ocho

160 14 0
                                    

Sudah hampir dua bulan Argani keluar dari rumah keluarga Ganendra. Dan selama itu pula, Argani sering disuruh ayahnya untuk menjadi pelampiasan. Sudah banyak luka goresan di tubuh Argani tetapi tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan Ataya dan Daniyal tidak mengetahui perihal itu. Argani menyembunyikan lukanya dengan sangat rapi. Dia membuat perjanjian dengan ayahnya. Caturangga boleh melukai anggota tubunya kecuali wajahnya. Maka dari itu banyak yang tidak tahu dengan luka yang wbrada di tubuh Argani.

Hari ini hari minggu. Kafe tempat kerja Argani diliburkan satu hari karena kafe itu akan digunakan acara oleh teman bosnya. Hanya pegawai yang sudah tidak sekolah yang diperbolehkan untuk bekerja.

Minggu ini, Argani berencana untuk istirahat seharian tetapi keinginan nya harus pupus karena Daniyal yang datang ke rumahnya pukul 06:00 wib. Dengan malas, Argani membukakan pintu untuk Daniyal.

"Ngapain kesini?"tanya Argani malas.

Daniyal cengengesan. Dia memegang tangan Argani erat. Argani risih mencoba melepas pegangan tangan Daniyal.

"Lo kenapa sih?" Argani menyentak tangan Daniyal. Dia sebenarnya tahu Daniyal bertingkah seperti ini pasti ada maunya.

"Emm Kar, temenin gue ke acara perusahaan bokap gue dong, please!"rayu Daniyal.

"Kenapa gak minta sama Ataya? Lo tahu gue gak suka ke acara begituan,"kata Argani.

"Ayolah Kar, temenin gue, Ataya lagi di rumah neneknya, cuma lo yang bisa temenin gue,"rengek Daniyal.

Daniyal terus merengek membuat Argani jengah. Sifat ini yang tidak disukainya dari Daniyal. Dia akan terus memaksa jika keinginan nya belum terpenuhi. Dan Argani adalah orang yang tidak suka dipaksa.

"Okey, okey, gue nemenin lo,"kata Argani.

Daniyal bersorak senang. Dia langsung mendorong Argani untuk masuk kedalam kamarnya.

"Lo siap-siap, gue tunggu di mobil,"kata Daniyal dan langsung pergi keluar.

Argani menghela nafas dan segera bersiap. Dia tidak ingin Daniyal kembali merengek padanya. Setengah jam berlalu, Argani telah rapi dengan kemeja warna biru dan celana hitam. Dia tidak peduli dengan pakaian nya yang tidak formal karena sebenarnya dia tidak ingin pergi.

Argani mengambil handphone nya di meja dan segera pergi menghampiri Daniyal yang menunggunya di mobil. Argani langsung masuk kedalam mobil milik Daniyal. Senyum Daniyal merekah dan segera melajukan mobilnya.

"Acara nya jam berapa?"tanya Argani.

Daniyal menoleh sekilas dan kembali menatap ke jalan.

"Jam tujuh malam,"kata Daniyal.

"Terus lo ngapain suruh gue siap-siap Aatreya Daniyal Naratama,"geram Argani. Dia ingin sekali menenggelamkan sosok Daniyal di samudra pasifik. Tapi dia tidak setega itu.

"Hehe, sebenarnya bunda yang nyuruh gue buat jemput lo, katanya bunda kangen. Gue mana bisa nolak,"kata Daniyal.

Argani menghela nafas dan memejamkan mata, "Bangunin gue kalau udah sampai."

Daniyal mengangguk samar. Argani menyamankan tubuhnya dan tidur. Daniyal menyalakan AC dan memelankan sedikit mobilnya agar Argani tidur dengan nyaman.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

"Bunda anak mu yang ganteng pulang,"

Argani menggeleng kan kepala mendengar teriakan Daniyal yang memekakan telinga.

"Anak bunda sudah pulang,"kata Siska, bunda Daniyal dari arah dapur.

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang