"Malam adalah waktu yang sangat menyenangkan"
Lampu jalan menjadi pemandangan malam yang indah dari sorot mata almond milik Shafa, kendaraan yang menyalakan lampu tak kalah indah mewarnai bola matanya serta jauh dari kemacetan membuat suara lalu-lalang kendaraan sedikit nyaman terdengar.
Dari bilik jendela lantai dua kios Shasa Co, Shafa berdiri dengan membuuka sedikit celah dari jendelanya mempersilahkan udara malam menusuk pori-pori wajah dan menerpa rambut panjang sebahu yang baru saja dicrembath dengan varian coklat, wangi coklat sampai rongga penciumannya.
"Sha. Lemari baru, kapan beli?" Tanya Lili, sahabat Shafa sejak SMP bersama dengan Laura, mereka sejak sekolah sudah membentuk trio sahabat yang tak bernama, hubungan itu mengalir sampai sekarang.
"Tadi, siang." Shafa menoleh malas dengan senyuman.
Lili masih memandang lemari nakas kecil yang diletakkan Shafa dekat dengan kasur lantai, "Banyak duit ya habis kena tipu," perkataan Lili yang diselingi dengan kekehan candaan.
"Dibeliin. Nggak enak hati banget, Li." Raut wajah sedih Shafa terlihat, Shafa mendekati Lili yang duduk diatas kasur samping nakas, Lili memasang mode wajah yang siap mendegarkan curhatan sahabatnya.
...
"Tadi siang di Damous Furniture, kami masuk untuk sekedar lihat-lihat, keliling-keliling dan tanya-tanya, sampai akhirnya aku jatuh cinta sama nakas putih yang imut itu," Shafa menatap nakas pujaanya.
"Tapi aku nggak tanya-tanya tentang nakas itu, aku cuma sekedar natap dan pegang aja. Nggak lama, dia yang tanya dan mau beli, aku biasa aja dong. Kupikirkan memang buat dia, makanya dia beli. Ternyata..." Shafa menelan salifahnya.
"Dia antar aku sampai sini ditaronya nakas didepan, keliling dulu dia sebentar sambil foto-foto, entah apa yang difotonya," Shafa mengeleng-gelengkan kepala, Lili masih mendengarkan dengan baik sambil menatap wajah Shafa yang bercerita.
"Aku tanya gini pas dia mau naik angkot."
"Dia naik angkot?" tanya Lili terkejut.
"Hmmm, nakasnya kok nggak bawa balik?"
"Terus dia jawab apa?" Lili penasaran.
"Aku terlihat nggak keren kalo bawa itu dalam angkot!" Lili tertawa mendengar jawabannya.
Shafa menarik nafas lalu perlahan menghembuskannya, terpikir dalam benak "Bagaimana cara membalas kebaikannya?" gumam Shafa dalam hati.
Lili masih dengan tawa bervolume besar, seisi ruangan dipenuhi dengan tawanya, sesekali tawanya mereda dan matanya melirik wajah Shafa, lalu kembali lagi dengan tawa semula. Shafa telah terbiasa dengan tawa milik Lili dan sangat paham bahwa setelah mentertawakan ini dia pasti akan memberi komentar, yang Shafa lakukan kali ini hanya menunggu dan tertawa bersama.
"Bisa jadi, dia tertarik sih Sha sama kamu." Pendapat Lili yang membuat Shafa terdiam seketika.
"Dari hal-hal kecil aja dia merhatiin kamu." Lanjut Lili lagi.
Argumen Lili yang berhasil membuat Shafa terdiam sekaligus berfikir mengigat kejadian-kejadian yang telah mereka lalui beberapa hari ini, selalu saja terjadi kebetulan-kebetulan yang tanpa sengaja terencana terjadi begitu mudahnya.
"Jangan buat aku berharap, Li!" celetuk Shafa.
"Itu menurutku sih, lagian aku juga nggak nyaranin kamu buat welcome ke dia!"
"Kenapa?" pertanyaan Shafa yang terdengar penasaran sebab tak seperti biasa Lili memberi saran seperti ini, biasanya dia adalah orang pertama yang selalu memberi dukungan kepada Shafa untuk membuka hatinya untuk seseorang.
"Aku takut bukan dia orangnya, aku takut kamu sakit lagi." Wajah iba Lili terpancar jelas, melihat sahabatnya ditinggalkan dengan keji membuat ingatan Lili menganggis, "Aku takut, karena ini bukan rumahnya." Lanjut Lili.
Shafa terdiam, mencoba menelaah dengan baik kata-kata sahabatnya itu, tersenyum dan mengulurkan kedua tangan untuk memeluk dengan erat tubuh Lili, Shafa paham sahabatnya ini sangat sayang pada dirinya hingga mengkhawatirkan kondisi dirinya bila terus-terusan mengalami kegagalan.
Sepanjang perjalanan hidup ini memang sebagian kisah tertuang pada telinga kedua sahabatnya, rumah kedua Shafa setelah keluarga adalah kedua sahabatnya itu, wajar jika Lili tahu kisah jatuh bangunnya perjalanan cinta Shafa.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHAFA [TELAH TERBIT]
Romance"Aku nggak bisa pacaran, La." "Yaudah, Sha. Setelah itu kalian masih bisa jadi teman lagi kaya sekarang, teman rasa pacar part 2." "Aku nggak bisa berteman, dengan orang yang aku suka!" "Kalo gitu, setelah semuanya. Kamu harus siap kehilangan, Sha."...