Bab 21 Sin β | Flashback off

833 181 61
                                    

Saranku siapkan mental sama ingatan dari prolog sampai bab kemarin

Saranku siapkan mental sama ingatan dari prolog sampai bab kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐝🐝

"Beta!"

Beta tersadar dari lamunannya. Buru-buru ia mengusap air matanya yang sudah kering.

"Mas, kok ada di sini?" tanya Beta bingung.

Sosok yang Beta panggil Mas mendekat.

"Aku cariin di ballroom ternyata ada di sini. Kata panitia yang lain kamu lagi ngobrol sama pembicaranya, kamu kenal?"

Beta mengangguk. "Temen lama."

"Kamu masih ada urusan enggak?"

"Enggak, seminarnya udah selesai."

"Syukurlah, ayo ke butik. Ini fiting terakhir sebelum hari H."

Beta mengangguk. Lalu segera mengikuti Nafi Dirgantara-calon suaminya. Seperti namanya, Nafi Merupakan tentara angkatan udara.

Sepanjang perjalanan, Beta masih diam. Perasaannya kembali kacau setelah bertemu Sin kembali.

"Beta."

Beta terkesiap. "Iya?"

"Kamu mikirin apa sampai melamun?"

"Ah enggak." Beta mengelak.

"Kita udah sampai, ayo turun."

Beta mengangguk lalu turun dari mobil. Fiting baju pun segera dilakukan. Ada tiga gaun yang harus Beta coba. Gaun pertama gaun putih bersih sederhana untuk akad nikah. Gaun kedua ada gaun berwarna biru yang senada dengan seragam Nafi untuk pesta pedang pora. Gaun ketiga ada gaun putih dengan aksen gold di banyak bagian. Fiting selesai. Baju untuk Nafi pun sudah di coba. Keduanya lalu keluar dari butik.

"Langsung pulang atau mampir dulu?" tanya Nafi.

"Langsung pulang aja Mas, aku gak enak badan," jawab Beta.

Nafi mengangguk.

Sesampainya di rumah, Beta langsung mengurung diri di kamar. Ia menangis, entah apa yang ia tangisi.

Beta menarik loker nakasnya. Di sana ada dua buah foto dirinya bersama Sin, satu saat olimpiade, dua saat Sin wisuda. Di atasnya ada jepit rambut lebah dari Sin yang Beta jaga agar tidak hilang.

Beta terisak kembali. "Maafin aku Kak, maaf."

Beta menjambak rambutnya frustasi.

"Andai aja kamu datang tepat waktu, andai aku gak terima lamaran Mas Nafi, Andai aja..."

Semua itu hanya andai yang tak bisa jadi nyata. Sin terlambat, Beta sudah akan menikah dengan Nafi.

Pintu kamarnya tiba-tiba saja terketuk.

Sin βTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang