Swedia, 2033
Danau Mälaren hampir dipeluk senja saat aku menyelesaikan buku kedua yang aku baca bulan ini. Airnya begitu tenang dan cerminan cahaya matahari membuatnya terlihat magis. Aku ingin membawamu kesini, nanti. Sekedar menemani aku memetik senar gitar, mencari melodi indah, kemudian menuliskan lirik lagu sederhana. Sounds great, isn't it?
Nala, kamu bilang kamu suka lelaki yang 'tidak membiarkan dirinya kekurangan wawasan'. Waktu itu, aku hampir menertawakannya. Siapa yang mau terlihat bodoh di dunia ini?
'Aku suka kalau kamu senang membaca.' kamu selalu berkomentar seperti itu saat mataku lekat dengan buku.
Kemudian, aku akan menoleh dan memberikan tatapan penuh tanya, meski sudah tau jawaban yang akan kamu berikan.
Kamu akan menjawabku dengan gelak tawa, dan mata yang ikut tersenyum seperti malaikat. Damn those eye smile.
'Biar aku bisa tanya apapun, kepadamu.'
Tubuhku terasa seringan kapas setiap kamu mengatakannya kepadaku. Hanya kepadaku, kan? Aku sangat yakin, tidak ada satupun lelaki yang membuatmu seperti itu, Nala.
Kamu tahu, Nala. Aku tidak mengerti mengapa aku masih punya banyak kesempatan untuk melihatmu, dari jarak 10.100 kilometer sekalipun. Tuhan begitu baik, dan aku sangat bersyukur untuk itu.
Meskipun sangat mungkin bagiku menjangkaumu secara daring, aku tidak berani melakukannya, Nala. Aku tidak lagi punya kekuatan untuk melihatmu, lagi. Kamu yang tadinya menjadi pusat hidupku, sekarang cukup kukagumi dari jauh. Tidak apa-apa ya, saat waktunya tepat, kamu dan aku pasti bertemu.
Aku mengambil lagi buku yang kubaca, The Sea of Trolls oleh Nancy Farmer. Kalau kamu tahu aku membaca ini, mungkin kamu bisa membayangkan aku seperti bapak-bapak yang membacakan dongeng untuk anaknya. Terlalu jauh untuk membayangkannya, Nala?
Pukul 6 sore, langit sekitar danau terbesar di Swedia ini masih terang, sinar matahari mulai berkurang intensitasnya. Senja memancar di atas permukaan air danau, menciptakan kilauan yang indah. Paduan warna oranye, merah, dan ungu di cakrawala membuncah sempurna. Beberapa perahu masih terlihat, serta bayangan pohon-pohon tinggi yang memikat. Kamu benar-benar harus menikmati suasana ini, Nala. Aku perlu memastikannya nanti.
(Malaren Lake, cr: Pinterest)
Ponselku berdering, suaranya teredam dalam saku jaket. aku buru-buru mengangkatnya
"Pavel, pulang. Kamu mau sampai jam berapa di studio terus?" Mama langsung mengomel begitu aku menjawab teleponnya pada dering pertama. Bisa kamu bayangkan kalau aku melewatkan panggilannya?
Seperti Mama, aku juga tidak pernah melewatkan panggilan dari kamu kan, dulu?
"Aku di luar, Mamma. Lebih tepatnya di Malaren. Aku sudah keluar studio sejak pukul 3 sore tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Producer
FanfictionON GOING THE PRODUCER © 2023, REMENEDIT. All rights Reserved. ========================================================= This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia (Undang - Undang Hak Cipta Republik Indonesia no...