Cerita Sampingan 6-2: Jurnal Pengamatan Dewa Kematian (2)

61 20 3
                                    

Beri Penghargaan Kepada Penerjemah Dengan Klik tanda ⭐ Sebelum Membaca! Terimakasih.

Eksistensi yang tidak bisa dilihat dalam kegelapan.

Dewa Matahari selalu menyembunyikan penampilannya dalam kegelapan saat dia bergerak.

Eksistensi yang pernah berpindah-pindah sambil melepaskan cahaya terang, panas, dan bersinar seolah-olah dia ingin menyingkirkan semua kegelapan dari dunia ini mulai tidak menampakkan dirinya sejak beberapa saat di masa lalu.

Dewa Matahari mengatakan itu adalah bentuk penebusan.

“Ada sesuatu yang ingin aku ketahui.”

"Ah, benarkah? Tanya jauh. Aku sedang dalam suasana hati yang baik jadi aku akan menjawab satu pertanyaan yang mungkin kamu miliki, Dewa Matahari."

Mereka berdua diam sejenak.

"Oh, Dewa Kematian."

"Ya?"

"Apakah benar-benar tidak ada keberadaan yang bisa memberikan kematian kepada dewa?"

Krek.

Gelas anggur di tangan Dewa Kematian pecah dan menghilang ke dalam kegelapan.

"Aku dalam suasana hati yang baik tetapi sekarang tidak lagi."

Senyum muncul di wajah Dewa Kematian.

“Jadi sepertinya aku tidak akan bisa menjawab pertanyaanmu.”

“…Lebih dari siapa pun.”

Dewa Matahari bertanya dengan suara tenang.

"Bukankah kamu dewa yang menginginkan kematian lebih dari siapa pun dan mencari metode itu?"

"Huuuuu."

Dewa Kematian menghela nafas panjang dan menjawab dengan suara tanpa emosi.

"Aku tidak berhasil menemukan metode seperti itu."

Mata Dewa Kematian perlahan tenggelam dan tidak menahan emosi. Suara yang keluar dari mulutnya berat tapi juga tidak mengandung emosi.

“Oh, Dewa Matahari. Kaku tidak mencari kematian abadi tetapi 'kematian'. Dan makhluk yang diizinkan mengalami 'kematian' itu hanyalah makhluk yang dapat dilahirkan kembali untuk menjalani kehidupan baru.”

“…….”

“Apakah kamu ingin terlahir kembali sebagai manusia lagi?”

Dewa Kematian tidak menunggu tanggapan Dewa Matahari yang diam dan terus berbicara.

"Aku tidak tahu apa yang kamu harapkan dengan pikiran itu, tapi lepaskan mimpi yang tidak berguna."

Suaranya cukup tegas.

"Bukankah kamu dan aku memiliki beban kesalahan yang harus dipikul?”

Dewa Matahari akhirnya merespon setelah sekian lama.

"…Ya."

Terjadi keheningan sejenak di antara kedua dewa itu lagi. Dewa Kematian tidak terlalu memikirkannya dan hanya meresap ke dalam keheningan ini seolah-olah dia adalah air yang mengalir.

Dia mendengar suara Dewa Matahari pada saat itu dan menarik pikirannya keluar dari permukaan keheningan.

“Apakah itu Lee Soo Hyuk?”

Kerutan yang dalam muncul di dahi Dewa Kematian.

"Manusia yang kamu miliki bersamamu."

Tuk. Tuk.

Petualangan Sampah Dan Rombongannya [4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang