Atava adalah seekor makhluk berbentuk ulat, dia memiliki 26 bagian tubuh. Dia berhasil disegel oleh pembuat academy sekitar 7 abad yang lalu. Makhluk ini katanya menyerang bagian fisik penderita dan membuat gatal dari ujung kepala sampai kaki. Bahkan, kulit bisa pecah-pecah karena terkena bulunya.
Keesokkan harinya, Ema memanggil kami untuk pergi ke ruangan ketua.
"Kalian harus menyegel kembali makhluknya.. ga mau tau." kata Ema tegas.
"Kok kita sih, kan Liu yang buka segelnya!" Balas Lucas tidak terima. Liu yang berada di ujung ruangan langsung berdecak.
"Kalian temannya Liu, jadi kalian harus bertanggung jawab." ucap Ema sembari merapihkan berkas.
"Ga bisa donk, lagian kami bukan temannya." Lucas menarik nafas dalam-dalam "Liu, kutandain mukamu ya."
Setelah perdebatan cukup panjang, akhirnya aku, Lucas, Hosea, Ruby dan Liu setuju untuk menyegel kembali makhluk tersebut. Lagian kami bukan teman Liu, seenaknya aja nyuruh kami.
Ema memberikan kami peta di ponsel kami masing-masing. Peta itu menandakan titik lokasi makhluk yang tersebar ke 25 dunia. Ema juga menyediakan perbekalan, pakaian, senjata dan kertas mantra untuk Lucas.
"Aku yang ambil kendali" ujar Ruby, mulai menyalakan mesin mobil lalu menghela nafas sebentar. "Mau ke negara mana dulu?"
"Yang deket aja dulu... Misalnya... Second oceans world. Hadeh... namanya susah banget." Saran Lucas, ia membesar kecilkan peta di ponselnya.
"Ide bagus, baiklah" Ruby mulai menginjak pedal gas. Dengan cepat kami menuju second oceans world yang hanya membutuhkan 3 jam untuk sampai.
Aku hanya merenung sepanjang jalan seraya melihat pemandangan sekitar. Aku berpikir kenapa aku terpilih padahal aku belum belajar sihir sepenuhnya. Hosea tertidur sejak awal berangkat.
Aku kembali terdiam saat melihat gerbang besar setinggi 250 meter. Itu adalah gerbang perbatasan magiclandia dengan second oceans world.
Nyanyian Lucas menemani perjalanan kami. Tidak kusangka suaranya bisa sebagus itu.
"Ruby, Aku dan Glen belum belajar sihir sepenuhnya. Kalau ada musuh kamu saja yang lawan, ya" kata Lucas dengan mata berbinar-binar.
Ruby mengangguk sebagai balasan.
Benar juga, di antara kami semua, Ruby lah yang paling kuat.
Tidak lama bangunan berbentuk cangkang kerang mulai terlihat. Semakin dekat, semakin besar ukuran bangunan itu.
"Koordinat pastinya di mana? Ada dua jalan nih" Ruby menginjak pedal rem. Kami berhenti di pertigaan.
"Seharusnya kiri" - Lucas
"Kanan ga sih?" - aku
"Kiri aja deh, cewek ga bisa baca map" - Ruby.
Lucas tertawa terbahak-bahak. Ruby langsung membelokkan stir ke kiri.
"Apa alasanmu membuka segelnya, Liu?" Tanyaku.
"Aku ga tau, Glen. Hari itu aku sedang membaca di perpustakaan. Aku liat ke arah rak tua, ada buku judulnya "Atava" karena tertarik aku langsung ambil dan membacanya. Ukuran bukunya tipis. Isinya mantra-mantra ga jelas. Setelah selesai baca, aku merasa bahuku berat banget. Waktu aku tersadar, semua kejadian ini sudah terjadi, makhluk itu sudah bebas."
Aku mengangguk, apa yang ia katakan benar. "Kamu kerasukan?"
"Iya"
Ruby menginjak pedal rem tiba-tiba. Hosea sampai terbangun dari tidurnya.
"Kenapa, By?" Hosea mengucek matanya.
"Lihat di sana" Ruby menunjuk-nunjuk ke arah rumah warga. Terlihat seorang perempuan mengerang kesakitan. Jeritannya membuat bising telinga.
Kami memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri perempuan itu.
"Sakit sakitt!!" Kami berlima terkejut setelah melihat wajah dari wanita itu sudah dipenuhi dengan belatung.
"G-Glen...." Lucas bersembunyi di belakangku, tidak ada yang berani maju kecuali satu orang, Hosea.
"Kamu kenapa?" Tanya Hosea dengan nada lembut.
"Panas kak... panas. Semalam saya lihat ada seekor makhluk dengan satu mata, ukurannya kecil, dia meludahi wajah saya." Kata perempuan itu "wajah saya gatal dari tadi pagi, saya terus menggaruknya hingga belatung keluar dari pori-pori saya."
"Siapa namamu?"
"Vany"
Hosea memegang wajah Vany "Orka gumailing" Orka gumailing adalah sihir untuk menyembuhkan sementara. Jika jangka waktunya sudah habis, penderita akan merasakan sakit lagi.
"HOSEA AWAS" aku segera berlari dan menendang dagu Vany. Dengan sigap Ruby langsung menggendong Hosea dan mundur beberapa langkah.
Vany berteriak kesal, ekor berwarna hitam serta sayap keluar dari tubuhnya. Belatung di wajahnya kini berubah menjadi darah.
"WANITA TERKUTUK!!" ucapnya.
Aku ingin menenangkan Vany namun Liu melempar batu berukuran besar dengan aliran listrik ke arah wajah Vany.
"Mati lu, bangsat!" seru Liu. "Maaf Glen, setauku jika seseorang tertular ludah dari Atava, maka dia akan dengan mudah dikendalikan musuh."
Aku terdiam, Hosea melepaskan gendongan Ruby lalu berlari ke arah Vany.
"Dia mati, mau kita apakan sekarang?"
"Tusuk jantungnya." Kata Liu.
"Hah?"
"TUSUK JANTUNGNYA BANGSAT! KALAU TIDAK NANTI DIA BANGKIT LAGI DAN MALAH MENYEBAR KE TUBUH ORANG LAIN."
"Baiklah..." Hosea menikam jantung Vany hingga darah berwarna hitam mengalir. Tidak lama tubuh perempuan itu menghilang.
Ponsel milik Ruby berbunyi, ia dengan sigap memeriksa apa yang terjadi. Ternyata, titik koordinat Atava tidak berada di lokasi itu alias sudah berpindah ke daerah lain.
"Eh teman-teman, titiknya berubah. Sepertinya Atava tidak berada ditubuh Vany. Melainkan Vany adalah penderita yang terkena ludah dari Atava." ucap Ruby seraya melihat sekitar.
"Korban yang terkena ludah dari Atava dan yang terdapat Atava di diri mereka itu berbeda jauh loh" terdengar suara asing yang tidak kami kenali.
"Yo kenalin aku Fara, aku salah satu warga di sini." kata Fara dengan wajah tersenyum lebar. Dirinya sungguh cantik, berambut pendek berwarna coklat, bermata kuning, berhidung lumayan mancung dan bermata belo.
"Kalian tau perbedaan ludah Atava dan jiwa Atava?" Tanya Fara. Kami berlima balas menggeleng.
"Ludah Atava jika korban terkena ludahnya. Jiwa Atava adalah jika Atava merasuki tubuh si penderita. Biasanya yang terkena jiwa Atava akan memiliki tanda berupa semanggi di lehernya." ucap Fara memberi penjelasan. Kini kami mengerti perbedaannya.
"Kalian juga harus berhati-hati loh, jika korban ludah Atava berubah menjadi sosok iblis seperti tadi, kalian harus menikam jantungnya dengan cepat. Jika kalian lambat maka akan ribet nantinya."
Kami berterima kasih atas penjelasan yang Fara berikan, itu sangat berguna. Fara juga mengajak kami ke rumahnya untuk menginap sementara.
Chapter 5
To be continued
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glensie And The Entermite
Fantasy[CERITA INI 100% BERASAL DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI. TIDAK MENGAMBIL KARYA ORANG LAIN ATAUPUN MENJIPLAKNYA. TIDAK DISENGAJA BILA ADA KESAMAAN NAMA, LOKASI, TEMPAT, DLL] Glensie, seorang penyair muda asal Indonesia. Dia dikeluarkan dari pekerjaann...