Kirana masuk kedalam rumah begitu mendengar suara adzan dzuhur namun begitu terkejutnya dirinya saat Zio ada di dalam rumahnya bahkan Kirana tak menyadari nya.
"Lo ngapain masuk kerumah gue tanpa izin, Bapak Zio yang terhormat" sinis Kirana
"Kirana, gue mau bicara sebentar please gue mau ketemu sama anak-anak gue juga" mohon Zio
Tentu Kirana tak percaya semudah itu pada sosok yang telah merenggut mahkotanya bahkan meninggalkan dirinya saat hamil dan tak hanya itu Zio juga pernah melukai fisik serta batinnya.
"Anak? Bukannya lo bilang kalau gue ini jalang jadi bisa aja ketiga anak gue itu bukan anak lo, Zio" bentak Kirana
Kirana tak seperti perempuan lain yang mudah luluh dan tunduk pada laki-laki karena baginya sekalinya brengsek tetaplah brengsek bahkan Kirana masih ingat dulu pas kelas sepuluh sampai kelas dua belas Kirana selalu dibully oleh Zio dan para anggota gangster nya.
"Gue nyesel banget dan gue sadar apa yang gue lakuin itu salah, Na" ucap Zio
"Percuma lo nyesel karena itu ga akan bikin lo bisa deketin gue sama anak-anak gue apalagi perkataan lo yang mengatakan mereka “anak haram” bahkan lo tega nyuruh gue untuk bunuh janin yang ga bersalah itu" isak Kirana
Zio menatap mata kirana yang berair entah kemana dadanya sesak melihat Kirana menangis namun ego nya membuatnya hanya diam dan berlalu pergi dari rumah Kirana bertepatan dengan munculnya ketiga cowok yang mukanya sangat mirip dengan Zio.
"Bunda, kami pulang" teriak Alvino
Suara isakan dari dalam rumah membuat ketiga nya khawatir dan langsung masuk kedalam menemui bunda nya.
"Zio, lo benar-benar kejam hikmah setelah lo bully gue dari kelas sepuluh sampai Kelas dua belas dan saat prom night lo juga ngancurin mental dan fisik gue" isak Kirana
Kirana wanita rapuh yang mudah sekali menangis kecuali di depan ketiga anaknya dia selalu berusaha terlihat baik baik saja bahkan seperti tak pernah merasakan kesedihan namun triplets yang sangat peka dengan keadaan pun mudah untuk memahami kondisi bundanya tanpa Kirana mengatakannya.
"Zio? Dia siapa?" tanya Varo
Kedua saudaranya menggeleng tanda tak tahu namun mereka akan menyelidiki nya terutama Vero yang sangat mudah kepancing emosinya jika sudah bersangkutan dengan cewek.
"Kita selidiki sekarang aja, ayo" ajak Vero
"Baiklah tapi harus ada satu orang dirumah buat jagain bunda" ucap Varo
"Biar bang Varo aja yang jagain kann bang Varo jago beladiri tuh, bang" ucap Vino
"Bener, sedangkan Vino ikut sama gue untuk nyelidiki Zio" ucap Vero
Setelah keduanya pergi Varo masuk kedalam kamarnya untuk berganti baju lalu menemui bundanya dan memberikan surat dari sekolah tadi.
"Bun, ini Varo ada surat dari pak Edgar surat Olimpiade matematika di Jerman" ucap Varo
Kirana menerimanya dan membacanya setelah dirasa cukup Kirana mengambil bolpoin dan menandatangani nya membuat Varo tersenyum.
"Carilah ilmu sebanyak-banyaknya jangan pernah berhenti karena kelak ilmu itu akan berguna untuk diri kita dan orang lain, bang" nasehat Kirana
"Pasti bunda, Varo akan berusaha untuk selalu mencari ilmu kapanpun dan dimanapun dengan Ridho Allah swt" ucap Varo semangat
Varo mempunyai impian menjadi seorang dosen matematika dan mendirikan pondok pesantren serta panti asuhan untuk membantu orang-orang yang tak mampu.
"MasyaAllah, sekarang kamu makan gih bunda mau sholat dzuhur dulu" ucap Kirana
Varo turun ke bawah dan mengirimkan pesan pada Vino untuk mengajak Vero makan siang terlebih dahulu sebelum menjalankan misinya.
Varo mengambil nasi dan lauknya seperti ayam goreng, oseng kacang panjang dan tempe penyet sebelum makan Varo menyempatkan untuk berdo'a terlebih dahulu agar makanan nya menjadi berkah.
Di lain tempat twins kini berada di restoran Mavendrix mereka berniat membungkus makanan nya dan makan di mobil karena mereka tak mempunyai banyak waktu.
"Gue pesen kwetiaw spicy seafood sama ayam bakar blackpepper" pinta Vero
"Gue pesen tteokbokki sama raboki" pinta Vino
"Baik, untuk minumnya apa saja?" tanya waiters bername tag Nina
"Lemon tea sama boba brown sugar" pinta Vino
KAMU SEDANG MEMBACA
bunda dimana ayah
Teen Fictionmenikah karena accident? tentu tak semua orang menginginkannya bukan? apalagi suatu saat ketika anak kita bertanya tentang asal usul nya terutama tentang ayahnya. Setiap sang anak menanyakan keberadaan ayah mereka Kirana hanya mampu mengatakan bahw...