Awan mendung

106 5 0
                                    

Tangannya begitu cekatan menulis baris terakhir puisinya. Sasmaya tersenyum ketika membaca karya sastra yang baru saja ia buat dengan tema "Awan mendung."

Lihatlah aku disini, bersembunyi dari gelapnya suasana
Jemputlah aku disini, aku takut hujan akan turun
Awan mendung menyiksa pengecut sepertiku
Hatiku merana ... Apakah aku akan baik-baik saja?
Dekaplah, belenggu tubuhku dengan kehangatan
Cairkan ragu yang menutup kalbu.

~Sasmaya.

----------

"Permisi, boleh gua duduk disini?" tanya seorang pria yang tidak Sasmaya ketahui.

Sasmaya menutup buku puisinya. "Silakan." ia beranjak pergi.

"Gua Edward," ucap Edward sembari mengulurkan tangannya, ingin berkenalan.

"Sasmaya." Sasmaya menjabat tangan Edward.

"Siapa sih yang gak kenal Sasmaya, gadis paling cantik di fakultas sastra, atau mungkin tercantik sekampus, ya?" kelakar Edward.

"Tidak, jangan berlebihan. Aku permisi." Sasmaya pergi, mengabaikan Edward yang terus memanggilnya.

---

"Lihat tuh tatapan matanya begitu dingin, sombong banget berasa paling cantik sendiri," bisik Aurel, teman kelas Sasmaya.

Apakah bisa disebut teman?

"Lama-lama aku muak sama dia, tadi aku liat dia sama kak Edward, kemarin sama Bagas. Murahan banget gak sih?" jawab Gea, sesekali melirik ke arah Sasmaya.

Sasmaya masih bisa mendengarnya namun dia hanya diam.

Lelaki-lelaki itu yang mendekatinya, bukan dirinya. Apa pantas ia disebut murahan?

Tidak lama kemudian, dosen memulai kelasnya.
Sasmaya memperhatikannya dengan teliti.

---

"Sasmaya, tunggu sebentar!" Sella, gadis blasteran Jerman-Indonesia. Mendatangi Sasmaya.

Sasmaya mengenal Sella, dia adalah kakak tingkatnya.

"Lo udah mikirin ajakan gue kemarin kan buat ikut circle gue?" tanya Sella.

"Sudah."

"Terus apa keputusan Lo?"

"Aku menolak," ucap Sasmaya, yakin.

"Why? It's very good for you if you join my girl group. Nanti Lo bakal punya banyak teman dan gak kesepian lagi, kenapa sih Lo malah nolak?" ujar Sella kesal.

"Aku tidak mau hanya jadi pajangan yang dilihat dan dipamerkan karena kecantikannya."Sasmaya menatap dingin Sella.

"Siapa bilang lo gue rekrut cuma gara-gara kecantikan? gue milih Lo karena Lo itu baik," elak Sella.

"Aku tau kamu membicarakanku kemarin di toilet." Sasmaya pun pergi.

Sella memang cantik dan memiliki circle yang didalamnya terdapat gadis-gadis cantik, sayangnya mereka bertingkah sombong dan sok berkuasa.

Sasmaya tidak menyukainya. Lagipula kemarin ketika di toilet Sella dan circlenya menjelekkan Sasmaya, menyebutnya kecentilan dan hinaan lainnya, juga ingin memanfaatkan paras Sasmaya untuk meningkatkan kepopuleran, mereka haus akan ketenaran.

---

"Aku pulang." Sasmaya memasuki rumahnya.

Rumah yang terlihat megah namun tak ia dapatkan kehangatan di dalamnya.

SasmayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang