak Irene pas era feel my rhythm, ehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantik banget heran 😔

'Random Oddities' ¦ BL⇎GL(Kpop Edition)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang