Bab 26 Sin β | Lamaran

935 180 134
                                    

Hai ges. I'm back. Mental ku udah aman sekarang, tapi masih gampang ke trigger sih. Aku juga dah gak pake obat tidur, yeay.
Oke itu gak penting. Kalian udah bebas mau komen pake capslock lah atau bahasa alien sekalipun, boleh.

Kalau ada typo komen aja yaa^^

Kalau ada typo komen aja yaa^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐝🐝

"Kak jilbab aku udah bener kan?" Beta bertanya pada Arsyila.

"Sudah Beta. Mau berapa kali lagi kamu benerin hm?"

"Kak, aku nervous."

"Itu wajar Ta. Tenangin diri biar gak salah ngomong nanti."

"Kak, aku takut Kak Sin atau keluarganya enggak terima status aku."

"Sin udah bilang kalau itu bukan masalah kan? It's okay Ta."

"Kak..."

"Apa lagi Beta?"

"Semalem aku mimpi Mas Nafi, dia senyum lihat aku. Dia ngasih restu Kak. Aku merasa bersalah."

"Kamu gak usah merasa bersalah Ta. Nafi orang baik. Buktinya dia kasih restu lewat mimpi sama kamu. Udah jangan sedih-sedih sebentar lagi Sin datang."

Beta mengangguk. Ia kembali melihat wajahnya yang cantik karena make up tipis yang ia poles sendiri.

"Jilbab aku udah rapi 'kan Kak?"

"Beta kamu mau tanyain itu berapa kali lagi?"

Pintu kamar dibuka pelan. "Beta ayo turun Nak, Sin sama keluarganya sudah datang."

Beta mengangguk. Perempuan itu lantas dituntun hingga sampai di ruang keluarga. Beta tak berani menghadap ke depan, ia terus meremas tangan Arsyila dan Bunda yang ada di kanan kirinya. Beta duduk tepat di depan Sin–diapit oleh Ayah dan Bunda.

Beta memberanikan diri melihat ke depan, hal yang pertama ia lihat adalah Sin yang tersenyum hangat ditambah tatapan Sin yang begitu teduh membuat hatinya meleleh.

Orang tua di sana memilih basa basi terlebih dahulu. Saling bertanya kabar, seolah alumni yang sedang kumpul.

Hingga sudah saatnya Sin berbicara. Lelaki itu gugup, ia memang sering mengisi seminar yang dihadiri ribuan orang. Namun, sensasi berbicara kali ini beda. Membuat dirinya mules.

Sin berdeham singkat sebelum mulai berucap. "Bismillahirrahmanirrahim. Kehadiran saya beserta keluarga ke sini, ingin meminang putri satu-satunya Om Dana, Beta Minerva Alkhaleena, sebagai istri saya, penyempurna agama saya, serta patner saya menuju surga-Nya."

Dana mengangguk kecil. "Saya sebagai Ayah Beta, menyerahkan keputusan ini kepada Beta sepenuhnya. Bagaimana Nak, kamu terima lamaran Sin?"

Beta meremas tangannya gugup. "Maaf, sebelum Beta jawab boleh aku bertanya?"

Sin βTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang