Sinar rembulan menyiram lembut paras manis yang tampak fokus menatap buku di genggamannya. Seolah tidak peduli akan jarum jam yang terus berputar sampai nyaris menyentuh angka 12 tepat, matanya masih bergulir membaca deretan kata dari satu halaman ke halaman lainnya. Dan tak luput, senyuman kecil juga terkadang terlihat mengembang tipis dari bilah meronanya.
Sampai akhirnya suara mengingatkan dari tetangga kamarnya menginterupsi kegiatan membaca sang pemuda manis. "Yang Jungwon! Jangan tidur malem-malem ya!" Seruan suara lembut penuh ketegasan itu pun berhasil membuat Jungwon menutup bukunya dengan perasaan tidak rela.
"Huhh~, padahal aku masih ingin membaca."
Brugh
Badannya ia hempaskan pasrah ke kasur empuk bermotif kuromi itu. Matanya tertuju lurus ke atas ruangan, menatap kosong gantungan dream chatcer disana.
"Kira-kira kalau Jay Park itu manusia didunia nyata, dia akan setampan apa ya?" Gumamnya asal dengan kelopak mata yang terasa kian memberat, hingga akhirnya paras manis itu menunjukkan ketenangan tanpa ekspresi dengan nafas yang juga berhembus teratur.
Matahari kembali bersinar cerah, ditemani burung-burung yang berkicau bagai nyanyian di pagi hari. Terlihat Jungwon yang sudah siap berangkat ke tempat kerjanya sedang menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa.
Sedikit informasi tentang si pemuda Yang, ia adalah lulusan SMK jurusan multimedia. Sebelumnya, Jungwon pernah dikirim ke Amerika untuk bekerja setelah menyelesaikan studinya. Kurang lebih, ia sudah menghabiskan tujuh tahunnya disana lalu kembali lagi ke negara kelahirannya. Cukup menyayangkan, tapi selanjutnya Jungwon lebih memilih untuk bekerja di cafe yang cukup terkenal di kalangan para remaja milik sang teman.
Seperti kegiatannya di lain hari, ia sekarang sudah berjalan santai menuju cafe temannya. Jarak yang tidak terlampau jauh membuat si pemuda manis memilih menikmati udara sejuk di pagi hari, sebelum nanti tercemar polusi kendaraan tentunya.
Dying in your arms
Feeling like on a cloud
혈관 속에 퍼져가는
Taste of yourSenandung kecil keluar dari mulut pemuda penyuka novel fiksi itu. Jungwon terus bernyanyi lagu acak hingga tak terasa kakinya sudah melangkah memasuki cafe dan disambut dengan sapaan pemilik cafe.
"Jungwoniee~, selamat datangg!" Sambutan penuh semangat dilontarkan pemuda berwajah menggemaskan yang tadinya sibuk menata meja dan kursi-kursi.
"Selamat pagii, Sunoo. Tumben sudah beres semua, sedang mood buka pagi ya?" Jungwon berbasa-basi kecil sembari berjalan masuk ke bagian kasir lalu meletakkan tas bawaannya.
Sunoo mengangguk menjawab. "Eung! Siapa tau kita bisa melihat pria tampan yang akan berangkat bekerja kalau cafenya buka lebih awal 'kan?" Alis Jungwon terangkat bingung dengan senyuman kecil sebelum akhirnya tertawa kecil.
"Terus Kak Sunghoon mau di kemanain, diobral 10 ribuan gitu?" Tangan Jungwon bergerak mengambil lap lalu mengusap debu tipis yang berada di atas meja kasir dan kaca pembatas di meja itu.
"Heh! Ngawur! Kan Sunoo cuman mau cuci mata pagi-pagi, bukan mau cari yang baru." Gerutu Sunoo sembari berjalan ke ruangan dibelakang kasir yang merupakan dapur dan tempat meracik minuman.
"Ya siapa tau kann." Ucap Jungwon jenaka sembali mengerling nakal.
Tidak ada respon terdengar dari ruangan di belakang selain suara air mengalir yang menghantam lapisan besi wastafel. Dengan berakhirnya percakapan mereka, cafe pun hanya dipenuhi oleh suara musik menenangkan dari speaker, menemani beberapa pengunjung yang mulai berdatangan.
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat hingga tibalah waktu makan siang. Raut muka Jungwon yang semula terlihat seperti orang tidak makan 1 minggu berubah menjadi cerah seiring langkahnya menuju pintu cafe untuk membalik papan bertuliskan 'Open' menjadi 'Close'. Namun belum sempat tangannya menyentuh papan tersebut suara nyaring milik Sunoo terdengar memanggilnya dari arah dapur.
"Jungwon! Sini bantuin Sunoo cuci gelas!" Dengan setengah hati Jungwon mengiyakan pelan lalu berjalan lemas menuju dapur.
10 menit mereka berdua habiskan untuk mencuci dan mengelap gelas-gelas serta piring-piring cookies. Dengan tangan bergerak mengelap sisa-sisa air di apron yang wajib ia kenakan saat masih waktu kerja, ia berjalan menuju kasir sembari menundukkan kepala karena trauma tersandung barang miliknya ataupun sunoo.
Saat tangannya sudah meraih tali apron yang terikat di belakang tubuh suara bariton dengan nada sungkan terdengar memasuki rungunya. Membuat Jungwon langsung mendongak dengan tampang melasnya.
"Eh maaf, ini cafenya masih buka kan ya?" Pertanyaan spontan yang keluar setelah melihat wajahnya itu Jungwon balas dengan anggukan kaku serta senyuman paksa.
"M-masih kok, Kak. Mau pesan apa?" Tanyanya sembari cepat-cepat mengaktifkan kembali layar tablet yang digunakan khusus untuk menulis dan menghitung pesanan.
"Ice milk tea-nya masih ada?"
"Masih ada, Kak."
"Oh oke, saya pesan itu satu sama rotinya ini satu." Pemuda bertampilan rapi dengan kemeja putih ber-dasi yang dipadukan bersama celana hitam itu meraih roti yang disediakan di atas etalase cookies yang memang berada tepat di samping meja kasir.
"Baik. Atas nama siapa?"
"Jay Park." Tangan yang semula sudah siap di atas keyboard untuk mengetik seketika membeku di udara. Jungwon mendongak menatap sang pemuda yang sudah terlihat memegang kartu kreditnya.
"Jay Park? I-itu, nama Kakak?" Ulangnya sekali lagi yang dibalas dengan anggukan serta senyuman tipis Jay.
Meski masih merasakan perasaan terkejut luar biasa Jungwon pun lanjut mengetikkan nama pemesan. Kegiatan umum seorang kasir yang biasa dilakukannya tanpa terasa terlewati begitu saja, tentu tak lupa dengan perasaan berdebarnya.
Setelah mengucapkan kalimat terima kasih dan meminta Jay untuk menunggu sejenak pesanannya, Jungwon segera berjongkok sembari menatap lantai.
"Aku tau kalau orang bernama Jay di dunia ini bukan hanya dia, tapi... apakah orang yang memiliki nama lengkap Jay Park itu banyak sekali?" Bisiknya begitu pelan sembari menggigiti kuku telunjuk tangannya.
"Mana dia terlihat persis seperti gambaran fisik Jay yang selalu tertulis di novel. Padahal kan authornya sudah bilang kalau ceritanya murni fiksi belaka dan tidak ada yang ternspirasi dari dunia nyata. Memang bisa sekebetulan itu namanya sama? Ya, bisa sih. Tapi... aihhh!"
Apakah Jay Park yang selama ini Jungwon idam-idamkan untuk menjadi nyata dan bisa menjadi pasangannya benar-benar muncul dan bisa mewujudkan harapannya itu? Yah, tidak ada yang tahu. Biarlah itu menjadi salah satu bagian kecil dari misteri di universe mereka.
*****
Fictional Guy
-Selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
'Random Oddities' ¦ BL⇎GL(Kpop Edition)
FanficCuman cerita yang demi apapun random banget! Tapi mungkin bisa jadi seru buat kalian! Dan ceritanya tentu aja punya plot yang berbeda. Jadi kalo misal ada yang panjang baangett atau pendek baangett, sorry banget ya... terus kemungkinan besar i will...