Setelah kurang lebih dua minggu setelah proses seleksi perguruan tinggi dilaksanakan, hari ini adalah hari dimana pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi. Gadis berusia 18 tahun itu menggenggam benda persegi panjang canggih itu dengan cemas. Cemas antara menunggu hasil pengumuman masuk perguruan tinggi dan cemas karena takut HP nya mati, mengingat benda itu sudah sangat lama ia miliki dan belum pernah diganti semenjak masuk SMA.
“Bissmillah ya Allah, semoga kali ini gak gagal lagi.” Doanya sambil memejamkan matanya, mengingat ia telah gagal sebanyak 4 kali masuk perguruan tinggi negeri. Dan ini adalah seleksi terakhirnya yang ia ikuti.
Sebelumnya ia sempat putus asa dan menyerah karena sudah gagal berkali-kali menjadi mahasiswa. Ia merasa dirinya bodoh sekali padahal ia selalu masuk tiga besar selama sekolahnya. Juga sempat ia membandingkan dirinya dengan teman sekelasnya yang hanya masuk 5 besar tapi bisa terjaring ke perguruan tinggi negeri bergengsi di bandung.
“Alhamdulillah ya Allah.” Ucapan syukur terlontar keras dari bibirnya setelah melihat tanda hijau pada papan pengumuman di HP nya.
“Alina Manohara dengan nomor peserta xxxxx selamat, ah...” jeritnya lagi setelah ia membaca namanya berkali-kali memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi.
“Bu, ibu, aku lulus bu masuk PTN.” Ucap Alina setelah berlari ke dapur menghampiri ibu dan bapaknya.
“Alhamdulillah ya nak. Ibu juga bilang kan kamu tidak usah berkecil hati. Yang kemarin itu bukan rezeki kamu. Rezeki kamunya disini.” Tutur ibunya bangga.
Tak sadar, Alina meneteskan air matanya. Ia sangat bahagia saat ini karena bisa mewujudkan cita-citanya untuk berkuliah di perguruan tinggi negeri.
Alina VOP
Aku tidak boleh menyimpan kebahagiaan ini, sahabat-sahabatku juga harus tau kalau aku sekarang sudah menjadi mahasiswa, jadi aku memutuskan untuk menghubungi Fikri dan Nameera sahabat terbaikku sejak SMP.
Mereka begitu bangga denganku setelah mendengar aku masuk PTN impianku.
“Selamat ya Na, gue tau lo pasti bisa masuk PTN yang selama ini lo impikan. Sekali lagi congrats.” Balas Fikri setelah aku chat dia.
“Alhamdulillah, Na. Selamat ya sekarang kamu sudah jadi mahasiswa. Semangat belajar lagi ya wkwk.” Balas Nameera sahabat yang dicintai oleh sahabatku sendiri yaitu Fikri.
Entah mengapa semua ini terjadi, kita bersahabat sejak mereka mulai berpacaran dan akhirnya mereka putus karena berbeda sekolah. aku juga tidak mengerti mengapa mereka bisa putus hanya karena alasan tidak mau LDR. Ya elah, beda satu desa doang kan, bukan beda pulau.
Tapi apapun yang terjadi dengan mereka, aku tetap menghargai keputusan mereka berdua. Dan jangan sampai setelah mereka putus, persahabatan kita bertiga juga ikutan bubar.
Dan ya, sampai sekarang kita bertiga masih bersahabat. Kita tidak pernah memutus komunikasi. Selalu berkabar apapun yang terjadi bahkan disaat ada waktu luang, kita menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling bertukar cerita.
Ah, nyaman sekali rasanya mempunyai sahabat yang saling mengerti satu sama lain.
****
Dua minggu setelah pengumuman kelulusan itu aku sibuk mempersiapkan berkas persyaratan masuk perguruan tinggi negeri itu. Tanpa meminta bantuan siapapun, aku mencari apapun yang menjadi syarat itu sendirian. Bukan tidak butuh bantuan, tapi aku sudah terbiasa melakukan apapun sendirian. Orang tuaku pun sudah percaya padaku apapun yang aku lakukan mereka hanya mendukungku. Dengan catatan itu adalah hal baik bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Rumah Singgah
Подростковая литератураPernah mendengar podcast "Mau ku temani sampai mana? Mau sebatas teman ngopi atau ingin ku buatkan kopi setiap hari?" Begitulah kalimat yang sering kali Alina sampaikan kepada orang yang saat ini sedang mengisi hatinya. Bagaimana ia tidak merasa k...