BAB X - Her

2.4K 198 30
                                    

•─────⋅☾ ☽⋅─────•

Banjarmasin stage was fine, Pavel. Sampai kamu dengan sesuka hati menyusul dan membuatku kehilangan sebagian besar konsentrasi dan kewarasanku. Aku tidak bisa menerima kamu yang melihatku dari bangku penonton, merekamku bernyanyi dengan ponselmu, berdiri dan memberikan standing applause saat laguku selesai. Kamu tidak perlu melakukan itu, Pavel. Untuk apa?

"Kalau saya nggak ada di sini, kamu nggak akan mau melanjutkan kasus keteledoran promotor kamu. Dan itu merugikan kita, lebih tepatnya merugikan kamu. Dan sekarang, merugikan saya juga." katamu membuka percakapan denganku pagi ini di koridor menuju executive longue Garuda Indonesia Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor, Banjarmasin, salah satu bandara paling sibuk di Pulau Borneo, apalagi setelah berpindahnya Ibukota Negara Indonesia ke Nusantara pada 2027 silam.

Langkah kita saling menjejal menuju sofa berwarna keabuan yang terletak di ujung ruang. Tentu saja itu bukan satu-satunya space kosong yang bisa kami capai. Tetapi, kursi lainnya sepertinya akan dipenuhi beberapa pejabat dan rombongannya yang berjalan di belakang kami setelah melewati smart sensory entrance. Beberapa yang kukenal mengajak aku dan kamu berfoto secara bergantian, tentu saja berada dalam satu frame yang sama denganmu adalah hal yang mustahil kulakukan, meskipun sebenarnya tidak apa-apa. If only there's nothing happen between us, Pavel. 

Tepat di sampingku, seorang pria seusia Papa sedang asyik mengabadikan beberapa moment yang mungkin sudah ratusan kali ia lakukan dalam perjalanan dinasnya, mulai interior langit-langit bandara yang dihiasi giant LED yang  menampilkan pemandangan khas Kalimantan Selatan, mulai dari Sungai Barito yang eksotik, lucunya tingkah Bekantan, sejenis monyet berhidung besar yang selamat dari ancaman kepunahan akibat dari konversi lahan hutan dan degradasi habitat, hingga kain Sasirangan yang merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang diwariskan secara turun temurun sejak abad XII. Motifnya unik dan timeless kain ini sekarang menjadi terkenal di kalangan fashionista dunia berkat dikenalkan oleh pejabat yang juga seorang desainer. Aku dan kamu juga sedang memakainya sebagai shawl, beberapa fans memberikannya saat kita keluar hotel siang ini. Pria yang belakangan kuketahui adalah komisaris Komisi Pemberantasan Korupsi ini baru menyelesaikan sesi merekamnya begitu mendapatkan teguran dari petugas karena suaranya yang terlalu keras berpotensi mengganggu pengunjung lain.

Isi pikiranku tidak dapat kujinakkan dan aku mulai merasa pusing karenanya. Kamu tahu? Tidak perlu kamu libatkan diri sejauh itu untuk hal apapun yang kulakukan, Pavel. Setidaknya aku berfikir seperti itu sebelum kamu mengetuk pintu kamarku tengah malam buta, dan berakhir kita membicarakan sesuatu yang tidak ingin aku dengarkan sampai fajar tiba.

Aku bahkan tidak bisa mengerti kenapa mengizinkan kamu satu mobil denganku setelah checkout dari hotel dengan tanganmu yang menarikku menjauh dari Sandy yang muncul bersama Alya. Semua orang bisa melihat tingkahmu yang aneh dan kamu memutuskan tidak peduli.

Pandanganku beralih begitu kamu berjalan ke sisi kanan dan mejatuhkan tubuhmu ke automated massage chair, kemudian mengisyaratkan agar aku mendekat.

"Pavel, aku tidak begitu nyaman kamu berada di sekitarku, tidak lagi setelah semalam kita banyak menyadari kalau kita tidak mungkin. So, I hope it is fine for us to keep a distance?" aku menoleh begitu duduk di sebelahmu. Tidak seperti kamu yang menyalakan alat pemijat, aku hanya duduk bersandar dengan arah pandang mata menerawang langit-langit.

"Sebentar, Nala. Apa badanmu tidak pegal? Kita butuh sedikit relax ..." dengan mata hampir terpejam sempurna, kamu mendorong tubuhku sampai rebah, kemudian mengeklik tombol yang mengaktifkan alat pemijat ini.

The ProducerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang