06 : Day 1

212 18 1
                                    

Alice mengambil beberapa buku dari rak buku dan membaca sumarrynya sekilas lalu menaruhnya lagi. Alice menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Tanya Ian.

"Nggak ada novel bagus."

"Ada kok yang bagus,"

"Hah? Mana?"

Ian tersenyum misterius, "Liat aja nanti, novel yang aku beliin buat kamu."

"Idih. Sok-sok surprise."

"Iyalah, baru jadi gebetan aja udah penuh surprise gini, apalagi pas jadi pacar?" Jawab Ian sambil menaik turunkan kedua alisnya berkali-kali.

Alice membulatkan matanya, "Eh iya, gue udah tau lo ekskul apa."

Ian mencibir, "Ih mengalihkan pembicaraan, Oke. Ekskul apa emang?"

"Basket." Jawab Alice sambil tersenyum puas.

"Nah, kenalin, Captain Ian." Kata Ian sambil menjulurkan tangannya.

Alice menampis juluran tangan Ian dan mendengus, "Sombong banget sih. Ekskul basket gue eliminasi juga nangis." Jawab Alice sambil berjalan kecil menuju rak buku disebelahnya.

"Hah? Jangan-jangan--" Ian berpikir sejenak.

"Iya, gue salah satu pengamat ekskul Yan. Makanya, sopan sama gue biar basket masih tetap jadi ekskul." Jawab Alice puas.

"Ih curang, mana boleh anggota pengamat ekskul ikut ekskul. Curang banget dong ekskul photography." Protes Ian.

"Kan gue ketuanya. Ketua mah bebas."

Ian membulatkan matanya kaget, "Lo ketuanya?"

Alice mengangguk puas dan pergi menuju ujung lain di toko buku itu meninggalkan Ian. Melihat Alice berjalan pergi, Ian menuju rak buku lain dan mencari sebuah buku yang dicarinya. Setelah menemukan buku yang dicarinya, Ian mengambilnya dan tersenyum puas. Ian berjalan menuju ke kasir dan memberikan beberapa lembar uang limapuluh ribuan.

Setelah berhasil menyiapkan sebuah kejutan kecil-kecilan versinya. Ian menunggu Alice di kedai kopi kecil yang ada di dalam toko buku itu.

Sekitar 15 menit kemudian, Alice muncul di hadapan Ian dengan tampang bingung.

"Kenapa?"

"Kok gue nggak dibeliin?"

Ian hampir memuntahkan kopi hitam yang baru diminumnya itu, "Astaga, Lice. Pertanyaan umum yang harus lo tanya itu 'Kamu nunggunya kelamaan ya? maaf.' Bukan 'Kok gue nggak dibeliin?'" Cibir Ian sambil menggeleng-geleng.

Alice hanya tersenyum lebar dan menggigit bibir bawahnya sambil tetap tersenyum. Seperti senyum hamster. Alice mengambil kopi hitam itu dan meneguknya. Tiba-tiba Alice terbatuk, "Kok pahit sih?"

"Namanya juga kopi."

"Kan ada yang manis."

"Gue pesennya yang pahit."

"Kenapa nggak yang manis?"

"Nanti diabetes."

Alice menatap Ian bingung minta penjelasan.

RaindropsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang