Chapter 6

939 175 1
                                    

Beberapa hari telah berlalu, Alice masih belum diperbolehkan untuk latihan apapun. Dia hanya boleh melihat rekan-rekannya saja.

Alice duduk melihat teman-temannya merasa iri. "Cihh, padahal lukaku uda hampir sembuh. Aku sudah sangat merindukan memegang senapan".

Kemudian Rose mendatangi Alice kemudian duduk disebelahnya, "Apa kau sudah baik ?".

"Yaaaa, lumayan. Berkat ramuan yang kau berikan. Apa kau sudah dijelaskan oleh Jill tentang tempat ini ?"

"Sudah, aku sudah dijelaskan. Jadi apa kita ada misi selanjutnya ?" Tanya Rose.

"Masih belum, sepertinya menunggu semua orang pulih. Jill saja baru pulih, tangan Jerick dan Juneaf juga. Kau sudah bertemu dengan Mia ?"

"Sudah, dia sangat keren. Aku juga mempelajari beberapa teknik darinya" Ucap Rose.

***

Alice mengetuk ruangan Jayden dengan penuh keraguan, namun dia tetap melakukannya.

"Jay, apa kau didalam ?"

Namun tak lekas mendapat jawaban, Alice perlahan membuka pintu itu. Dan melihat sosok Jayden tertidur pulas. Alice mendekat dan menatapi wajah Leadernya itu.

"Not bad".

Alice melihat secuil kotoran berupa percikan kertas diwajah Jayden, dan berusaha mengambilnya dengan hati hati. Tiba tiba Jayden terbangun langsung memegang Alice dan mengubah posisi dimana Alice berada dibawah Jayden, sedangkan tangan satunya Jayden sudah memegang pisau.

Alice terkejut bukan main bahkan kini dia sudah menutup matanya.

"Alice ?"

"Iyaaa ini aku Alice" Ucapnya sambil membuka perlahan matanya.

Jayden melepas genggaman erat tangannya pada Alice, "Ada apa ? Kenapa tiba tiba masuk ruang kerjaku ? Apa kau tidak punya sopan santun ?"

"Apa ? Kau mengatakan aku tidak memiliki sopan santun ?"

"Yaaa, benar kau tidak memiliki sopan santun. Kau masuk kedalam ruanganku dan menyentuh wajahku. Jangan-jangan kau mengira aku mengistimewakanmu karena kejadian tempo hari ? Jangan harapkan itu, kau hanya teamku tidak lebih"

"Hahahaha kau lucu" Ucap Alice kemudian pergi begitu saja dan membanting pintu itu.

Niat hati Alice ingin membicarakan mengenai mantan kekasihnya, namun diurungkan karena sikap Jayden yang menuduh hal yang sama sekali tidak pernah terlintas dipikiran Alice.

"Aku akan menyusun rencanaku sendiri, aku tidak akan melibatkanmu Jayden".

***

Dipagi buta, Alice sudah berada diarena pelatihan untuk melatih kembali kemampuannya dalam menggunakan senapan. Hampir semua tembakan tidak pernah meleset. Entah karena dendam kepada mantan kekasihnya atau perasaan kecewa terhadap tuduhan Jayden.

"Hey Alice" Ucap Jerick.

"Hmmm".

"Bukankah kau masih proses penyembuhan ? Bisa dimarahi Jayden jika kau melakukan hal ini" Ucap Jerick.

"Aku sudah sembuh, jadi biarkan aku" Ucap Alice yang kembali mengambil senapan lain untuk dicoba.

Tiba tiba suara langkah kaki terdengar "Kau tidak dengar panglima tempur sudah memberitahumu bahwa kau tidak diperbolehkan berada disini selama penyembuhan ?" Ucap Jayden.

"Aku sudah sembuh" Ucap Alice dengan nada sinis.

"Kenapa kau sangat keras kepala ? Cepat kembali ke kamarmu" Bentak Jayden.

"AKU TIDAK MAU, AKU INGIN BERLATIH" Ucap Alice dengan lantang dan keras.

Jayden menghampiri Alice dan menatap kedua matanya, "Jika kau tidak mematuhiku silahkan pergi dari mansion ini, aku tidak suka pembangkang sepertimu" Ucap Jayden.

"Oh baik, aku akan pergi. Terimakasih karena pernah membantuku" Ucapnya sambil menyerahkan senapan milik Jayden.

Alice pergi begitu saja dari arena itu tanpa sebuah salam atau ucapan apapun.

Sedangkan Jerick, dia hanya menepuk dahi karena merasa pekerjaannya akan semakin berat jika tidak ada Alice. Jujur selama ada Alice pekerjaan lebih mudah dan tidak membutuhkan kinerja extra.

Fisik Alice yang lebih kuat dibandingkan Jill, kemampuan senapannya bahkan melebihi Bard. Dia juga termasuk wanita yang licik dan cerdik.

Jayden hanya membuang nafas dengan kasar "Sialan, mulut sialan".

"Kau itu kenapa Jay ? Kenapa mengusir Alice ? Egomu apa tidak bisa diturunkan sedikit, mungkin dia bosan karena beberapa hari hanya berada dikamar dan melihat kita berlatih" Ucap Jerick yang ikut merasa frustasi.

"Kau diam Jerick, lanjutkan latihanmu" Ucap Jayden kemudian pergi begitu saja meninggalkan Jerick yang terlihat kesal.

***

Waktu makan malam telah tiba, semua menghadiri makan malam tersebut kecuali Alice dan Jayden.

"Kemana Alice ? Seharian ini aku tidak melihatnya" Ucap Jill.

"Dia pergi" Ucap Jerick.

"APA" Ucap serentak.

"Bagaimana bisa ?" Tanya Edward.

"Leader mengusirnya karena dia membatah perintahnya" Ucap Jerick.

"Tunggu, mereka bertengkar ?" ucap DK

"Aku tidak paham, yang jelas pagi pagi buta Alice sudah berlatih. Tiba tiba Jayden datang dan melarangnya untuk berlatih. Tapi Alice bersikukuh untuk tetap berlatih, alhasil mereka adu mulut dan berakhir dengan Jayden mengusir Alice".

"Padahal ada Alice pekerjaan kita lebih mudah" Ucap Edward.

"Benar, aku juga merasa hal itu. Kalian tau sendiri aku tidak bisa melakukan hal seperti Alice, melakukan strategi yang cantik terhadap musuh" Ucap Jill.

"Apalagi aku, jika aku mampu pun aku tidak bisa bela diri" Ucap Mia.

"Aku akan mencari Alice, karena aku berada disini karena Alice bukan karena siapapun" Ucap Rose yang pergi dari kursi makan.

"Jika kau mencarinya, besok saja. Sekarang sudah malam" Ucap Juneaf kemudian Rose kembali dan duduk.

DK dan Malvin hanya saling melirik atas sikap Juneaf pada Rose.

"Apa sebaiknya kita besok mencari keberadaan Alice ?" Ucap Mia.

"Aku setuju sih" Ucap Edward.

"Kita selalu siap bantu" Ucap DK dan Malvin.

"Bagaimana dengan Jayden ? Dia pasti marah" Ucap Jerick.

"Ya kita melakukan misi diam diam tanpa sepengetahuan Jayden" Ucap Juneaf.

***

Sedangkan kondisi Alice kini berada di sebuah penginapan yang tak jauh dari tempat tinggal lamanya. Alice masih merancang strategi untuk membunuh kedua orang itu. Alice mencari berbagai informasi agar pembunuhannya terencana dengan sempurna.

"Jadi sekarang mereka tinggal di dekat gunung yaaa, bukankah akan lebih mudah membunuh mereka karena tidak memiliki tetangga ?"

"Aku harus mencari infomasi lagi mengenai semua sertifikat tanah itu apa sudah dirubah oleh bajingan itu".

"Andaikan Jayden tidak mengusirku, aku pasti akan meminta bantuan Malvin dan DK. Pasti akan sangat mudah"

Alice meletakkan badannya pada kasur yang berukuran kecil itu, kemudian mengambil senapan dan memainkannya. "Ayah, apa aku akan berhasil mengambil kembali hakku ?" Ucapnya sambil memegang senapan itu.

***


Leiron - Sound Of HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang