uno

492 33 0
                                    

Seorang pemuda terlihat mengendarai sepeda motor nya dengan kencang sesekali dia melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sial"umpat pemuda itu ketika jam menunjukkan pukul 22.04 wib.

Pemuda itu semakin menambah kecepatan motor nya dan berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah tiga lantai. Pemuda itu turun dari motornya dan melepas helm yang melekat di kepalanya.

Pemuda itu adalah Argani Cakara Ganendra, putra sulung dari pasangan  Caturangga Ganendra dan Arimbi Saraswati Maheswari. Argani mempunyai adik yang berbeda 20 menit darinya alias kembar bernama Arfani Caraka Ganendra.

Argani mencoba membuka gerbang rumahnya berkali-kali. Argani menghela nafas ketika gerbang tidak bisa dibuka. Sepertinya dia harus menginap di rumah sahabatnya lagi.

Ini adalah hal biasa bagi Argani. Caturangga sang ayah membuat peraturan tertulis siapa saja anggota keluarganya yang pulang lebih dari jam sepuluh malam tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah yang terlihat seperti istana itu dan Argani sudah puluhan kali melanggar peraturan tersebut sehingga dia harus menginap di salah satu rumah sahabatnya.

Argani mengambil ponsel nya di saku celananya dan mencoba menghubungi sahabatnya.

"Hallo Van"kata Argani ketika panggilan terhubung

Argani terlihat berbincang dengan sahabatnya di telepon.

"Okey gue nginep di apartemen lo aja"putus Argani dan mematikan sambungan telepon nya.

Argani memakai helm nya kembali dan menaiki motonya. Dia mulai menyalakan motornya dan melaju meninggalkan rumah.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

SMA Tunas Bangsa adalah tempat menuntut ilmu Argani dan kedua sahabatnya tak lupa juga Arfani. SMA yang terakreditasi A ini mempunyai banyak sekali prestasi di bidang akademik maupun non akademik di tingkat nasional bahkan internasional dan si kembar adalah salah satu dari banyaknya siswa yang menyumbang prestasi tersebut.

Sudah hampir 2 tahun Argani menimba ilmu disana dan banyak menyumbangkan piala. Dia juga adalah peringkat ke 2 paralel ketika berada di kelas sepuluh. Siapa yang pertama? tentu saja Arfani sang kembaran. Terkadang Argani iri dengan Arfani yang bisa dibilang sempurna. Arfani yang mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya dan Argani menginginkan itu.

Kini Argani dan sahabatnya menempati kelas XI IPS 1 sedangkan Arfani di kelas unggulan yaitu kelas XI IPA 1.

Kring... Kring... Kring...

Bel tanda istirahat berbunyi. Para siswa siswi SMA Tunas Bangsa berhambur keluar melepas penatnya belajar di kelas.

Argani menatap kertas ulangan geografi yang baru saja dibagikan dan dia mendapatkan nilai 98.

"Siap-siap di hukum lagi"batinnya.

Kedua sahabatnya saling lirik melihat Argani yang melamun.

Ataya Zivan Naladhpa dan Aatreya Daniyal Naratama, kedua sahabat Argani sejak berada di bangku sekolah dasar. Bahkan mereka berdua mngetahui masalah yang di alami Argani dirumah.

"Kenapa lo?"tanya Daniyal.

Argani menoleh dan memperlihatkan nilai ulangan nya.

"Nanti ga usah pulang dulu lo. Nginep aja di apartemen gue lagi"kata Ataya khawatir.

"Ga bisa. Semalam gue udah ga pulang. Kalau hari ini gue ga pulang lagi bisa double hukuman gue kalau pulang"kata Argani.

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang