Epilogue

90 7 1
                                    

***

"Tim SAR tengah mencari beberapa jasad yang tersebar di sekolah, mengumpulkan beberapa jasad murid sesuai identitas mereka..."












*pip*




"Puas sama hasilnya?"

Lelaki tinggi bertudung hitam itu mengangguk.

"Bapak bakal nyerahin diri?"

"Sesuai kesepakatan, saya yang akan tanggung jawab atas semuanya"

"Soal Rei..?"

"Akan dipastikan kasusnya naik ke publik"

"Makasih pak"

"Saya yang harusnya makasih sama kamu, kamu mau bertahan ngejalanin peran kamu meskipun saya tahu kamu capek-"

"Dan jijik, tapi saya harus bertahan"

Lelaki yang duduk mengulas senyum.

"Makasih banyak sudah bantu bapak selama ini, kalo gak ada kamu mungkin bapak gak akan bisa senekat ini"

"Harus pak, manusia kayak mereka memang pantas dapat akibat dari perbuatan mereka"

Lelaki yang duduk tadi berdiri, memeluk si lelaki bertudung hitam.

"Soal kamu, bapak gak akan ngomong apapun. Tapi kamu harus janji kedepannya kamu harus hidup lebih layak, oke?"

"Janji pak"

Keduanya melepas pelukan mereka, lalu si tudung hitam pergi dari sana menyisakan lelaki yang duduk tadi sendirian.









***

- IN MEMORIAM -

Nama seluruh siswa yang meninggal malam itu tertulis di seluruh penjuru sekolah dan kelas khusus resmi di bubarkan.

Kepala sekolah Lee Junho dipecat dari jabatannya karena sudah ketahuan beberapa kali melecehkan para siswi dan juga memberi perlakuan khusus pada murid di kelas spesial.

Mr. Brian ditangkap sebagai tersangka utama, dia bahkan sudah mengaku.

Motif dari pembunuhan para siswa ini adalah demi menegakkan keadilan menurutnya, tapi itu tidak mengurangi hukumannya yaitu hukuman mati.

Sekolah elit ini juga terancam di tutup karena membiarkan pembullyan terjadi selama bertahun tahun tanpa ditangani dengan benar.

Publik mengetahui semua kebusukan sekolah elit ini berkat sebuah akun YouTube yang membongkar semua kejadian secara mendetail.

Meskipun sudah beberapa kalo di takedown, video itu sudah terlanjur tersebar dan menjadi buah bibir masyarakat.










"Dohyon!"

Lelaki jangkung itu menghentikan langkahnya lantas menoleh.

"Surat pindahan kamu sudah selesai, ini"

"Makasih bu"

"Ibu turut berduka cita ya, soal kembaran kamu"

Dohyon hanya mengulas senyum tipis.

Setelah itu kakinya melangkah ke depan papan pengumuman, menatap semua teman-temannya yang meninggal secara tragis.

Matanya menatap ke arah foto Wonyoung.

Kemudian air mata mulai mengalir.

Namun, senyumnya mengembang setelah itu.

Lantas ia pergi dari sana, menghapus air mata bahagianya.













































"Good bye, evil"
















***


Lee Dohyon, pertama kali bertemu dengan kembarannya saat mereka umur 10 tahun.

Saat itu Dohyon hanya lelaki polos dan lugu yang tidak tahu kalau ternyata ia memiliki seorang kakak perempuan yang tinggal di luar negri.

Dohyon menyayangi kakaknya ketika pertama kali keduanya bertemu.

Namun sayangnya Dohyon tidak diperlakukan dengan baik oleh kembarannya itu.

Dohyon pertama kali dilecehkan secara fisik dan verbal oleh kembarannya, bahkan itu berlangsung sampai mereka duduk di bangku SMA.

Kembarannya terlalu terobsesi pada dirinya hingga menimbulkan hubungan toxic itu.

Dohyon tidak berbuat apapun karna bagaimana pun gadis itu lebih pintar dari pada dirinya.
Manipulatif dan kasar.

Semua yang Dohyon perbuat semua dalam pengawasan kembarannya.

Memasuki lingkaran toxic pertemanan kakaknya juga membuatnya muak sampai ia bertemu dengan seorang gadis di tahun pertama mereka di SMA.

Murid pindahan dari Jepang, Naoi Rei namanya.

Gadis paling tangguh yang pernah ia temui.

Ia berani melawan kembarannya di hari pertama kali ia tiba, disaat semuanya tunduk pada Wonyoung.

Meskipun ia kemudian harus menerima dirinya di bully, gadis itu tetap tak tunduk pada Wonyoung dan teman-temannya.

Ia tetap melawan.

Dohyon menyukai gadis itu, karna ia tahu hanya gadis itu lah lawan tangguh kembarannya.

Dan titiknya adalah ketika kembarannya itu tahu kalau dirinya menyukai gadis itu.

Posesif, obsesi dan sikap abusive kembarannya adalah hal paling yang tidak bisa ia tolerir.

Seketika dunianya hancur mengetahui, bahkan menyaksikan langsung bagaimana kembarannya itu meminta Jungwon untuk memperkosa gadis itu dalam keadaan teler (karena obat).

Bertambah hancur ditambah benci setelah mengetahui bagaimana gadis itu meninggal.

Ia berencana balas dendam dan beruntungnya ia bertemu dengan Kang Brian, wali kelasnya yang sudah bertahun² melihat keburukan sekolah yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu para siswa.

Awalnya mereka tak berani sampai sejauh itu, namun ketika mengetahui mereka belum juga berhenti bersikap, kedua lelaki itu mulai membulatkan tekad mereka.



































"Bullying isn't a reflection of the victim's character, but rather a sign of the bully's lack of character"

"Bullying bukanlah sebuah cerminan dari karakter si korban, melainkan sebuah tanda dari kurang(etiket baik)nya karakter si pelaku bullying"













End •









Hai sudah ending ya.
Emang begini aja ceritanya, gamau terlalu banyak bertele-tele.
Terima kasih banyak yg masih membaca cerita ini, kalo masih ada yg bingung tanya aja boleh kok 🙏🏻

Intermediate ; 04'z ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang