— 방과 후 전쟁활동 —
Minggu pagi, dia awali dengan spam telepon dari sang ayah yang sangat ambisius ingin mendengar suaranya.
Hampir dua minggu setelah Juhee datang bertemu dengannya. Dia enggan menerima telepon dari sang ayah. Pun tidak membalas pesannya, hanya di baca saja.
Cha Soyeon mengaktifkan mode silent. Dering ponselnya terus menganggu. Masa bodo perihal sang ayah, Soyeon sedang sangat malas.
"Caramel Macchiato!" serentak. Mereka pun menoleh bersamaan lantas juga membuang muka bersamaan.
Kim Yeonso, orang di sebelah yang mengucapkan kalimat sama serentak dengannya.
"Hot or iced?"
"Iced," serentak.
"Extra cinnamon," Yeonso menambahkan.
"Apa ada lagi?" tidak ada yang menjawab. Keduanya sibuk saling menatap satu sama lain. "Baik. Silahkan menunggu."
Hening. Tidak ada obrolan selain saling lempar pandang dengan tatapan sama-sama tak suka. Mereka berdua berdiri di depan pantry.
"Apa orang seperti kalian tidak bisa berhenti membuntuti orang lain?" Soyeon buka suara.
Yeonso terkekeh, "Ada banyak jenis penyakit. Terutama penyakit percaya diri. Ironisnya."
"Mwo?" Cha Soyeon mendelik tak senang.
Yeonso tak menggubris lagi. Baru saja barista kembali membawa pesanan kedua gadis ini. Yeonseo mengambil asal, ingin buru-buru pergi.
Barista segera menghentikan Yeonso, "Maaf, itu pesanan nona ini." Yang di maksud Cha Soyeon.
Yeonso meringis menahan malu. Dia segera berbalik menukar penasan miliknya.
Soyeon menertawakan Yeonso. Mengambil Caramel Macchiato miliknya, "Bukankah mengambil milik orang lain memang kebiasaanmu dari kecil, kan?"
Keduanya kembali bertatapan. Yeonso terdiam mendapati kilat kebencian Soyeon sebelum gadis Cha itu pergi.
—
Niatnya tadi Soyeon ingin pergi ke rumah Hana. Dia tiba-tiba teringat Dain —anak perempuan di Panti Asuhan Choseungdal. Dia sudah berjanji untuk mengunjungi Dain.
Ia pun memilih tidak pergi ke rumah Hana melainkan ke Choseungdal.
Angin sejuk menerpanya setiap kali datang ke Choseungdal. Dia tidak lagi badmood seperti tadi setelah bertemu Yeonso.
"Jeosonghamnida ahjussi!" refleknya yang tak sengaja menabrak seorang pria.
Pria itu menatapnya tajam lalu pergi. Apa perasaan Soyeon saja atau pria itu memang sedang kesal?
Soyeon hanya memperhatikan punggung pria yang berjalan keluar Choseungdal. Soyeon menarik bahu, tidak memperdulikan pria itu lagi.
"Halmeoni!" tangannya melambai tinggi. Soyeon berjalan cepat, ia membungkuk untuk memberi hormat.
"Ah, Soyeon–ah."
