36

340 72 4
                                    

"Kami sudah mengevakuasi seluruh nya dan menuju markas pusat."

Penjaga itu menunduk hormat pada pria yang duduk di atas sebuah sofa minimalis berwarna abu tua yang menjadi ciri khas ruangan nya. Dan di sekelilingnya ada pula anggota tata surya yang masih setia menunggu keputusan pemimpinnya itu. Baru sesaat lalu Bimasakti terbangun karena memang ada yang sengaja  mengganggu tidurnya. Sebenarnya ia sudah bangun, tetapi karena akhir-akhir ini ia sering merasa lelah. Bima memutuskan untuk tidur lagi sebentar.

Seolah tak peduli apa yang telah terjadi setelah penyerangan Black Hole Maharaksasa itu terjadi hampir memusnahkan seluruh alam semesta. Minuman yang diberikan para tetua itu bahkan tidak mampu mengembalikan energinya saat ini. Kekuatan nya terkuras habis setelah menerima energi dark tetua Methuselah untuk mengetahui lokasi musuh.

Ia menyeringai penuh arti saat telinganya tiba-tiba berdengung. Pertanda sesuatu hal terjadi atas kehendaknya. Satu lagi musuh dibalik semuanya musnah.

"Aku tidak tahu apa motif Ton 618 itu menyerang kita semua." Ucap Saturnus.

"Ya kau benar, bahkan saat Yang Mulia Andromeda melindungi kami semua gravitasi itu semakin kuat." Sahut Jupiter.

"Apa mungkin, Ton-ton itu mengincar pemimpin kami?!" Tanya Mars panik.

"Pak Bima,"

Bima dengan sabar mendengarkan para planet tata surya itu bergelut dengan pemikirannya masing-masing. Tetapi gadis kecil di depannya tiba-tiba memanggilnya.

"Tadi aku bertemu Yang Mulia Andromeda. Dia sangat khawatir pada Pak Bima. Berulang kali beliau mengatakan ingin melepaskan nya."

Seketika raut wajah pria itu berubah.

"Lalu apalagi yang dia katakan?" Suara berat itu membuat Bumi bergidik ketakutan.

Bumi menciut takut. Ia tak berani memandang wajah pemimpinnya saat ini yang tengah menatapnya tajam.

"Dan, untuk Matahari. Apa kau tidak keberatan untuk mengantarkan aku pada Stephenson?"

Matahari mengerjap sejenak lalu menunduk hormat seolah tahu apa yang akan dilakukan tuannya itu.

"Saya akan mengantarkan anda pada beliau."


***


Stephenson 2-18, atau dikenal sebagai Stephenson 2-DFK1, RSGC2-18, atau RSGC2 St2-18, adalah bintang super raksasa merah (SRM) di gugus bintang yang berjarak 6.000 (19.800 ) dari bumi di rasi bintang Scutum. Stephenson 2-18, bersama dengan ukurannya, adalah salah satu bintang paling terang, dengan 440.000 satuan luminositas matahari. Suhu rata-rata Stephenson 2-18 adalah 2.926 °C (3.200 °K).

Pria bertubuh agak jangkung itu menggelengkan kepalanya melihat tuannya yang sejak tadi makan tiada henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria bertubuh agak jangkung itu menggelengkan kepalanya melihat tuannya yang sejak tadi makan tiada henti. Terus mengunyah sembari bercerita tentang suatu hal yang bahkan ia saja tak tahu. Rambut berwarna jingga terang itu membuat pria bertubuh jangkung bernama Charles kerap kali mengedipkan matanya karena memang sangat menyilaukan.

"Kau tahu Charles? aku bahkan bisa membuat mereka tertunduk padaku hahahaha...."

"Ck, habiskan dulu makananmu Steph! Kau membuatku jengkel!" ujar Charles.

Baru saja ia akan mengomel lagi, seorang penjaga menghampirinya dengan tergesa-gesa. Apakah berita buruk?

"Maaf tuan, di depan ada seseorang yang ingin menemui tuan Stephenson."

"Siapa? Mereka mau mengganggu makanku?"

"Maafkan saya tuan. Tetapi mereka dari gugus galaksi Virgo dan mengaku sebagai kerabat anda."

Charles mendelik, "Apa katamu? Kerabat?"

"Benar tuan."

"Suruh dia kemari. Berani sekali dia-"

Perkataannya terputus ketika ia melihat seorang pria yang begitu familiar di matanya. Warna rambut yang hampir mirip itu membuat mereka sering disebut kembar. Untung saja saudara nya yang satu tidak di sini atau semua orang melihatnya akan bingung.

"MATAHARI!!"

"Suaramu masih menggelegar sejak dulu." Matahari menutup telinganya rapat-rapat.

"Sobat! Apa kabarmu? Sudah lama sekali kau tidak mengunjungi ku huh? Dan-" Stephenson melihat Pria tampan di samping kerabatnya itu tercengang. Apa ia tak salah lihat?

"K-kau?"

"Apa kabar Stephenson?" Bimasakti melihat nya tersenyum tipis. Perbedaan yang sangat mencolok melihat Stephenson yang heboh dengan Matahari pria cuek. Lalu bagaimana dengan Scuti?

"Salam untukmu, Bimasakti. Apa ada yang bisa saya-"

"Tidak Stephenson. Aku kemari hanya ingin menawarkan kerja sama."

"Sebuah kerja sama? Dalam apa?" Sahut Charles.

"Apa kalian tidak tahu bencana yang terjadi akhir-akhir ini?" Tanya Matahari tak percaya.

"Aku mendengarnya, ledakan besar yang menyerang markas pusat kan?"

Stephenson mendelik mendengar itu dari mulut Charles. Bagaimana bisa Charles tidak mengatakan apapun tentang hal sebesar ini padanya?

"Charles kau tidak mengatakan apapun padaku?!"

"Tidak usah mengatakannya, sekarang kau pun tahu." Ucap Charles santai.

"Itu berkat Matahari kemari. Ah sial! Katakan apa yang terjadi?" Stephenson khawatir dan sedikit panik mendengarnya.

"Black Hole Ton 618 menyerang markas pusat." Ucap Bima singkat.

"Sialan Si Ton-ton itu tidak jera juga?! Apa semua baik-baik saja? Dan apa pemimpin kita baik-baik saja awww— CHARLES!!"

Charles menjitak kepalanya keras. Sebab ia tahu kalau tuannya diam-diam mengidolakan seseorang jauh di sana.

"Ayolah Charles ini kesempatanku untuk bertemu dengan nya. Kau tahu aku sangat mengidolakannya?" Rengek Steph.

"Siapa?" Tanya Matahari ingin tahu.

Steph menepuk dahinya pelan. Bagaimana Matahari tidak tahu ini?

"Bagaimana bisa kau tidak tahu ini? Tentu saja aku mengidolakan pemimpin cantik kita, Andromeda."

Uhukk...

Matahari seketika terbatuk. Charles memalingkan wajahnya malu. Sedangkan Bimasakti terkejut dalam diam.

"Mereka beruntung memiliki pemimpin galaksi secantik Andromeda. Aku ingin bertemu dengannya. Tetapi jarak kami terlalu jauh." Stephenson menunduk sedih.

"Kau akan bertemu dengannya. Tapi penuhi persyaratanku." Ucap Bima tegas.

"Benarkah? Baiklah, apapun itu katakan."

***

Selamat malam minggu

BimaArmeda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang