03. The Disturbing News

9K 625 9
                                    

"Tuhan...

Ada satu nama yang menggaung di otakku, ada satu wajah yang menutupi penglihatanku, ada satu suara yang sayup-sayup selalu kudengar...

Rasa yang ku tepis dan ku abaikan

Rasa yang setiap hari selalu bertambah dan tidak pernah berkurang

Berharap aku bisa memiliki daun mistletoe merayap tumbuh diantara hari-hari ini...

Hingga bila saatnya tiba, izinkan daun mistletoe itu memayungi aku dan dia"

Kebiasaanku menulis buku harian sudah ku lakukan sejak awal masuk SMA. Sebutlah itu kuno, tapi bagiku ada kepuasan saat aku bisa membaca lagi apa yang pernah aku tuang di buku harian itu. Lebih suka seperti itu dibanding menjadi selebriti blog, aku tak percaya diri untuk itu.

Jam dinding kamar ku beranjak menuju pukul 7 pagi. Ku tengok keluar jendela. Tidak, hari ini cerah. Flashback ke dua hari yang lalu, membuatku tersenyum sendiri. Tidak pernah aku senekat itu untuk ikut membasahi diriku diderasnya hujan. Tidak pernah. Hanya ia, pria bodoh yang membuatku tersenyum kecil saat mengingatnya, pria pemalas yang setiap pagi merengek untuk dibuatkan kopi, pria itu yang membuat mataku berkunang saat harus bertemu pandang dengannya. Riko.

Aku melompat kecil dari kasurku, mengintip sedikit dari pintu kamarku yang berseberangan dengan kamar Kak Riko. Apakah dia sudah mandi? Apakah dia sedang mandi? Aku hanya berharap bisa berpapasan kembali dengannya, saat ia sedang atau sesudah mandi! Arrrghhh...

Pintu kamarku ku buka sedikit, mataku mengintip ke arah kamar mandi yang ternyata sunyi. Ku alihkan pandangan ke kamar kak Riko. Tak ada suara. Kemana tuh orang? Sudah pergi? Tak mungkin. Ku buka pintu kamar sedikit lebih lebar dan mengulurkan kepala ku keluar. Ku lirik ke arah kamar kak Wildan yang tentu saja masih terkunci rapat dan mungkin ia masih tidur seperti biasa. Ku tolehkan ke samping, ku lihat ke arah ruang tamu. Krek, gagang pintu depan diputar dari luar.

Pintu terbuka dan voila! Kak Riko! Kali ini ia nampak berbeda, ia berkeringat. Peluh membasahi kanan dan kiri pelipisnya, baju kaosnya ketat dan nampak sedikit basah dibagian bawah leher dan dada. Jujur, dia jauh lebih seksi saat begini dibandingkan saat setelah mandi.

"Danny, sudah mandi?" sapa nya tiba-tiba sudah berada didepan pintu kamarku. Tepat didepan muka ku.

"Be...Belum, ini baru mau mandi? Kakak darimana?"

"Lari pagi, seminggu kemarin kan hujan. Kamu suka lari pagi?"

"Suka sih..." jawabku enteng

"Kapan-kapan kita lari bareng ya... Sana mandi!"

"Justru kamu yang mandi kak, udah 'harum' badanmu" ledekku.

"Arrghh.... Sana buruan! Kakak masuk siang juga, ini mau istirahat juga"

Aku berhadapan dengan kak Riko yang berpeluh. Harum tubuh Kak Riko menguasai saraf penciumanku. Bau kak Riko. Bau yang membuatku semakin ingin memeluknya.

"Ini, handuk kecil... lap dulu keringetmu..." ujarku.

"Di pijit sekalian gak?"

"Manja! Udah ah mau mandi." balasku.

"Bentar...itu buku apa?" tunjuknya.

"Itu rahasiaaaaa! Don't touch!!!!!!!!!!!!" Ujarku langsung spontan memeluk buku harian itu.

"Kalo rahasia ya jangan disampul mencolok gitu... motif-motifnya bagus amat nunjukkin kayak itu bukan buku biasa... Buku harian ya?"

Aku mengangguk.

Love Under The MistletoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang