"Jika bukan karena takdir, orang tidak akan pergi. Aku hanya percaya pada takdir, bukan cinta."
#Bab 01
Azura pov
Sekolah baru lagi, lingkungan baru lagi, guru baru lagi, dan orang-orang baru lagi. Tapi aku masih sama, Azura Angkara. Anak yang terlahir dengan kesialan, kehilangan semuanya saat diriku bahkan belum tahu apa itu kasih sayang seorang ibu.
"Masa bodoh dengan kasih sayang, aku bahkan tidak perduli dengan orang-orang disekitar ku."
Aku berjalan masuk, tujuan utama ku sekarang adalah mencari letak aula, tempat pertemuan semua murid baru yang akan melaksanakan mpls (masa pengenalan lingkungan sekolah). Sekolah ini sangat besar dan, berisik.
Ku ambil earphone milikku, kemudian memutar lagu favorit ku, apalagi jika bukan "it's okay-treasure" lagu itu selalu membuat ku merasa sedikit merasa bahwa di dunia ini aku tidak merasa sendiri, entahlah, aku hanya merasa seperti itu.
Ku langkahkan kakiku, terus melangkah, mataku mulai tertutup perlahan ketika aku merasakan lagu ini mulai menguasai ragaku.
Bruk
Yah, tanpa ku sadari aku sudah menabrak seseorang, sial, kata itu sangat cocok untuk diriku, yang tidak pernah beruntung ini.
Author pov
Saat Azura membuka kedua matanya, sosok pertama yang ia lihat adalah seorang laki-laki yang tengah menatapnya dengan tatapan remeh.
Ck, dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, seperti itulah kira-kira batin gadis ini.
"Apa lo lihat-lihat?" tanya Azura dengan wajah datar.
Laki-laki itu tersenyum remeh, lalu melipat kedua tangannya di depan dada miliknya. "Lah, lo yang nabrak gue duluan, bukannya minta maaf," ujar laki-laki itu.
Azura ingin bangun, tapi sebuah uluran tangan membuat aktifitas nya terhenti. Azura menatap uluran tangan itu dengan wajah datar, kemudian beralih pada pemilik tangan itu.
"Udah sini gue bantuin."
Azura sedikit ragu, ia kemudian menggenggam tangan laki-laki itu, saat laki-laki itu menarik tubuhnya, Azura merasa sedikit terkejut, karena tarikan itu lumayan kuat. Belum juga dirinya berdiri dengan seimbang, tangan laki-laki itu terlepas.
Azura kembali terjatuh, sedangkan laki-laki itu hanya tertawa melihat ulah nya. Yah, Azura sangat yakin, dia yang melepaskan uluran tangannya tadi, dasar laki-laki menyebalkan, lihat saja, dia tidak akan bisa lolos dari seorang Azura.
Azura bangun dengan emosi, ia langsung menendang tulang kaki milik laki-laki itu, kemudian berlalu pergi. Sedangkan laki-laki itu menggerutu kesakitan.
Sangking emosinya, Azura tidak menyadari bahwa dirinya sudah berada di depan aula. Ia sedikit terdiam melihat betapa banyaknya murid yang berada di dalam sana.
"Woy!, ngapain lo ngelamun disini?, kaya nggak ada kerjaan lain aja," ucap seorang laki-laki yang berpakaian berbeda dengan yang dikenakan murid baru lainnya, sepertinya dia osis.
"Terserah gue dong, mau gue diem disini kek, mau gue jungkir balik sekalipun, semua itu hak gue. Lo nggak berhak ikut campur," ucap Azura kemudian mengibaskan rambutnya dan berlalu masuk.
Sedangkan beberapa osis disana menatap sinis pada gadis itu, Azura memang tidak kenal takut, baginya kehidupan tidak akan berjalan jika terus-terusan berada di bawah tekanan seseorang.
Azura berdiri di kerumunan para siswa-siswi baru, dan tentu saja dia menjadi sorotan, bagaimana tidak?, penampilannya sangat berbeda dengan siswa-siswi lainnya, rok pendek, lengan baju yang sengaja digulung, lipstik merah, syukur saja rambutnya sudah ia coloring dengan warna hitam, itu juga karna paksaan dari pamannya, jika tidak sempurna lah dia menjadi serupa dengan kakel rempong di sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
Teen Fiction⚠️Budayakan untuk memfollow terlebih dahulu Dimana ada Azura disitu sudah pasti ada Justin. Sebenarnya kata-kata itu ditujukan saat seseorang sedang merasa jatuh cinta atau dalam vase masa-masa indah. Lain halnya dengan Azura dan Justin, kedua justr...