dos

219 23 4
                                    

Suara pukulan terdengar di gudang belakang rumah keluarga Ganendra. Argani terlihat meringkuk kesakitan di lantai gudang yang kotor.

"Ayah, sakit."lirih Argani.

Caturangga terus memukuli Argani tanpa menghiraukan rintihan anaknya. Caturangga menendang perut Argani dengan kencang hingga Argani terdorong kebelakang. Argani merintih ketika ayahnya menarik rambutnya hingga ada yang rontok.

"Sekali lagi kamu membuat masalah, hukuman mu lebih dari ini."bentak Caturangga.

Caturangga melepas jambakan nya dari rambut Argani.

"Tidak ada makan malam untuk mu hari ini. "kata Caturangga dan pergi dari gudang kotor itu dan mengunci Argani di dalam sana.

Argani mendesis saat perutnya terasa sakit ketika dia ingin duduk. Ia menyandarkan punggungnya ke tembok yang sudah mulai rusak. Pikiran nya menerawang membayangkan sifat ayah dan ibunya yang acuh terhadapnya sejak kecil.

"Kapan ya ayah dan bunda sayang sama gue?"batinnya.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Arfani gelisah di dalam kamarnya. Dia mengkhawatirkan kembarannya yang sedang dihukum oleh ayahnya. Dia takut terjadi sesuatu dengan saudaranya.

Pintu kamarnya terbuka memperlihatkan Arimbi yang masuk ke dalam.

"Dek, ayo makan malam. Ayah udah nunggu."kata Arimbi.

"Iya bun."kata Arfani sambil menggandeng tangan sang bunda.

Mereka berjalan menuju ke ruang makan yang sudah ada Caturangga yang menunggu.

Arfani duduk di kursi samping ayahnya dan bunda nya duduk di depannya.

"Ayo kita mulai makan malam nya. "kata Caturangga.

Mereka makan dengan hening. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka dan sang kakek mengajarkan mereka untuk tidak berbicara saat makan.

Arfani makan dengan gelisah karena tidak melihat keberadaan kakaknya.

"Kamu kenapa dek? Kok gelisah?"tanya Arimbi.

Arfani melirik sang ayah dan terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan sang bunda.

"Tidak usah mencari anak itu Arfani. Anak itu tidak akan dapat jatah makan malam ini. "kata Caturangga.

"Tapi ayah, kakak punya magh. Nggak mungkin bisa telat makan."kata Arfani Khawatir.

"Biarkan itu hukuman untuk dia. Lebih baik kamu selesaikan makan mu dan kembali ke kamar."perintah Caturangga.

Arfani menatap ibunya meminta bantuan. Tetapi Arimbi malah acuh dan melanjutkan makan nya.

"Makan Arfani."kata Caturangga penuh penekanan.

Arfani patuh menyelesaikan makan nya walaupun tak selera. Pikirannya menerawang kepada Argani yang berada di gudang.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Tengah malam, Argani terbangun dari tidurnya di karenakan perutnya yang terasa perih.

"arkhh, sial."batinnya.

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang