ch 4. just started

8 5 0
                                    

Aku bangun seperti biasa untuk bersekolah, aku menarik nafas panjang dan menatap keluar jendela. Langit hari ini mendung.

Aku menyalakan shower dan merenung sebentar, hari ini harus pesan makan apa untuk makan siang nanti.

***

Liu berjalan dengan kesal di lorong academy, langkah kakinya memekakkan telinga.

"KESALL!!" seru Liu sambil melempar kotak bekal hingga isinya berhamburan. "Sudah kubilang aku sudah pesan makan, kenapa masih dibawakan bekal sih"

Beberapa orang di sekitar tidak berani mendekat karena takut dibunuh olehnya. Hosea yang berada di sebelahku melangkah maju untuk merapihkan makanan yang tumpah itu.

"JANGAN IKUT CAMPUR LO" Liu mengambil kotak makan dari tangan Hosea lalu melemparnya ke dinding hingga pecah. "Lu ga tau seberapa menderitanya gua. Jadi, lu lebih baik diam"

Hosea terdiam sebentar lalu berdiri, meninggalkan Liu yang mengamuk tidak jelas.

"Dah di kasih makan tetep aja ga bersyukur" Hosea berdumel berkali-kali.

Bunyi heels mulai terdengar "ada apa ini, kalian tidak ada kelas!?" Ema Chrisye berhasil membuat murid-murid kembali ke kelas dalam sekejap.

"Kalian kenapa ga kembali ke kelas?" Tanya Ema. Aku, Hosea dan Ruby masih berada di lorong. Ema menghela nafas sebentar "kembali ke kelas"

***

Pelajaran telah selesai, seperti biasa kami membeli sarapan di kantin. Salah satu murid bernyanyi untuk menemani waktu makan kami. Menu hari ini adalah beef steak with a garlic sauce.

Kami berempat sibuk melahap makanan kami masing-masing. Hingga terdengar suatu dentuman kencang hingga menciptakan getaran dari tanah.

Semua murid langsung berdiri dari tempat duduknya, semua makanan sudah berhamburan. Akhirnya getaran pun berhenti.

"Apa-apaan itu" kata Lucas merinding, ia tidak menyadari bahwa dia sedang memeluk Hosea.

"Luc..."

"Eh maaf"

Hujan turun semakin deras, disertai petir yang menyambar berkali-kali. Bahkan sampai membuat seluruh lampu mati.

Siapa pelaku di balik ini semua?

***

Sepuluh menit sebelumnya

Suara langkah sepatu memenuhi lorong, sambaran petir berkali-kali berbunyi. Akhirnya "dia" sudah tiba di tempat terlarang.

Dia membuka pintu secara perlahan, menampilkan satu cermin besar. Ruangan itu berdebu bahkan menjadi sarang kecoa.

Mantra diucapkan perlahan.

Sang raja abadi, penguasa kegelapan.. saya membuka kembali gerbang kegelapan agar anda bisa bebas. Saya utus anda keluar. Hancurkanlah hidup orang-orang di sini. Hancurkan mental serta fisik mereka.

Sang raja abadi penuh hormat, keluarlah dan makanlah semua jiwa di Entermite ini.

Dia menonjok kaca puluhan kali hingga pecah. Kondisi tangannya sudah parah, hancur lebur. Dia menggores telapak tangannya sehingga darah segar pun menetes ke kepingan kaca.

Petir besar menyambar dengan hebat, berhasil membuat listrik di academy mati. Getaran serta dentuman mulai bermunculan.

Ruangan terlarang itu dipenuhi kabut hitam, suara bisikan mulai terdengar.

"Oh yang mulia, Liu. Terima kasih sudah membebaskan saya"

Sang musuh abadi "Atava" akhirnya bangkit kembali.

Atava membagi tubuhnya menjadi 26 bagian dan tersebar ke beberapa penjuru dunia.

Chapter 4
To be continued
.
.
.

Glensie And The EntermiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang