⚠️ Memory_18

7 4 0
                                    

Author POV~
__________




Matahari kian membenam di ufuk barat dengan hiruk pikuk kendaraan yang kian memadat, karna ini adalah jam orang-orang pulang dari segala aktifitas hariannya.

Arga masih dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya berhenti sejenak pada warung pinggir jalan sembari menyeruput minuman dingin.

Suara berisik dari lalu lalang kendaraan serta suara dentingan sendok dan mangkok yang beradu. Dan di tambah dengan suara rengekan anak kecil yang menolak untuk di ajak pulang.

Arga memicingkan matanya saat merasa sensasi sesak serta rasa sakit yang menusuk pada bagian dada sebelah kirinya.

Mengambil posisi duduk dengan tubuh tegap. Mengatur nafasnya perlahan untuk kembali rileks.

Memegangi dadanya dengan telapak tangan kekar, saat rasa sakit itu terasa semakin menjalar hingga ke tulang bagian belakang.

Menahan nafas beberapa waktu saat rasa keram itu sedikit berkurang. Hingga akhirnya menghembuskan nafas perlahan.

Setelah beberapa waktu terdiam dengan rasa sesak yang berangsur menghilang. Arga bangkit dari duduk nya menyelempang-kan tas pada pundak dengan sebelumnya membayar uang pada si penjual sebelum benar-benar pergi.

Hari mulai gelap dengan Arga yang baru saja sampai pada kediamannya. Saat membuka pintu utama rumah pandangan-nya langsung tertuju pada Geri yang duduk pada sofa yang menatap nya sekilas.

Tanpa mau menghiraukan pria itu Arga langsung berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas.

Geri mengikuti Arga dengan ikut berjalan di belakangnya dengan jarak yang cukup jauh.

"Dari mana Lo?" Celetuk Geri

Arga menghentikan langkahnya sejenak lalu kembali berjalan dengan membuka knop pintu kamar.

"Tanpa gue jawab pun gue yakin Lo sudah tau jawabannya." Sahut Arga dengan merebahkan tubuh di atas kasur

Geri menarik kursi berjalan mendekat pada Arga "gimana?"

Tak ada sahutan apapun dari Arga. Pria itu hanya menatapi bagian atas kamar dengan tatapan kosong.

♥️♥️♥️

Dinda mengganjal telinganya dengan earphone, memutar musik dengan volume penuh. Berharap suara teriakan yang membuat dadanya semakin terasa sesak itu tidak lagi terdengar.

Kenapa keluarganya tidak seharmonis keluarga pada umumnya. Keluarga yang jauh dari kata pertengkaran dan perdebatan yang tak ada habisnya.

Tangannya mengepal kuat dengan bola mata yang memerah.

Berjalan ke arah lemari dengan mengambil jaket menautkan nya pada pundak dan langsung bergegas keluar kamar

Pandangannya tertuju pada satu koper yang berukuran besar yang berada di depan kamar orang tuanya

Tidak lama kemudian papi nya ke luar dengan menenteng tuxedo, entah mengapa pria paruh baya itu menatap ke lantai atas tempat di mana Dinda berdiri.

Seketika Dinda mengalihkan pandangannya dengan memakai jaket hitam yang tadi di bawanya dan langsung turun dari tangga dengan bergegas

Ketika sampai di lantai bawah tiba-tiba tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang saat seseorang menubruk tubuhnya.

Pelukan hangat yang sudah tidak pernah lagi dirinya harapkan. Hal yang sangat mustahil jika kedua orangtuanya memiliki waktu untuknya.

Ini layaknya mimpi. Bagaimana bisa? Apa dirinya sedang bermimpi. Jika benar, tolong jangan ada yang membangunkannya

"Maaf sayang, maaf jika kamu selalu menyaksikan hal buruk ini." Ucap papinya dengan nada penyesalan

Bukan Tokoh UtamaWhere stories live. Discover now