5. Hukuman

33 1 0
                                    

Tandai kalau ada typo ya guys

Semoga suka sama ceritanya. Aamiin

Jangan lupa Vote dulu sebelum membaca! Gratis kok, tanpa pungut biaya. Jadi jangan pelit-pelit ya... Karena satu vote dari kalian itu sangat berarti buat aku.

Happy Reading

***

Tampak dua manusia berbeda gender yang sepertinya pasangan suami istri. Mereka tengah sarapan pagi di meja makan.

Mereka hanya diam menikmati sarapan. Tidak ada yang membuka pembicaraan pagi ini. Sampai mereka kini telah selesai. Setelah itu wanita paruh baya mulai membuka suara.

"Mas, aku mau bertanya!?"

"Hm, mau bertanya tentang apa?" Lelaki paruh baya itu bertanya kembali.

"Apakah Ziva masih berada di London?"

Ya, pasangan itu adalah orang tua kandung Ziva. Papanya bernama Ziko Bimantara sedangkan Mamanya bernama Zira Lorenza Bimantara.

"Tidak. Dia sudah berada di Indonesia." Jawab Ziko tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang ia genggam.

"Kenapa dia tidak mengabari kita, bahwa dia sudah kembali ke Indonesia?" Tanya Zira kembali dengan wajah yang tak bersahabat. Sedangkan Ziko hanya mengangkat bahunya acuh.

"Dasar anak itu! Apakah dia tidak menghargai kita sebagai orang tuanya?" Geramnya tertahan. Dirinya begitu merasa terhina, karena tidak dikabari oleh anaknya sendiri.

"Sudah, biarkan saja, dan lihat sejauh mana dia tidak menghargai kita sebagai orang tuanya." Ucap Ziko tegas dengan wajah datarnya beranjak dari meja makan. Pria itu mengambil jas serta tas kantornya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan istrinya sendiri di ruang makan.

Zira pun sama halnya dengan Ziko. Setelah ia mengambil tasnya, kemudian beranjak dari sana menuju garasi mobil.

***

Pukul 07.35 pagi. Luxury Apartment

Hari ini adalah hari Senin. Hari yang sangat dimusuhi oleh banyak pelajar. Mulai dari upacara bendera yang panas-panasan, pulang sekolah lama, mata pelajaran yang susah kadang juga berada di hari Senin, belum lagi bagi yang piket. Beuh, mampus dah tuh!

Ziva. Gadis itu tengah mengacak-acak isi kamarnya. Entah apa yang sedang ia cari. Yang jelas sejak selasai mandi tadi ia seperti mencari sesuatu, namun belum ia temui.

"Ishh... Dasi gue mana sihh?" Gerutunya masih mengacak-acak isi lemari. Sehingga pakaian yang awalnya tersusun rapi disana, sekarang berserakan di lantai. Kamarnya juga sudah seperti kapal pecah.

Mata indah dengan bulu mata lentik itu kini beralih menatap jam dinding yang ada di kamarnya. Seketika mata itu membulat sempurna.

"Oh My God!! Udah jam setengah delapaannn... Aaaa gue telattt..."

Bahunya merosot, mata cantik itu sepertinya akan menurunkan rintik air mata. Ziva tadi telat bangun karena semalam ia bergadang menonton drakor favoritnya. Itu sebabnya pagi jadi terburu-buru seperti ini.

"Nenek..." Lirih Ziva mengingat neneknya yang sudah tiada. Biasanya di London ada neneknya yang selalu membangunkannya pagi ketika ingin sekolah. Tapi sekarang...

Tak mau berlama-lama lagi, Ziva menghapus air matanya yang sudah menetes dengan kasar. Kemudian ia bergegas mengambil tas sekolah dan kunci mobil. Ziva tak lagi menghiraukan dasinya yang tidak ketemu. Ziva sudah menduga, pasti barisannya akan dipisah. Sudah tak pakai dasi, terlambat juga.

ZE and ZI || [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang