Volume 1 CH 3 : Pertemuan Darurat

183 27 12
                                    


Baturaja, ialah tempat dimana ABRI pada umumnya melaksanakan latihan tempur. Pusat Latihan Tempur di Sumatera Selatan ini telah berstandar internasional, menjadikannya selain digunakan untuk latihan oleh militer Indonesia, juga oleh pasukan asing. Dalam hal pasukan asing, hal itu entah saat sedang dilatih disini maupun dalam rangka latihan bersama, seperti yang tengah terjadi saat ini.

Dalam rangka penutupan latihan bersama tahunan Azure Wind, yang untuk suatu hal diundur dari bulan Oktober ke Desember, Panglima Besar ABRI, Hendra Kurniawan tampak tengah berdiri di atas podium didampingi oleh beberapa perwira ABRI, Perancis, Cina, Pakistan dan Myanmar. Di depan mereka, nampak prajurit dari lima negara berbaris rapi dengan alutsista mereka juga diparkir di belakang mereka, mulai dari Anoa hingga Leclerc, memberikan kesan yang luar biasa menggetarkan bagi siapapun yang melihatnya.

Dalam rangka penutupan pidatonya, Hendra kemudian berkata, "I hope that-"

Belum selesai dia menutup pidatonya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh ucapan seorang perwira ADRI di belakangnya yang maju kedepan untuk berbisik sembari menepuk pundaknya beberapa kali tanda berhenti, setelah sebelumnya dipanggil oleh staff ke sisi panggung untuk dibisiki sesuatu.

"Ada masalah serius di Bali, anda diperintahkan untuk segera terbang menuju Nusantara," Jelas perwira itu secara singkat.

Menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang teramat sangat penting dari fakta bahwa dia harus terbang sesegera mungkin, ia pun memutuskan untuk segera menyelesaikan pidato penutupannya yang sempat terhenti tadi. Setelahnya, ia pamit kepada semua perwira Indonesia dan luar negeri dan meminta maaf karena dia tidak bisa mendampingi mereka hingga akhir karena suatu hal yang mendesak.

Setelah mengemas barang-barangnya dan memastikan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal, ia langsung menuju parkiran dimana supir mobilnya telah menunggu.

"Segera bawa saya ke bandara!" Perintahnya ke supir mobil yang langsung dibalas dengan anggukan dan jawaban siap dengan nada tegas.

*********************

Pasukan Tasa secara perlahan namun pasti berjalan memasuki bangunan berwarna hijau yang memiliki monumen nobav tepat didepan gerbang masuknya. Tulisan, atau setidaknya itu yang mereka kira, terukir jelas di gerbangnya namun tak dapat mereka baca. Setidaknya, dari melihat bentuk kompleks bangunan ini beserta aksesorisnya yang tak bisa berbohong, mereka dapat menyimpulkan bahwa ini jelas merupakan markas militer.

Seorang prajurit dengan rambut putih dan pupil yang berwarna merah terang mengamati halaman dan daerah sekitarnya secara seksama.

"Ada banyak dokumen yang dibakar, nampaknya mereka meninggalkan tempat ini secara terburu-buru." Ucapnya sembari memutuskan untuk menaruh senapannya di punggung bagian belakang, alias di gendong.

Kawannya yang berada di kanannya mengangguk tanda setuju. Meskipun, ada beberapa tanda tanya yang nampak di wajahnya.

"Mikhail, meskipun benar mereka nampak meninggalkan markas ini dengan terburu-buru yang terlihat dari bakar-bakar ini, apakah kau yakin tempat ini sudah benar-benar bersih dari ancaman?"

"Yah, kau tahu Pavel, aku biasanya tidak akan melakukan hal seperti ini dan kau tahu itu. Aku tidak merasakan hawa kehadiran musuh disini, tidak seperti biasanya aku merasa selega ini di medan perang."

Pavel paham benar dengan orang ini. Mikhail, orang yang disebut sebagai satu-satunya veteran perang Irsatkh 1904. Melihat sang veteran sampai begini membuat dia hanya bisa mengangguk tanda setuju.

"Mari kita cek apakah ada yang tersisa dari markas ini," ucapnya menyusul pergerakan beberapa prajurit Tasa yang melangkah memasuki kompleks ini.

Sepi dengan sesekali angin bertiup-tiup mengirim asap dari dokumen yang dibakar memasuki kompleks markas. Atau jika sudah di dalam kompleks, maka memasuki ruangannya. Tak ada yang dapat menyangkal bahwa ini sungguh sepi, seolah-olah ini telah lama ditinggalkan.

GATE : Joint Expedition To OutrealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang