cinco

167 19 0
                                    

Argani menatap rumah yang akan dia tinggali. Rumah ini sangat minimalis dan seperti tidak terawat. Banyak sampah dedaunan yang berserakan di halaman rumah. Tembok nya juga banyak yang mengelupas dan cat yang sudah memudar. Tetapi rumah itu masih layak untuk di tempati.

"Ini uang buat biaya kamu."kata Caturangga menyerahkan amplop yang berisi uang.

Argani menerimanya dan menyimpannya tidak lupa mengucapkan terimakasih. Tanpa banyak bicara, Caturangga langsung masuk mobil dan melakukan mobilnya pergi.

"Semangat Argani, lo bisa lalui ini semua."kata Argani kepada dirinya sendiri.

Argani menyeret kopernya masuk kedalam rumah. Didalam, tidak banyak barang dan ruangan. Hanya ada dua ruangan, satu untuk kamar dan satu untuk kamar mandi. Untuk dapur hanya dipisah dengan triplek yang sudah lapuk. Peralatan dirumah itu juga tak banyak, hanya ada lemari di dalam kamar juga ranjang, ada kompor juga di dapur dan beberapa piring yang sepertinya sudah lama tidak dipakai. Tak ada satupun meja ataupun kursi.

"kayaknya gue harus beli barang-barang baru deh."monolog Argani.

Argani mengambil sapu yang memang sudah ada di pojok samping dapur dan mulai menyapu hingga halaman depan rumah. Satu jam berlalu, Argani telah selesai membersihkan semuanya. Kini halaman dan dalam rumah sudah bersih tanpa noda sedikitpun. Argani mengambil handphonenya dan melihat waktu yang tertera menunjukkan pukul 14.12 wib. Perutnya sudah lapar tetapi tidak ada makanan apapun. Terpaksa dia harus membeli makanan di luar. Argani mengambil dompetnya dan mulai beranjak pergi. Dia akan mencari makanan di sekitar sini karena dia enggan mengeluarkan biaya untuk mencari taksi. Untuk motornya yang dulu, diambil oleh ayahnya. Dia tidak diijinkan untuk membawanya.

Saat ingin pergi, handphone nya berbunyi. Argani mengambilnya dari saku jaketnya. Ternyata ada panggilan dari Ataya. Mereka pun berbincang sejenak dan memutuskan untuk bertemu di cafe langganan mereka. Argani menghela nafas dan mulai mencari gojek untuk mengantarkan nya ke cafe. Padahal niatnya ingin berhemat.

Argani sampai di cafe dan mulai mencari kedua sahabatnya. Dari tempat duduknya, Ataya melambai saat melihat Argani. Dengan malas, Argani segera menghampiri mereka dan duduk di samping Daniyal.

"Lo mau pesen apa, ka?"tanya Daniyal.

"Ga usah, gue buru-buru."kata Argani.

"Gue traktir."kata Ataya.

Argani tergiur. Lumayan makanan gratis. Argani mengangguk. Ataya lantas memanggil pelayan dan memesan makanan. Setelah memesan, mereka fokus ke handphone mereka masing-masing. Tak lama, pelayan mulai menyajikan makanan mereka.

"Gue pindah sekolah."

Uhuk...

Daniyal langsung menyambar minuman di meja yang entah milik siapa. Tenggorokan nya terasa sakit. Ataya menatap Daniyal sayu karena minumannya di minum hingga tandas.

"Minuman gue,"lirih Ataya.

Daniyal cengengesan sambil menggumamkan kata maaf. Atensi Daniyal dan Ataya kembali beralih kearah Ataya yang makan dengan lahap. Mereka berdua tak percaya dengan ucapan Argani. Argani menatap Ataya dan Daniyal bingung.

"Iya gue pindah sekolah. Bahkan gue udah ga tinggal di rumah lagi. Bokap gue pindahin gue karena ga mau anak kesayangan nya kalah sama gue."jelas Argani.

"Gila bokap lo, Kar."kata Ataya tidak percaya.

Argani menggedikkan bahu acuh dan melanjutkan makan nya.

"Gue pergi dulu mau beli perlengkapan buat dirumah."kata Argani kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.

"Kita ikut."kata Daniyal.

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang