5. Tak Segampang Itu.

7.8K 748 28
                                    

Mungkin sekitar dua puluh menit kendaraan roda dua yang Naka ikuti berhenti tepat di depan toko-toko kecil pinggir jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sekitar dua puluh menit kendaraan roda dua yang Naka ikuti berhenti tepat di depan toko-toko kecil pinggir jalan. Ia belum berniat turun dari mobil sampai wanita yang sibuk membuka helm dan menyodorkan uang pada driver ojek online menoleh ke arahnya.

Naka pikir Rindu akan tetap berdiri di sana dan menunggunya turun, tapi wanita itu berjalan menghampiri meski raut wajahnya terlihat ragu. Melihat Rindu yang tinggal beberapa langkah lagi sampai di samping kereta besinya, Naka menurunkan jendela penumpang yang didatangi Rindu.

"Rumahnya masuk gang." Terdengar dehaman Rindu yang terdengar ragu setelah berujar. "Mobil kamu nggak akan bisa masuk. Sebenarnya ada jalan lain buat masuk ke sana, cuma aku biasa turun dari di sini."

Rindu menarik napas saat ucapannya tak terbalas. Ia justru melihat pria yang tak menoleh sama sekali saat ia bicara mulai menaikkan kaca mobil di depan wajahnya, lalu turun dari roda empat itu tanpa mengatakan apa-apa. Melihat Naka mulai berjalan, Rindu tak berniat menempatkan posisi di sampingnya. Ia memilih jalan lebih dulu memasuki gang sambil meremas tali tas di depan badannya.

Rindu tak ingin menoleh untuk memeriksa keberadaan Naka. Mendengar suara langkah mengikutinya saja sudah cukup membuat ia tahu kalau Naka serius ingin datang ke rumahnya. Sudah jelas bukan untuk bersilaturahmi dengan keluarganya, tapi untuk bertemu putri kecil mereka yang pasti akan membuat Naka kaget setelah bertahun-tahun tak bertemu.

Mereka sampai pada bangunan yang jika malam terlihat suram mengingat seberang jalannya adalah lahan kosong yang belum diisi apa-apa. Kali ini Rindu memaksa kepalanya menoleh, menunggu Naka yang berjalan santai dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Tadi saat di perjalanan pulang, ia bertanya pada Aruna lewat pesan singkat apa Lea sudah ada di rumah atau masih melakukan kegiatan belajar mengaji yang biasanya dimulai setelah Magrib.

Namun, hingga saat ini pesan itu belum dibalas.

Membuka lebih lebar pintu pagar, Rindu yang melihat ayah dan ibunya sedang mengobrol santai di beranda rumah mulai gugup. Ia bisa menebak, dua orang itu pasti terkejut dengan kedatangan Naka yang begitu mendadak.

"Ndu ... eh, kamu pulang sama siapa?"

Suara Bu Sani yang pertama kali terdengar. Wanita dengan daster lengan panjang itu bangun dari kursi kayu, lalu berjalan beberapa langkah untuk melihat lebih jelas siapa pria yang ikut pulang dengan putrinya.

Meskipun tak bersuara,Wawan juga ikut berdiri dan menajamkan penglihatan menyambut kepulangan Rindu yang biasanya diantar dengan tukang ojek online. Kali ini Wawan yakin pria di belakang Rindu bukan tukang ojek melihat dari kemeja dipadu celana bahan, alih-alih menjadi tukang ojek pria itu terlihat seperti pegawai kantoran.

"Bu ... Pak." Rindu sampai lebih dulu. "Ini Naka ...," sambungnya sambil menoleh pada Naka yang sedang melepas sepatu sebelum menginjak keramik teras.

"Naka ... Naka sia ... astaga! Naka ayahnya Lea?!" pekik Bu Sani sambil menutup mulut tak percaya.

Kisah Yang Belum Usai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang