chapter 7 : mutualism

529 58 9
                                    

i did some revisions in this chapter, dibaca ulang ya. thanks!

---

"Aku bersumpah ini adalah milik Ezio Salvatore! Kami hanya disuruh untuk mengirimkan barang. Jika mengetahui akhirnya seperti ini, bos kami pasti tidak akan mau menandatangani kontrak karena hanya akan merugikan Tigre!"

Dor!

Suara nyaring dari ceruk kecil tanah itu diakhiri dengan suara tembakan. Asher menembak salah satu anggota Tigre yang berhasil kabur dengan berjalan menyeret kaki kirinya yang terluka parah sehingga meninggalkan jejak darah di tanah tandus berjarak 50 meter dari lokasi kejadian. Asher mengikutinya, ia tidak mau ada saksi mata yang tersisa. Ia juga menginjak ponsel yang digunakan anggota Tigre untuk meminta bantuan hingga hancur.

"Terima kasih sudah datang." Ucap Asher menghampiri salah satu anggota dari Kepolisian Hongkong.

"Tidak masalah, tapi apa yang harus kami lakukan dengan mayat-mayat ini?"

Disana, tidak hanya tergeletak satu atau dua tubuh manusia tak bernyawa, melainkan puluhan. Kondisinya sangatlah kacau. Semua anggota Tigre yang menjalankan misinya semalam tewas dibunuh. Bau amis, anyir dari darah yang tercecer dimana-mana menusuk indra penciuman. Sedan dan juga truk kontainer besar tergelimpang; hancur bertabrakan satu sama lain. Sedangkan dalamnya kosong, Ezio Salvatore beserta anak buahnya telah mengambil seluruh kotak senjata dan narkoba yang mereka bawa.

"Anda pasti sudah tahu mereka adalah kelompok kriminal yang berbahaya. Saya percaya pada Kepolisian Hongkong sepenuhnya." Asher tersenyum seraya menyerahkan sebuah amplop tebal yang berisi uang untuk menutup mulut semua anggota polisi yang membereskannya.

"Baik Tuan, kami akan lakukan yang terbaik. Terima kasih."

Garis pembatas berwarna kuning bertuliskan "POLICE LINE DO NOT CROSS" itu mulai dibentangkan mengelilingi tempat kejadian perkara, tidak sembarang orang bisa melintas.

Asher pergi lebih dulu tanpa harus memastikan semuanya bersih. Ia percaya kapitalisme adalah titik lemah semua orang, sekalipun pegawai pemerintah dengan jabatan tinggi. Mereka bahkan mengorbankan janji profesinya demi mendapat banyak keuntungan. Setelah sampai di dalam mobil, Asher mengambil ponselnya yang terletak di dashboard.

"Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal kalau Sean adalah sahabat Zack?" Ucap Asher tepat saat panggilan itu diterima.

"Aku kira itu bukan hal yang penting."

"Aku butuh lebih banyak informasi tentangnya."

"Dia bukan siapa-siapa. Sean hanya warga biasa dan sahabat kecil Zack yang sudah ia anggap seperti saudara karena itulah dia-"

"Letnan Joe! Bukankah dalam situasi seperti ini seharusnya kau membuktikan kalau kau berguna?"

Tukas Asher disertai bentakan yang membuat Letnan Joe tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

"Ba-baiklah tapi untuk apa kau melakukan ini?"

"Kurasa aku tertarik padanya, maka dari itu aku harus menyesuaikan rencanaku."

---

Sepasang kelopak mata mulai mengerjap, suara gemericik air membangunkannya. Setiap jengkal tubuhnya terasa sakit, terlebih kepalanya yang bocor semalam, kini darahnya sudah mengering. Sean segera tersadar, ia terduduk di kursi besi dengan tangan diikat ke belakang. Sontak dengan sekuat tenaga Sean memberontak, mencoba melepaskan tali yang melingkar di pergelangan tangannya.

Intrépide [ jayhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang