Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Setelah waktu makan siang berakhir, Ye Mi segera mengembalikan Xiao Sa ke kediaman Lin Yi dengan anggota badan yang masih utuh, tanpa tercemar oleh hal-hal berdosa sedikit pun. Meski hampir tidak dapat menahan nafsu bejat yang bergejolak, tetapi dia tetap mempertahankan kewarasan. Tidak ingin berbuat macam-macam sebelum Xiao Sa berada di usia yang matang. Begitu besar keinginan untuk mengecup yang ditekan kembali ke dasar hati. Jangankan mengecup, untuk bergandengan tangan saja Ye Mi masih belum berani. Dia hanya mampu melancarkan aksi meraba puncak kepala yang setidaknya tidak akan memberikan pengaruh bagi perasaan Xiao Sa. Tanpa diketahui bahwa segala yang dia lakukan benar-benar memberikan pengaruh besar.
"Aku mengatakan akan mentraktirmu, tetapi ternyata kamu mentraktirku lagi. Ini salahku karena tidak membawa uang, lain kali aku benar-benar harus mentraktirmu, Tuan Ye." Xiao Sa berjanji sepenuh hati. Selain karena belum menuntaskan keinginan untuk mentraktir pihak lain, dia juga ingin memiliki banyak kesempatan untuk makan bersama lagi. Dia begitu ketagihan berada di dekat Ye Mi.
Sebagai jawaban, Ye Mi mengangguk ringan tanpa kata. Xiao Sa pun menyambung dengan ungkapan terima kasih sembari membungkukkan badan dengan sopan sebelum menutup pintu mobil. Dia berjalan dengan riang, bahkan sedikit melompat-lompat akibat terlalu bahagia. Senandung merdu juga tidak mau kalah, mengudara di sepanjang jalan. Namun, segala tindakan berhenti seketika saat merasakan ada sesuatu yang menahan langkahnya. Tidak lama kemudian, tubuh Xiao Sa diputar secara tiba-tiba dan segera setelah itu wajah tampan Ye Mi memenuhi netranya, menyebabkan jantung yang berdetak kencang semakin menjadi-jadi.
"Tu-Tuan …." Xiao Sa terbata. Dia menundukkan kepala dengan cepat demi menyembunyikan rona merah yang tak jemu naik ke permukaan pipi. Kedua mata tertutup, tetapi kali ini tidak berharap akan dicium. Dia bertindak demikian hanya untuk menstabilkan beberapa jenis perasaan yang bergerak-gerak tidak tenang di hati.
Rasa gemas susah ditolak, ingin sekali Ye Mi bertindak macam-macam detik itu juga, tetapi tidak juga dilakukan. Agar tidak berlama-lama berhadapan dengan jiwa menggemaskan milik Xiao Sa, dia pun mulai fokus pada tujuan penahanan. "Kamu meninggalkan ini."
Ye Mi menggoyangkan ponsel di depan wajah Xiao Sa hingga kepala lelaki manis yang tertunduk kini mendongak seketika. Meski demikian, reaksi yang dikeluarkan tidak begitu menyenangkan. Xiao Sa menatap ke arah lain sembari berkata dengan acuh tak acuh, "Aku tidak membutuhkannya."
Wajah Ye Mi dipenuhi oleh tanda tanya, membuat Xiao Sa mengulangi perkataan sekali lagi sekaligus menambahkan beberapa kalimat pelengkap, "Aku tidak membutuhkannya. Ponsel itu digunakan untuk bertukar pesan denganmu. Jika dia sudah kehilangan fungsinya, apakah aku harus tetap menyimpan benda tidak berguna itu?"
Ye Mi tidak menanggapi, berhasil memicu kekesalan tumbuh di hati Xiao Sa yang paling dalam. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama ketika ponsel dimasukkan secara paksa ke dalam mantel yang dia gunakan, kemudian sebuah suara berat mengalir bebas tanpa beban. "Kamu akan menyesal jika tidak menyimpannya."
Xiao Sa tidak dapat mencerna dengan baik perkataan tersebut sebab tidak diberi kesempatan untuk berpikir. Tubuh Ye Mi sudah menjauh tanpa aba-aba, membuatnya gelagapan sebab tidak siap ditinggal. "Tuan Ye," panggil Xiao Sa dengan suara yang sedikit meninggi.
Ye Mi segera berbalik, memaku pijakan di tempat. Xiao Sa berlari ke arahnya sembari memegang mantel miliknya. Dia berpikir lelaki manis itu akan mengembalikan mantel. Siapa sangka Ye Mi justru merasakan kehangatan yang melingkar di tubuhnya. Dia baru saja akan melepaskan diri dari dekapan erat Xiao Sa ketika lelaki manis itu berkata, "Biarkan aku memelukmu sebentar saja. Aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN)
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...