Selamat pagi...
Saya nggak panjang2 lagi cuapnya. Sesuai yang pernah saya bilang, cerita ini adalah sekuel dari cerita 'Askana Sakhi'.
Nggak apakah nanti bakalan banyak yang suka atau nggak, yang penting di sini saya cuma ingin nuangin ide yang ada di kepala saya aja.
Juga, cerita ini selain bertema misteri, di sini juga bakalan ada adegan dewasanya.
Harapan saya nggak muluk2. Cuma berharap kalian nantinya bakalan suka sama cerita ini dan nggak lupa meninggalkan jejak kalian di sini. Dan, cerita ini bakalan sedikit slow update, soalnya saya juga rencananya nanti bakalan nulis cerita ini barengan dengan series kedua 'Lolita series'.
Udah ya, segitu aja sedikit pemberitahuan dari saya. Selamat membaca dan jangan lupa memberikan dukungan berupa vote dan komentarnya.
🍃🍃🍃
Sepasang mata yang dinaungi bulu-bulu lebat dan tadinya terpejam tersebut seketika terbuka. Sepasang matanya yang terlihat tak biasa mengarah tajam lurus ke depan, seolah ada sebuah objek yang sedang dipandanginya.Si pemilik sepasang mata tersebut segera berdiri. Tubuhnya yang terbentuk sempurna membuat pria yang hanya mengenakan celana piyama berwarna hitam dan tak menggunakan apa-apa untuk menutup tubuh bagian atasnya tampak seperti model yang menghias di sampul majalah.
Pria itu kemudian tidak bergeming. Tatapannya tetap terarah ke sebuah dinding yang berada di dalam kamarnya.
Kemudian, setelah beberapa saat tak bereaksi, tiba-tiba saja pria itu mengangkat tangan kanannya ke udara. Sepasang bibirnya sempat bergerak entah sedang mengucapkan apa. Tangannya kemudian menggenggam dan dalam sekejap seekor ular yang ukurannya cukup besar telah tercekit dalam cengkramannya.
Kewaspadaan pria itu masih belum hilang. Bahkan dalam sekejap, pria itu menghentak kaki kirinya ke lantai dan tak lama setelahnya tampak sebuah kepala yang rambutnya mengurai panjang dan tak memiliki tubuh. Orang biasa bisa muntah kala melihat tampilan sesosok kepala yang hanya menampakkan isi perutnya saja itu. Akan tetapi bagi pria yang berdiri tenang di depan tempat tidurnya itu, hal tersebut bukanlah hal yang baru untuknya.
"Bajingan!" pria itu berucap dingin. Cengkramannya di leher sang ular semakin menguat serta pijakkan kakinya seolah siap meremukkan kalau saja kedua makhluk tersebut semakin menyulut amarahnya. "Cepat katakan, siapa yang mengutus kalian?" tanya pria itu, yang sudah tidak ingin lagi bermain-main.
Sudah semenjak usianya menginjak 20 tahun, pria itu selalu diburu oleh berbagai makhluk yang hanya bisa dilihat oleh orang yang mempunyai keistimewaan. Namun setiap kali ia berhasil menangkapnya, para makhluk itu selalu menutup mulut dan malah dengan tanpa takut memancing emosinya dan berakhir dengan lenyapnya mereka.
Tapi kini, setelah usianya menginjak 29 tahun, pria itu memutuskan tidak ingin lagi bermain-main.
Waktu yang ada semakin mendekati dimana pria itu bisa memiliki gadisnya. Jadi tidak akan dibiarkannya jika ada satu hal pun yang mengganggu datangnya hari yang telah dinantikannya itu.
"Jangan harap kali ini kalian bisa menyulut emosiku. Aku pastikan, jika kalian tidak juga mau mengatakan siapa yang mengutus kalian, maka aku akan membuat kalian tersiksa tanpa bisa melakukan apa-apa."
Kedua makhluk yang nyawanya sedang terancam tersebut sama-sama membeliakkan mata mereka. Jika si ular masih mencoba untuk bertahan sambil menekan rasa takut, maka makhluk berbentuk kepala dan terdapat isi perut yang menjuntai di bawahnya itu tampak tak kuasa untuk meredam rasa takutnya.
Sehingga, begitu rasa panas yang menyengat dan seolah membakar mulai dirasakan, makhluk yang hanya memiliki kepala itu terbata-bata berkata, "Ak... aku akan... mengatakannya."
Pria itu mengangguk puas. Bibirnya kemudian kembali bergerak dan dalam sekejap ular yang berada di tangannya ia lempar ke lantai dan hanya dalam hitungan detik ular tersebut menggeliat sebelum tubuhnya secara perlahan menghitam dan akhirnya berubah menjadi abu.
"Cepat katakan, kalau kau tidak mau berakhir sepertinya dan pastinya dengan cara yang jauh lebih menyakitkan!" kembali pria itu memberikan ancaman. Setelah menggerakkan lagi bibirnya untuk membaca satu mantra, pria itu membebaskan makhluk yang hanya memiliki kepala itu dari pijakkan kakinya.
"Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri. Asal kau tau saja, aku sudah memasang dinding pembatas di sekelilingmu, yang mana akan membuatmu merasa terbakar kalau kau mencoba untuk melewatinya."
Makhluk berbentuk kepala itu hanya menggerakkan sedikit kepalanya dan dengan cepat berkata, "Endaru."
Satu nama yang diucapkan oleh makhluk yang berada di bawah kakinya membuat pria itu mengerutkan kening.
Sambil mencoba mengingat apakah ada seseorang bernama Endaru yang ia kenal, pria melangkah mundur dan segera duduk di pinggiran tempat tidurnya.
Tetapi, setelah berusaha keras mengingat dan tak ada satu pun ingatannya yang berkenaan dengan nama Endaru, pria kembali menatap makhluk yang tak memiliki tubuh tersebut seraya menanyakan, "Siapa orang yang bernama Endaru ini?"
"Dia bukanlah manusia melainkan salah satu penguasa di dunia siluman."
"Bagaimana bisa penguasa dunia siluman mencoba mencari masalah denganku padahal aku tidak pernah sekali pun mengganggu wilayah kalian?" tanya pria tak mengerti.
"Kami juga tidak mengerti apa masalahnya. Tapi menurut kabar angin yang kami dengar, katanya pemimpin siluman tertinggi di dunia kami ingin mewariskan kekuasaannya kepada anda."
Pria itu tak mengatakan apa-apa setelah mendengar jawaban dari makhluk yang menurut dari tampilan kepalanya, bisa dibilang berjenis kelamin laki-laki tersebut.
Dalam diamnya pria itu mengetahui dengan pasti mengenai siapa jati diri dari pemimpin siluman tertinggi tersebut. Namun yang jadi masalah, pria itu tidak pernah berniat ataupun mempunyai keinginan untuk memimpin para siluman di dunia siluman sana. Juga, apa alasannya sampai sosok bernama Endaru tersebut terus mengarahkan serangan padanya.
Maka, tanpa mengatakan apa-apa lagi, pria itu menggerakkan bibir dan setelah ia memerintahkan agar makhluk itu segera enyah dari hadapannya.
"Masalah sepertinya nggak akan pernah selesai." ucap pria itu sambil merebahkan tubuhnya kembali ke atas tempat tidur. Dengan menggunakan kedua tangan sebagai alas kepala serta kedua kaki dibiarkan menjulur ke lantai, pria itu memandang langit-langit kamar sembari membayangkan seraut wajah cantik milik gadis yang sudah ditakdirkan untuk menjadi miliknya.
Sesuai janji dengan yang diberikan oleh wanita yang dipanggilnya bunda, begitu gadis itu genap berusia sembilan belas tahun, yang hanya menunggu beberapa minggu lagi, maka ia bisa sepenuhnya memilikinya.
Gadis manja dan selalu menempel erat padanya bila mereka bertemu membuat pria itu tidak sabar menunggu terbitnya sang surya, mengganti suasana malam yang mencekam, serta membuat harinya kembali ceria dengan senyum yang selalu menghias di bibir ranum milik gadisnya itu.
_"Kau adalah milikku! Tidak akan ada satu pun orang yang bisa mengambilmu dariku!"_ Dewandra Raynelle
🍃🍃🍃
🍃🍃🍃
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-04-06-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pewaris [ON GOING]
ParanormalKelanjutan - Askana Sakhi Genre dewasa - 21 + Bagi Dewandra Raynelle, hidupnya sudah menjadi bagian dari dongeng. Hal-hal yang biasanya dijadikan ibu-ibu untuk menakuti anak mereka, pada kenyataannya hal tersebut merupakan bagian dari hidup Dewandra...