"Menikahlah dengan Huang Renjun."
Yizhuo langsung mengangkat pandangannya begitu mendengar kalimat tersebut. Dia menggelengkan kepalanya berkali-kali setelahnya. "Papa... gak mau..." ujarnya dengan suara bergetar.
"Jangan membantah, Ning Yizhuo." Suara tegas Papa kembali merasuki indra pendengarannya membuat Yizhuo ciut seketika. "Tapi, Pa..."
"Kenapa harus nolak? Bukannya ini mau kamu hah?!" Suara Yishu-kakak perempuannya, yang terdengar tajam kemudian menyela. Yizhuo memandang Yishu dengan mata berkaca-kaca dan menggeleng pelan. "Kamu bunuh Yizhen karena mau semua yang dia punya kan?! Termasuk Huang Renjun!" Yishu berteriak keras dan langsung ditenangkan oleh suaminya.
Sementara Yizhuo menangis begitu saja mendengar itu. "Nggak... aku gak bunuh dia, Kak... nggak gitu..." dia menatap semua orang dengan pandangan memohon tapi mereka tidak memberikan reaksi berarti. Hanya ada Anna-kakak iparnya, yang memandangnya dengan sendu. Mama bahkan enggan menatapnya sejak dia muncul di ruang keluarga.
"Papa..." dia memandang Papa dengan air mata yang membasahi wajahnya. "Aku gak bunuh Yizhen... nggak hiks..." tangisnya berubah semakin deras ketika Papa juga tidak memberikan reaksi apapun.
"Keputusannya sudah final. Kamu menikah dengan Renjun minggu depan."
Yizhuo menangis semakin keras mendengar itu. Terutama ketika satu per satu semua orang pergi meninggalkan ruang keluarga tanpa berkata apapun. Dia mungkin akan terjatuh ke lantai jika seseorang tidak menahan tubuhnya. Pandangannya melirik ke samping dan menemukan Anna yang langsung memeluknya dengan erat. "Kakak... aku gak bunuh Yizhen... nggak... hiks..."
"Iya, sayang, iya. Kakak percaya." Yizhuo semakin meraung keras ketika Anna mengelus punggungnya dengan lembut dan memberikannya kata penenang secara berulang. Dia tidak ingat apapun setelah itu karena semuanya berubah gelap.
*
"No... don't leave me... Yizhen!"
Renjun langsung terduduk di atas ranjang dengan nafas yang begitu terengah. Dia memejamkan matanya sejenak dan mengambil nafas perlahan. Berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia menyadari piyamanya yang sedikit basah karena keringat. Begitu pula ketika menyentuh dahinya, dia merasakan hal yang sama.
Beberapa menit setelahnya, Renjun menyandarkan diri pada headboard ranjang dengan mata yang kembali terpejam. Belakangan ini, tidurnya tidak pernah nyenyak. Mimpi buruk seolah berlomba menghampirinya setiap waktu. Makanya Renjun benci tidur. Tapi dia ini hanyalah manusia biasa yang tidak akan sanggup membuka mata sepanjang waktu. Mau tidak mau dia harus tertidur walau sejenak.
Pandangannya melirik ke atas nakas dan menemukan sebuah foto di sana. Fotonya yang tersenyum lebar menghadap ke arah kamera dengan seorang perempuan yang mengecup pipi kanannya dengan mesra. Renjun tersenyum tipis melihat itu tapi beberapa detik kemudian senyum itu langsung menghilang. Otaknya memberikan sebuah fakta yang sampai saat ini masih enggan untuk dia terima; bahwa Yizhen sudah tiada.
Berita kepergian perempuan itu bagai badai yang merusak harinya yang cerah. Renjun ingat semalam mereka masih bertelepon dan bertukar banyak kata cinta. Yizhen bahkan bercerita kalau dia habis mengunjungi sebuah air terjun yang tidak jauh dari villa.
"Nanti kalau kita liburan, aku mau liat air terjun lagi. Gak perlu yang itu. Dimana aja boleh asal sama kamu." Begitu katanya. Renjun tentu mengiyakan dengan senang hati. Apapun kemauan perempuan itu-selama Renjun sanggup, dia akan selalu memenuhinya.
Tapi keesokan harinya, saat dia mengemudikan mobilnya dengan tenang menuju kantor, ponselnya berdering. Tanpa ekspektasi apapun dan melihat siapa yang melakukan panggilan, Renjun langsung menjawabnya. Dan apa yang dia dengar setelahnya membuat pikirannya kosong seketika. Dia bahkan nyaris menabrak kendaraan lain di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded Soul
Fiksi PenggemarYizhuo hanya berharap kalau Renjun akan paham, bahwa dia juga sama terlukanya seperti lelaki itu; atau bahkan lebih. *** Rank 1: #ningning [09/07/23] #ningyizhuo [09/07/23] #guanlin [04/09/23] *** Start: 27 May 2023 End: 3 September 2023 ***