1 - Dewa dan Alanna

414 114 21
                                    

Sore teman2 semua...

Sebelumnya saya mau minta maaf karena baru bisa publish bab pertama dari cerita ini. Biasa, kalau sedang kedatangan tamu bulanan, saya biasanya malas buat ngapa-ngapain.

Dan, sebelum kita sampai ke alur yg sedikit berat, yuk kita nikmati dulu yang sedikit manis. Sekaligus, di bab pertama ini, kalian bakalan kenalan sama beberapa tokoh di cerita ini selain tokoh utamanya.

Sedikit aja cuap2 dari saya. Selamat membaca dan jangan lupa untuk terus memberikan vote dan juga komentarnya untuk cerita saya ini.

🍃🍃🍃

Namanya Dewandra Raynelle. Tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu serta tidak mengenal secara pribadi seperti apa ayah kandungnya. Dan tak lupa mendapat tatapan kebencian dari neneknya yang sudah menjadi makanan sehari-harinya.

Hanya dengan mengandalkan kasih sayang dari sang kakek serta perhatian tulus dari sebuah keluarga yang tak mempermasalahkan asal usulnya, Dewa tumbuh seperti anak kebanyakan lainnya. Tidak pernah berbuat kenakalan di sekolah serta selalu menjadi murid yang membanggakan. Hingga bahkan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Dewa selalu dianggap sempurna bagi siapapun yang mengenalnya.

Namun sekiranya benar kata pepatah bahwa di balik kelebihan pasti ada kekuranga. Dewa yang tampak sempurna di mata semua pada kenyataannya sangat sulit untuk bersosialisasi. Tidak mau berteman dan bahkan menolak siapapun yang mencoba untuk mendekatinya.

Ekspresi yang selalu kaku serta selalu serius dalam menangani setiap masalah yang ada terkadang membuat beberapa orang menjulukinya patung berjalan.

Sama seperti hari ini, dimana Dewa harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemimpin untuk menggantikan kakeknya, ia terus saja melangkah menuju ruang kerjanya.

"Ganteng banget ya. Apa lagi dengan rambut panjangnya yang dicepol agak tinggi begitu, makin gantenglah pokoknya."

"Benar banget. Aku bahkan rela dijadikan sebagai teman kencan satu malam, asalkan bisa merasakan otot-otot perutnya menekan dadaku."

"Hush... jangan kencang-kencang ngomongnya. Kalau dia dengar, kita bisa dipecat nanti."

Bisik-bisik dari beberapa pegawai wanita yang bisa Dewa dengar dengan jelas tersebut membuatnya menghela napas tak kentara.

Sudah hal biasa bagi Dewa mendengar para pegawai wanita itu mengatakan segala sesuatu yang sangat mengganggu baginya itu. Akan tetapi, karena mereka semua tidak mengenal siapa dirinya dan hanya sebatas omongan tanpa melakukan tindakkan yang lancang, maka Dewa membiarkan saja apapun yang mereka katakan.

"Kenapa sepagi ini mukanya ditekuk begitu, bang."

Satu kalimat bernada santai tersebut membuat Dewa yang baru saja membuka pintu ruang kerjanya mengerutkan kening. Begitu sepasang matanya bisa melihat dengan jelas Antara Basupati telah duduk di sofa panjang yang terletak tepat dengan pintu ruang kerjanya, alis Dewa terangkat tinggi.

Belum lagi bisa merespon perkataan Antara yang gantian menaik-naikkan kedua alis untuk menggodanya, jantung Dewa sudah terlebih dulu bertalu kencang kala melihat adanya satu sosok lagi yang rambut panjangnya menutup hampir keseluruhan wajahnya. Kepala sosok itu yang terletak di atas pangkuan Antara membuat Dewa melangkah cepat dan langsung berlutut di hadapan sosok yang rupanya sedang tertidur pulas tersebut.

"Alanna kenapa?" tanya Dewa sebisa mungkin memelankan suaranya. Ekspresi kaku di wajahnya langsung tergantikan dengan raut cemas saat mendongak untuk menatap pria yang berusia lebih muda tiga tahun darinya itu. "Dia nggak sakit, kan?"

Sang Pewaris [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang