⚠️ Memory_28

5 4 0
                                    

Malam semakin larut. Sepulang dari tempat nya bekerja enjel langsung bergegas menuju bukit tempat biasa dirinya bertemu Dinda.

Nafasnya terengah-engah dengan degup jantung yang berpacu dengan cepat. Keringat mengucur dari beberapa bagian tubuhnya

Tapi suasana disana terasa begitu sunyi, tidak ada siapapun. Bahkan kunang-kunang yang biasa beterbangan dengan bebas di sana hanya terlihat beberapa ekor saja.

Memutar tubuhnya menatap ke belakang. Mungkin dirinya masih dalam perjalanan ke sini. Tapi benarkah?

Selang beberapa waktu enjel duduk di ayunan menunggu kehadiran Dinda yang tak kunjung menampakkan diri.

Turun dari ayunan saat perasaan buruknya semakin menjadi-jadi, memutuskan kembali menuruni bukit dengan tergesa-gesa.

Berlarian pada bahu jalan raya dengan nafas yang tak beraturan. Menuju tempat awal mereka biasa bertemu.

Lapangan luas pinggir danau di bawah pohon besar. Tempat dimana Dinda meluapkan segala amarahnya.

Tapi disana juga begitu sepi tidak ada siapapun. Hanya ada satu tempat yang tersisa 'rumah.' hanya itu tempat satu-satunya

Kembali melangkah menuju kediaman Dinda yang tak jauh dari lapangan tempat enjel sekarang berdiri.

Berdiri di depan pagar dengan perasaan takut. Ingin masuk tapi ragu, bagaimana jika kedua orang tua Dinda ada di dalam. Apa yang harus di jawabnya

"Lo makan dulu ya, gue sudah masakin sesuatu nih buat Lo."

"Gue tau Lo gak suka liat kehadiran gue, tapi gue minta tolong sama Lo jangan luapin kemarahan Lo pada makanan."

Zean terus membujuk Dinda agar mau makan dan jangan terus mengurung diri di dalam sana.

Dirinya hanya takut jika gadis tersebut melakukan hal yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya.

Sedangkan di dalam sana tisu dengan bercak darah bertebaran di seisi kamar. Sudah hampir dua bungkus besar tisu dirinya habiskan untuk menghapus dan menghentikan darah yang terus keluar dari bagian hidungnya.

Rasanya begitu menyakitkan baginya. Air matanya juga tak pernah berhenti untuk terus mengalir membasahi wajah

Tangannya bergetar hebat, sembari terus menghapus jejak darah yang terus mengalir.

"Din, Lo gak ngelakuin hal yang aneh-aneh bukan."

"Lo buka ya pintunya. Lo ikut gue aja ke rumah Tante gue. Lo gak perlu tinggal sendirian lagi di sini,"

"Lo bisa anggap Tante sama om gue sebagai orang tua Lo. Gue yakin mereka akan bahagia dengan kehadiran Lo di antara mereka."

"Tapi gue mohon sama Lo jangan pernah bertindak nekat dan nyakitin diri Lo sendiri."

Enjel dengan keberanian yang di milikinya membuka pintu utama rumah dengan perlahan. Hingga pendengarannya samar-samar mendengar suara seseorang yang cukup familiar baginya.

Zean menghentikan ucapannya saat mendengar suara pintu yang terbuka. Melihat siapa yang datang.

Seketika bergegas turun saat mengetahui itu adalah enjel yang bersembunyi di balik maskotnya.

Menarik lengan enjel menuju lantai atas dengan tersenyum getir

"Tolong buka pintunya, Lo mau liat gak siapa yang sekarang sama gue. Gue yakin Lo pasti bakal bahagia setelah ngeliatnya." Zean yakin bahwa Dinda akan membuka pintunya jika mengetahui siapa yang datang

Zean meminta enjel untuk mengatakan sesuatu agar gadis di dalam sana mengetahui siapa yang datang. Tapi sepertinya dia lupa akan satu hal

Enjel menuliskan sesuatu pada note kecilnya lalu di robek

"Lo liat celah di bawah pintu, gue ada sesuatu untuk Lo." Ucap Zean dengan memasukkan selembar kertas melalui celah kecil bawah pintu

Mendengar hal itu Dinda berjalan mendekat ke arah pintu dengan cairan darah yang mulai berhenti mengalir.

Mengambil kertas tersebut lalu membacanya.

"Hei kenapa? Apa terjadi sesuatu, jika itu benar. Tolong buka pintunya, aku ada di depan. Aku siap mendengarkan semua cerita-mu. Kau mau kan berbagi cerita dengan-ku seperti biasanya."

Satu lembar kertas kembali masuk melalui celah

"jangan menangis, atau aku juga akan ikut menangis."

Dinda berlutut di depan pintu dengan sesenggukan "Winnie.." gumamnya

Dirinya sangat ingin membukakan pintu. Lalu memeluk erat sahabatnya Winnie, duduk bersampingan lalu menceritakan semua hal yang terpendam layaknya hari-hari biasanya.

Tapi rasa takut akan terulangnya hal yang sama sudah seperti tali besar yang melilit seluruh tubuhnya. Menarik diri dari setiap orang yang bahkan sangat di percayai nya.

Berjalan dengan langkah lunglainya menuju meja mengambil pulpen dan juga kertas, menuliskan sesuatu di atasnya.

Rasanya begitu sesak untuk mengatakan hal ini, karna hanya mereka yang dimilikinya. Tapi apalah daya, rasa takut jauh lebih dominan.

Tangannya bergetar setiap menuliskan rangkaian kalimat di atas kertas berbaris. Begitupula dengan dadanya yang terasa semakin sesak.

Menyelipkan kertas selembar memalui celah kecil bawah pintu dengan menahan Isak tangisnya yang semakin menjadi.

"Kalian bisa pergi sekarang, terima kasih dan maaf kalau gue selalu merepotkan. Terima kasih sudah selalu ada di masa terendah dalam hidup gue. Gue baik-baik aja, kalian enggak perlu lagi khawatir tentang gue. Gue akan berusaha untuk berdamai dengan diri gue sendiri. Gue akan berusaha untuk menerima semua-nya. Gue harap kalian bisa ngertiin gue, gue butuh waktu sendiri."

Setelah membaca itu zean dan enjel menatap nanar pintu kamar Dinda yang masih tertutup dengan rapat.

Enjel kembali menuliskan sesuatu pada note-nya lalu dirobek

"Baiklah, aku mengerti. Tapi aku harap kau bisa menjaga dirimu dengan baik. Jangan melakukan hal yang dapat merugikan diri-mu."

"Aku tau masalahmu terlalu berat untuk di hadapi. Tapi seperti yang pernah aku pernah bilang sebelumnya. Kau gadis terkuat yang pernah aku temui, aku yakin kau bisa melaluinya."

"Jika kau butuh aku, kau tau dimana tempatnya bukan, aku akan selalu ada disana."

Zean hanya bisa memandangi pintu berwarna putih dengan stiker kecil Winnie the Pooh di depannya.

Kakinya terasa begitu berat untuk digerakkan. Enjel meminta zean untuk menatapnya.

Di balik kostum nya enjel mengangguk seakan mengatakan 'semua baik-baik saja.'

Dengan berat hati zean mengikuti ajakan enjel untuk pergi dari sana. Memberikan waktu pada dinda untuk bisa berdamai dengan semua keadaan.

Dinda mengintip dari balik jendela dengan sedikit menyibak tirai. Menatap kepergian zean dan juga Winnie yang sudah berada di luar gerbang rumahnya.



Wholaa...

Maaf jika ceritanya gak sesuai dengan ekspektasi kalian selaku pembaca 🙏😭

Jika ada masukan atau saran bisa tulis di kolkom, oke..👍

Tertanda;
@mentarisenja_225
Minggu 18juni2023

Terima kasih untuk semuanya 🙏♥️

And see you next time all..✨👋

Bukan Tokoh UtamaWhere stories live. Discover now