Pagi buta ini gadis 20 tahun yang bernama Alina Manohara sudah siap berangkat ke kampus. Perempuan dengan tinggi 155 cm itu tengah menempuh pendidikan di semester 4. Ia kala ini dengan terburu-buru keluar karena jam sudah menunjukkan pukul 6.00.
Ah sudahlah tidak aneh lagi dengan gadis itu yang memiliki kebiasaan kesiangan. Bahkan di saat ini ia menjadi panitia disebuah acara opening acara semarak himpunan jurusannya.
Dengan langkah cepat ia segera menyebrangi 4 lajur jalan dan kemudian menaiki angkot yang sudah menunggunya sejak ia terlihat tengah menyebrang. Dan 15 menit kemudian ia sudah sampai di kampus dan segera memasuki gedung tempat acara tersebut dilaksanakan.
"Alina!" sapa seseorang yang tengah duduk di kursi peserta paling belakang sambil melambaikan tangan.
Gadis yang baru saja datang itu menghampiri sosok yang memanggilnya lalu duduk disampingnya.
"Ini name tag kamu." Temannya itu menyodorkan sebuah name tag dengan talinya.
"Thank you Sin." Ucap Alina padanya, Sindi.
Sebelum acara dimulai, seluruh jajaran panitia penyelenggara melakukan gladi bersih demi kelancaran acara tersebut. Semuanya berkumpul untuk briefing dan kembali ke tugasnya masing-masing.
Alina hanya duduk saja dikursi peserta paling belakang untuk mengkondisikan semua peserta agar mengikuti setiap rangkaian acara dengan khidmat dan aman.
Tak sepatah katapun ia lontarkan untuk menyapa gadis disampingnya yang hanya berselang satu kursi dengannya. Ia hanya diam memperhatikan semua peserta. Begitupun sebaliknya, teman disampingnya juga tidak mau menyapa Alina, bahkan terlihat dari tatapan matanya ia tidak suka dengan Alina.
"Gue sendiri gak pernah ngerti kenapa dia bersikap seperti itu ke gue doang." Batin Alina berkonflik sendiri.
"Salah gue apaan?"
"Perasaan selama ini gue gak pernah mengusik hidupnya, tapi kenapa sikapnya seolah dia tuh jijik ke gue."
Begitulah konflik batin Alina selama ia duduk bersebalahan dengan Sonaya. Alina sudah mengetahui gadis yang akrab dipanggil Naya itu menyukai sahabatnya.
Setelah acara selesai, Alina langsung pulang ke kostannya dan merebahkan badannya sejenak sebelum ia melakukan ritual solat lalu skincare an. Ia mengambil benda pipih persegi panjang dari dalam tasnya lalu membuka whatsapp.
'Na, lo tau ga'_Aneisha.
'gak, emang apaan?' _Alina.
'Gue chatan sama si Sonaya' _Aneisha
Alina mengerutkan keningnya bingung 'Terus kenapa?' _Alina.
'Ya gue bingung aja, tiba-tiba aja dia chat gue. Gak kayak biasanya kan dia begitu.' _Aneisha.
'Heem sih. Dia kan emang suka juga sama Zayn' _Alina.
'Bisa jadi dia tau kalo lo juga suka sama Zayn' _Alina.
'Tapi dia tau dari mana ya?' _Aneisha.
'Gak tau juga sih. Tapi tadi pas di acara opening semarak, dia gak nyapa gue loh. Apa gue ini makhluk ghaib gitu sampe dia ga mau liat gue.' _Alina.
'Apa mungkin dia tau kalo Zayn itu deket sama lo, na?' _Aneisha.
'Ya deket mah wajarlah, kita kan temen. Denger-denger juga dia suka jadi temen curhatnya si Zayn' _Alina.
'Apa jangan-jangan ada orang diantara temen kita yang bocorin cerita tentang Zayn yang suka sama lo?' _Aneisha.
'Ah gatau gue pusing. Gue gamau suudzon dulu sebelum gue tau kebenarannya. Tapi yang pasti si Sonaya begitu ke gue pasti ada alasannya.' _Alina.
Alina menutup sambungan selulernya dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Alina POV
Meskipun hari ini rasanya cape sekali, aku massih tidak kunjung bisa memejamkan mataku. Setelah melihat sikap Sonaya tadi dikampus, membuat aku banyak sekali berpikir. Apa aku harus menjauhi Zayn?
Tapi kenapa aku harus menjauhinya? Dia tak bersalah apapun.
Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan agar pikiranku kembali tenang. Rasanya sulit sekali menjadi orang yang dekat dengan idol kampus. Padahal selama ini hubunganku dengan Zayn hanya sebatas sahabat. Kisah cinta gak akan pernah terjadi di dalam sejarah persahabatanku. Buktinya selama 10 tahun aku berteman dengan Fikri, aku gak pernah memiliki perasaan apapun ke dia.
Perasaan sayang itu murni sayang hanya sebatas sahabat tidak lebih. Apakah si Sonaya itu takut kalau Zayn suka padaku?
Ah rasanya tidak mungkin pria sempurna itu mencintai aku yang banyak kekurangan ini. Kalau memang dia suka sama Zayn ya udah dia harus bersaing aja sama Aneisha. Siapapun yang menjadi pilihan Zayn aku akan mendukungnya.
Tujuanku dengannya adalah untuk berteman, bukan untuk pacaran.
****
Hai hai gaise, selamat membaca ceritaku hasil gabut ini.
Meskipun hasil gabut, keknya cerita ini bakal mewakili kisah percintaan kalian deh...Pesan aku dari awal ya:
Jangan pernah mencintai orang yang friendly kalo kamu gak bisa liat dia akrab dengan wanita lain..Eaksss
Vote kalo suka
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Rumah Singgah
Novela JuvenilPernah mendengar podcast "Mau ku temani sampai mana? Mau sebatas teman ngopi atau ingin ku buatkan kopi setiap hari?" Begitulah kalimat yang sering kali Alina sampaikan kepada orang yang saat ini sedang mengisi hatinya. Bagaimana ia tidak merasa k...