001. New Problem

260 30 0
                                    

Sial, adalah salah satu dari sekian kata yang dapat mendeskripsikan kondisiku saat ini.

Aku sudah membaca beberapa lembar buku catatan yang ditinggalkan Isagi Yoichi. Dari sana, aku bisa mendapatkan banyak informasi tentang kedudukan pemilik lama tubuh ini, kenapa dia terus-menerus diusik oleh sepupu lainnya, siapa saja orang yang dirasa peduli dengannya, dan masih banyak hal lain yang kurasa penting.

Pria ini, Isagi Yoichi, adalah keturunan bangsawan berkedudukan Tuan Muda dari keluarga Viscount. Isagi ... marga yang sama persis denganku. Astaga, ini semua mulai rumit.

Marga kami berdua sama, namun mengapa nasib yang terjadi pada keluarga kami berbanding begitu terbalik?

Tiba-tiba pusing melanda kepalaku.

Ah ... tak ada bagusnya membandingkan kedua hal itu saat ini. "Bagaimana caraku kembali? Bagaimanapun, aku masih memiliki hal penting di dunia sebelumnya," ucapku sambil menadahkan kepalaku ke telapak tangan. Denyutan di kepalaku masih terasa.

Lembaran selanjutnya kubuka, menampilkan suatu gambar ilustrasi yang sebelumnya tak pernah muncul.

Membaca keterangannya, aku kini mengetahui bahwa itu adalah sebuah ilustrasi dari pola sihir elemen.

"Simbol pola sihir elemen yang kudapat kemarin. Sesungguhnya aku tak tahu bagaimana menyalakannya, namun aku tahu bahwa suatu hari nanti aku pasti bisa mengendalikannya dengan baik! Aku akan menjadi pemegang kendali sihir elemen nomor satu di dunia!"

Aku menepuk kepala lelah. Aku cukup suka dengan semangat dan ambisi pria Isagi ini. Namun, bagaimana bisa menjadi nomor satu dunia sedangkan menyalakan sihirnya saja tak tahu?

Sisi baiknya, aku tahu mimpi anak ini sekarang.

Dia menulis ini ketika berusia 17 tahun. Namun kini ia dan aku sama-sama menduduki usia ke-23. Aku penasaran, apakah ia sudah bisa mengendalikan sihirnya cukup baik? Jarak waktunya cukup lama.

"Satu, dua, tiga, empat ... sudah berlalu enam tahun. Pantas saja bukunya tampak sedikit usang," aku bergumam menghitung rentan waktu penulis buku ini menulis bukunya hingga saat ini.

Aku kemudian mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan.

"Aku baru sadar, ruangan ini sejuk sekali meskipun ada jendela besar yang mengarah langsung ke matahari." Aku menyipitkan mataku ketika cahaya sang surya menggelitik wajah dan tubuhku.

Tak lama setelahnya, aku kembali menatap ke arah buku yang kupegang. Halamannya masih sama, menunjukkan gambar dan topik tentang pola sihir elemen barusan. Kemudian bertanya pada diriku sendiri, "apa karena sihir ini? Tapi, dipasang di mana?"

Tok tok tok.

"Eh?"

Barusan suara orang mengetuk pintu, kan? Ada dua kemungkinan tentang siapa saja yang datang saat ini. Yaitu; pertama butler-ku, kedua adalah sepupu-sepupu sialan yang sialnya menjadi sepupuku sekarang.

"Tuan Muda, apakah anda sudah bangun?" Sebuah suara bariton mengalir begitu lembut dari luar sana. Sekarang aku bisa yakin itu adalah sang butler dan bukannya para sepupu sialan itu.

Aku mulai menutup bukuku, merapihkannya kembali ke laci dan menepuk telapak tanganku guna membersihkannya. "Aku sudah bangun, kau bisa masuk," ujarku pada sosok yang tengah berada di luar.

"Baik," dengan diucapkannya kata itu, pintu besar di depan ruangan ini terbuka.

Decitan kasar dari pintu oak terdengar. Sosok dibaliknya pun mulai terlihat. Pria tua, mengenakan setelan jas hitam khas pelayan kerajaan, jangan lupakan sarung tangan putih bersihnya, aku juga menemukan nametag yang sebetulnya kurang bisa kubaca dari sini.

Not Me || KaiSagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang