Chapter 3: Rencana

19 1 0
                                    

Terkadang mereka bisa baik di depan tapi busuk di belakang. Siapa lagi kalau bukan kita?

***

"Aku tidak berharap bahwa dia adalah pelakunya."

***

Pagi itu, adalah pagi yang sangat sibuk bagi Jey. Bukannya apa-apa tetapi di pagi hari seperti ini ia sudah harus di sibukkan dengan leptopnya. Sedangkan Jay, bisa Jey lihat bahwa kembarannya itu sudah turun kebawah untuk membuat sarapan mereka berdua. Mereka tinggal di apartemen, jadi wajar jika Jay yang masak bukan pembantu yang seperti dirumah mereka.

"Sial, ini leptop pakek acara eror lagi." Decak kesal dari Jey lontarkan pada leptopnya yang benar-benar membuatnya stress berat sejak 1 bulan yang lalu. "Nyusahin itu bocah, udah ngelakuin tapi malah gak bertanggung jawab. Maunya apa loh? Kalau ketemu bacok aja dah pakek pel-pelannya Mama."

Jey menaruh leptopnya di meja belajar, dan segera berdiri dari duduknya untuk menuju dapur. Intinya sekarang, tinggalkan pekerjaan dulu terus ngopi. Semoga saja Jay membuatkan kopi kesukaanya dah. Belum saja kaki Jey menginjak anak tangga terakhir, suara telefon dari kamarnya berbunyi dan itu mengundang emosi di dalam dirinya.

"Dari tadi kek!" Gumam Jey kesal, dan ia kembali lagi keatas untuk mengangkat telfon tersebut dengan kedua telapak tangannya terkepal.

Jay yang melihat itu dari dapur, hanya bisa menggelengkan kepala dan mengangguk maklum. "Biasa, maklumin saja. Kalau belum ngopi, pasti tuh anak kesulut emosinya paling mudah dah."

'Mirip bokap gue.'

Lebih memilih untuk fokus membuat sarapan, sedangkan Jey yang berada di kamar sudah memaki-maki seseorang yang menelfonya itu.

"Kok bisa loh, Cak?!"

"Gak tau juga, Jey. Tadi pagi buta, base bilang kalau kita sudah kehilangan separuh informasi yang kita dapatkan dari pelakunya! Mana itu yang penting semua!"

Jey mengacak rambutnya fruatasi, sekarang rencana awalnya telah gagal, ia harus membuat rencana baru sekarang. Jika tidak, maka kesempatan untuk menangkap pelaku akan sangat menim.

"Cak, lu lagi dimana?"

"Ini lagi perjalanan menuju base, gue akan periksa semuanya. Semoga tidak hilang semua informasi pentingnya, susuh cuy dapetinnya."

"Cakra, lu mau kalau ganti rencana?" Ucap Jey dengan hati-hati sambil mengotak-atik leptopnya yang telah sembuh dari erornya itu, dan ia membuka kotak folder dan membuka salah satu file yang begitu susah ia dapatkan dari salah satu bawahan pelaku.

"Hah? Maksud lu, rencana B gitu?"

"Gak, Cak. Tapi kita ulangi semuanya."

"Tapi Jey, kita sudah jauh begini, bego." Suara desahan frustasi terdengar dari sebrang sana, tetapi Jey tau. Bahwa ini adalah tindakan yang seharusnya ia lakukan.

"Cak, lu percaya kan sama gue?"

"Yaiyalah tolol! Lu kan atasan gue."

"Mungkin lebih dari itu, Cak. Kita ulang semua dari awal, dan kita rebut kembali semua data-data tersebut. Kali ini, gunakan status kita."

"Seharusnya lu gunakan itu dari awal, Jey. Kirimkan gue semua rencana baru lu, dalam bentuk file, gue akan kasih tau ke anak-anak nanti." Jey tersenyum puas, dengan jawaban Cakra.

"Copy that. Kali ini kita lakuin dengan baik."

"Siap!" Sambungan diputus dari sana, Jey menatap leptopnya dengan senyuman sinisnya.

"Kali ini lu gak akan bisa kabur."

***

"Ada apa, Jey?" Jay menatap Jey dengan penuh tanda tanya, pasalnya sejak Jey turun dan duduk di meja makan, ia tampak senang dan sedikit mengerikan? Entahlah.

"Ah, gak papa." Jawab Jey dan itu sudah cukup membuat Jay tampak sedikit curiga pada kembarannya.

"Lu gak nyembuyiin sesuatu dari gue dan Fadil, kan?" Pertanyaan spontan itu membuat Jey menatap Jay dengan tatapan bingung. "Kenapa emangnya?" Jay tidak menjawab melainkan ia hanya diam dan menaruh piring sarapan di hadapan Jey.

"Gak, gak kenapa-napa. Hanya bertanya saja."

'Terlalu berbahaya untuk lu, Jey.'

Bersambung....

Jangan lupa Vote dan Komen! Jika kalian menyukai ceritanya! Terimakasih sudah membaca! Love y'all 💚

Tahap REVISI‼️

Note: untuk kali ini aku akan up sore.

I'm Losing You | Ft: Renjun & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang