Seharusnya kau tidak merasakan pahitnya melupakan mereka secara instan.
***
"Kami senang kau mengingat kami, dan orang tuamu. Tetapi, kami juga sedih karena kau tak dapat mengingat sosok adikmu."
***
"Sampai kapan dia tidak akan mengingat adiknya?" Jay yang baru saja sampai dari acara telfonannya itu menatap sang kenbarannya, Jey. Sedangkan Jey tengah menggigit bulpennya, Jey tidak menjawab pertanyaan Jay, melihatnya saja Jey tidak melakukan itu. Mata Jey sedang fokus menatap kearah sebuah ranjang yang tengah di tiduri oleh sesosok pemuda yang tengah mereka bicarakan itu.
Fadillah Dirgantara, Fadil.
Jey menyenderkan punggungnya pada sofa, dan dia menyilangkan kedua tangannya maupun kedua kakinya. Jey menatap kearah Jay sekilas, lalu kembali mengamati ranjang Fadil.
"Entahlah, Jay. Dia baru bangun dari komanya,"
"Sudah satu bulan jika lu lupa, Jey." Jey memutar matanya malas, dia melepas kacamata yang telah bertengger lama di pangkal hidungnya itu. "Ya, tetapi itu akan sangat menyakitkan jika di paksa, Jey. Kemungkinan besar, itu akan sangat berdampak buruk pada dia." Jey rasanya lelah, disisi lain dia juga ingin Fadil cepat pulih dan mengingat kembali semuanya, seperti kata Jay. Tetapi disisi lain, dia tidak ingin melihat Fadil kesakitan.
"Fadil butuh ingatannya, Jey!" Teriak Jay, dan itu berhasil membuat Jey berdiri dari duduknya dan langsung membekap mulut Jay. Buku catatan dan bulpen yang telah dia lepas dari gigitannya itu jatuh ke lantai. Sungguh rasanya Jey menyesal telah mengajak Jay untuk berbicara deep talk dalam kamar Fadil.
"Bisakah mulutmu itu untuk tidak teriak? Aku tau maksudmu Jay, tetapi kita tidak boleh gegabah. Tapi apakah setelah dia mendapatkan ingatannya kembali, apa dia akan meneeima semuanya Jay? Ingat Jay, kejadian itu sudah 1 bulan yang lalu! Dan itu saja masih bekas di hati gue. Bagaimana dengan Fadil nanti? Jika dia sudah mengingat semuanya," Jay terdiam, ia menatap kedua mata kembarannya yang tampak sangat menahan emosinya, dan Jay tidak pernah berekspetasi bahwa Jey akan sehancur ini setelah kejadian 1 bulan yang lalu.
"Kau tau apa yang paling plot twistnya, Jay?" Lanjut Jey dengan kedua telapak tangannya yang perlahan melepas bekepan di mulut Jay, Jay hanya diam namun dia merespon dengan mimik wajah bingungnya. Jey tertawa kecil, dan dia menjatuhkan tubuhnya ke sofa, kedua telapak tangannya dia tutupkan ke wajahnya yang tampak sangat berantakan.
"Sahabatnya, sahabatnya yang telah melakukan itu semua, Jay."
"Maksudmu?"
6 Juni 2018
Kejadian itu telah berlalu lama, Fadil bangun dari komanya. Kami sangat senang, tetapi setelah Dokter mengatakan bahwa Fadil mengalami hilang ingatan pasca kejadian.
Kami kaget, tentu saja termasuk diriku. Aku sangat tidak berharap itu akan terjadi, tetapi takdir selalu berkata lain.
Saat Fadil siuman, dia benar-benar tidak mengenal kami maupun keluarganya. Itu saja cukup untuk membuatku jatuh, rasanya perih, padahal luka sebelumnya belum sembuh.
Hampir 1 bulan kami mencoba untuk meyakinkan bahwa kami adalah orang yang dia kenal sejak kecil, dan itu membuahkan hasil. Dia ingat siapa kami, dan paling hebatnya dia dapat mengingat kembali orang tuanya. Tapi sayang sekali, dia tak mengingat siapa adiknya, dan juga dia tak pernah ingat kejadian 1 bulan yang lalu.
Beginikah cara mainnya, Razendra Dirgantara?
Bersambung....
Jangan lupa Vote dan Komen! Jika kalian suka! Terimakasih sudah membaca! Love y'all 💚💫
Tahap REVISI‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Losing You | Ft: Renjun & Haechan
FanfictionApi berkobar dengan ganasnya, ia melahap semua yang ada di sekitarnya. Ia tak kenal apa itu arti kawan dan musuh, ia hanya melenyapkan apa yang mengganggunya. Api itu melenyapkan sesosok yang ia anggap kakak dalam hidupnya selama ini, api itu jahat...