Chapter 5: Kekacauan

18 1 0
                                    

Takdir tetaplah takdir, tidak akan ada yang bisa mengubah kalimat takdir.

***

"Seharusnya kau tidak ikut campur!"

***

3 bulan kemudian

Kali ini Fadil terdiam di ranjangnya dengan pandangannya yang tak lepas dari dua foto polaroid yang ia temukan di buku cacatan milik Jey, yang tertinggal di meja ruangannya. Fadil tampak sangat penasaran dengan pemuda yang berada di salah satu foto polaroud, dengan nama di bawahnya; Razendra Dirgantara.

"Siapa? Kenapa kau persis sepertiku?" Entah kenapa Fadil mengatakan hal itu, tetapi hatinya menghangat seketika disaat melihat senyuman lebar bak tak pernah memiliki masalah sepeserpun. Fadil tak henti-hentinya menatap wajah tersebut, hingga pada akhirnya aktivitasnya itu terhenti disaat kepalamya merasa pusing.

"Sakit..." Ringisnya, ia menaruh dua foto itu dan berusaha menggapai gelas berisi air di nakasnya. Setelah berhasil, Fadil segera meneguknya hingga kandas dan meletakan kembali gelas tersebut dengan kasar pada nakasnya.

"Gila, Hersa gila lu."

***

Seoarang wanita dengan sepatu boots nya itu berjalan di sebuah lorong gelap nan pengap, ia tidak peduli tentang itu. Yang ia pedulikan sekarang adalah dokumen yang sedang ia pegang. Dokumen itu bukanlah sembarangan dokumen, banyak rahasia yang tersimpan dalam dokumen itu. Tak terkecuali tentang penjualan obat-obat terlarang ke negara tetangga.

Wanita itu berhenti disaat ia melihat sesosok pemuda yang tengah menatapnya di ujung lorong. Senyuman sinisnya terukir, dan wanita itu kembali berjalan, untuk mendekatai sang pemuda bertopeng itu.

Suara sepatunya menggema, hingga pada akhirnya wanita itu berhenti di depan sang pemuda yang nyatanya lebih tinggi daripada dirinya.

"Sungguh tidak terduga, kau sungguh bersemangat ya?" Pertanyaan itu wanita lontarkan pada pemuda yang tengah menatap datar pada wanita tersebut.

"Dasar, aku sudah mendapatkannya. Ternyata lebih muda daripada yang kubayangkan." Ucap wanita itu dengan bangganya, sang pemuda menerima dokumen tersebut, dan segera mengecek isinya. "Halus juga kau main."

"Jangan ngeremehin gue ya, gini-gini gue mantan intel."

"Lu masih jadi intel ye disini." Decihan keluar dari bibir wanita itu, ia menatap pemuda itu dengan intens sampai pada akhirnya pemuda itu menutup dokumen tersebut.

"Kerja bagus, gak sia-sia lu gue paksa pulang, dah." Wanita itu memutar kedua bola matanya malas, dan mengeluarkan sebuah foto polaroid dari salah satu kantong jaketnya.

"Lu pasti tau siapa dia." Pemuda itu menerima foto tersebut dan menganalisis gambar tersebut. Setelah beberapa detik mengalami denial akhirnya pemuda itu tau siapa yang berada di foto tersebut.

"Jay?"

"Ya, kembaranmu."

"Dia...."

***

1 tahun kemudian

"Sumpah gue masih gak nyangka, Cak." Ucap Jey pada Cakra yang tengah memakan pizzanya. Wajahnya tampak tidak peduli dengan cerita Jey, namun lain hal dengan pikirannya.

"Ini sudah 1 tahun, Jey. Dan lu masih mikirin itu?"

"Bagaimana tidak gue pikirin, Cak! Kembaran gue intel, dan gue baru tau setelah dia sudah 3 tahun jadi intel, Cak." Cakra mendengus kasar, lalu ia melahap sisa pizza di tangannya dan mengambil gelas berisi Cola. "Lu kayak gak nyembunyin juga dah."

"Tapi dia intelnya Hersa!" Mendengar itu seketika Cakra menyemburkan cola yang berada di mulutnya itu, dan menatap tidak percaya pada Jey. "Maksud lu?"

"Ya, dia ada di pihak musuh, Cak." Kali ini Cakra benar-benar kaget dengan kalimat Jey.

"Sumpah lu?"

"Entahlah." Cakra menaruh gelasnya dengan keras.

"Jangan langsung kau simpulkan, Jey. Cari tau dulu."

Jey terdiam, ia melihat sekitarnya dan menemukan sebuah dokumen yang ia dapatkan dari Eri.

"Seharusnya dia gak ikut campur."

Bersambung....

Jangan lupa Vote dan Komen! Jika kalian suka! Terimakasih sudah membaca! Love y'all 💚

Ceritanya makin di luar angkasa ya.

I'm Losing You | Ft: Renjun & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang